Bossy or Besty?

By Lin_iin03

11.6K 1.5K 643

Enggak tahu🤣🤣🤣 biar gk gabut aja. Mau baca silahkan, enggak ya udah. Cuma alangkah baiknya ya dicoba buka... More

|1| Kecewa
|2| Curhat
|3| Pengakuan
|4| Oho, Ketahuan....
|5| Adik Garvi
|6| Dijodohin?
|7| Dika Ngambek
|8| Teman Dika
|9| Baikan
|10| Gantian Garvi Yang Ngambek?
|11|
|12| Berantem Lagi?
|13| Ada Apa Dengan Garvi?
|14|
|15|
|16|
hehe
|17|
|18|
|20|
|21|
|22|
|23|
|24|
|25|
|26|
|27| edisi ramadhan
|28|
|29|
|30|
|31|
|32|
|33|
|34|
|35|
|36|
|37|
|38|
|39|
|40|
|41|
|42|
|43|
|44|
|45|
|46|
|47|
|48|
|49|
|50|
|51|
|52|
|53|
|54|
|55|
|56|
|57|
|58|

|19|

193 28 14
By Lin_iin03

💙💙💙💙

Spontan Ara langsung menoleh ke arah pintu yang terdengar diketuk. Ia menghentikan kegiatan membersihkan sisa make up-nya lalu berdiri, berjalan menuju arah pintu lalu membukanya.

Di sana ada Fani, salah satu teman kostnya yang masih duduk di bangku kuliah. Sebenarnya mereka seumuran tapi berhubung Fani tidak langsung masuk universitas begitu lulus SMA, jadi ya gadis itu sekarang masih kuliah sambil bekerja.

"Ngapain?" tanya Ara heran.

"Udah makan belum lo?" Bukannya menjawab, Fani malah balik bertanya.

Ara kemudian menjawab dengan gelengan kepala.

"Jajan, yuk!" ajak gadis itu.

"Males ah, gue udah apus make up nih," tolak Ara sambil menggeleng tidak setuju.

"Ya elah, cuma ke depan doang nggak usah pake make up juga lo udah cakep. Gue laper beneran nih tadi rencana mau makan malem sama cowok gue, eh, mendadak dia harus lembur jadi gue belum sempet beli makanan tadi."

"Males."

"Gue traktir deh."

"Yok, gas!" sahut Ara tanpa banyak berpikir, "bentar, gue pake lip tint dikit." Ia pamit sebentar lalu masuk ke dalam kamar untuk memakai lip tint dan mengambil ponselnya. Setelah ketemu ia langsung keluar dan mengajak Fani untuk segera pergi.

"Giliran gratis cepet lo, padahal nih ya kalau dipikir-pikir gaji lo sama gaji gue banyakan gaji lo."

Ara tidak membalas, perempuan itu hanya merespon dengan mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. Meski ia termasuk golongan yang berpenghasilan tinggi tapi yang namanya gratis tetap saja susah untuk dia tolak.

"Mau makan apa nih kita?" tanya Ara sambil merangkul lengan Fani, kepalanya ia sandarkan pada pundak gadis itu secara spontan, "yang berkuah gitu enak deh kayaknya."

"Gue pengen makan nasi goreng. Lo kalau mau yang berkuah beli sendiri, gue ogah bayarin."

Bibir Ara manyun lucu. Ingin rasanya ia protes, tapi berhubung ia harus tahu caranya bersyukur jadi ia diam dan menurut. Dari pada gagal makan gratis kan? Mending dia nurut.

"Gimana kuliah lo?"

"Ya enggak gimana-gimana, gitu-gitu aja. Lo kayak nggak pernah kuliah aja. Udah lah, diem aja lo, nggak usah kayak Bapak gue sok nanyain kuliah segala, males gue bahas ginian."

Ara tertawa sebentar lalu mengangguk paham. Ia mencoba paham karena posisinya Fani tidak hanya berkuliah saja tapi disambi bekerja juga. Pasti tekanannya lebih besar. Mungkin.

Sesampainya di abang tukang nasi goreng mereka langsung memesan.

"Bang, nasi goreng dua dibungkus ya, acarnya yang banyak, agak pedes dikit yang satu pedes banget."

"Kenapa nggak dimakan di sini aja sih, Neng?" tanya si abang penjual nasi goreng.

Fani menatap penjual itu dengan ekspresi datar. "Tinggal dibikinin apa susahnya sih, Bang? Apa mau nih saya nyari tukang nasi goreng yang lain?" ancamnya kemudian.

Ara yang mendengar itu langsung menegurnya. "Kenapa sih, Fan? Sensi banget lo?"

"Tahu, lagi berantem sama Mas pacar itu pasti, Neng," sahut si abang penjual nasi goreng.

Mood Fani yang tidak begitu bagus langsung berdiri. "Ayo lah, Ra, kita cari makanan lain."

Hal ini membuat si abang penjual nasi goreng langsung panik. "Buset dah, Neng, iya, iya, Abang diem. Ini dibikinin, santai dulu kenapa?"

"Iya, Bang, iya, kita tungguin kok. Sok atuh dibikinin," ucap Ara sedikit tidak enak pada sang penjual, ia kemudian kembali menegur Fani, "anjir, lah, Fan, lo itu kenapa deh?"

"Sensi gue," keluh Fani dengan muka betenya.

"Gegara batal pacaran sama cowok lo?"

"Mungkin iya, mungkin juga karena udah tanggalnya si merah muncul."

Sambil sedikit meringis mengangguk paham. Fani memang tipekal yang akan menjadi super sensitif kalau sudah jelang periodenya. Hampir mirip dengannya, bedanya kalau dirinya terkadang bisa mendadak gampang menangis sedangkan Fani gampang marah.

"Btw, Ra, lo ada cowok nggak sih?"

Sebelah alis Ara langsung terangkat spontan. "Kenapa mendadak nanyain cowok deh?"

"Ini temen gue ada yang minta dikenalin sama lo, dia nggak sengaja liat lo di postingan Instagram gue, terus nanyain lo udah punya cowok apa belum."

"Terus lo jawab apa?"

"Ya belum lah, kan selama ini lo jomblo nggak pernah keliatan punya cowok." Ekspresi wajah Fani sedikit berubah, "eh, gue salah ya? Lo ada cowok?"

Ara garuk-garuk kepala sambil menggeleng. "Ya enggak sih, lo kan tau sendiri selama ini gue sibuk banget ngurusin bos gue. Mana sempet nyari cowok sih?"

"Nah, pas banget nih. Mau ya gue kenalin? Apa ini dulu aja, tukeran nomer telfon. Mau?"

Ara terlihat ragu-ragu. "Ini temen kampus lo atau temen kerja lo?"

"Lebih tepatnya dia saudara sepupu gue sih, temen dari bocil sampai SMA. Tapi dia tinggal di Jakarta juga kok, dan profesinya dokter. Ya sih masih umum, tapi katanya tahun depan mau ikut PPDS."

Ara terlihat kebingungan. "Itu apaan?"

"Semacam pendidikan biar bisa jadi dokter spesialis gitu lah. Mau? Kalau mau ini langsung gue kirimin nomer lo."

Ara terlihat ragu-ragu. "Tapi gue takut ah kalau dokter, Fan."

"Takut kenapa? Takut disuntik lo? Anjir lah, kayak bocah aja lo takut dokter," cibir Fani di sela dengusannya.

Ara menghela napas panjang lalu menggeleng. "Bukan gitu maksud gue, anjir, cuma bayangin serem aja lah. Kek nggak selevel nggak sih?"

"Apaan sih? Lo kata bon cabe atau seblak pake level-level segala. Udah, pokoknya gue kirimin nomer WA lo. Ntar kalau lo dichat dibales, jangan lo anggurin berhari-hari baru dibales, ntar keburu anaknya males."

Bibir Ara manyun. "Kok lo maksa sih?"

"Ya, biar lo nggak jomblo terus. Tahu nggak sih, Ra, lo itu terlalu sering nempel sama bos lo, mau lo lama-lama dinikahin bos lo itu?"

Ara diam saja. Bingung karena harus merespon bagaimana.

Fani langsung memukul paha Ara karena gadis itu justru diam saja.

"Heh, jangan bilang lo diem-diem beneran ngarep dinikahin bos lo itu?"

"Apaan sih? Sotoy banget," decak Ara tidak terima.

"Ya abis ekspresi lo mencurigakan banget buset. Ya emang bener sih kalau dibanding temen gue ini, kalau sama bos lo, secara finansial masa depan lo bakalan terjamin. Tapi tekanannya berat, besti, mending sama sepupu gue ini. Udah ganteng, baik, rajin beribadah, rajin menabung. Cuma dia agak pendiem dikit sih."

Ara awalnya hendak membalas, tapi terpaksa harus ia urungkan karena tiba-tiba merasakan ponselnya bergetar. Ia kemudian langsung membukanya.

Ara kemudian langsung menunjukkan layar ponselnya kepada Fani. "Buset, gercep banget langsung ngechat," komentar gadis itu, "buruan bales elah," sambungnya kemudian.

Ara menggeleng dan memilih memasukkan ponselnya ke dalam celana. "Ntar aja lah di kost. Mending lo bayar dulu itu nasgor kita."

Fani kemudian berdiri karena si abang penjual nasi goreng memang sudah memanggilnya. "Pokoknya jangan di php-in ini orang, besti gue ini orang soalnya."

"Iya, bawel," balas Ara seadanya.

💙💙💙💙

Ketemu lagi ❤️ semoga abis ini jadi anak rajin ya akunya😂

Aamiin

Continue Reading

You'll Also Like

428K 48.5K 42
[Completed ✓] Kita kembar, lo mau apa?! +receh +unfaedah +nonbaku ©thehunpaketh
3.1K 299 56
" Ini ceritaku, cerita Roy van Stolch si jomblo tiga dekade yang sangat mencintai sekretaris pribadiku yang bernama Lizzy Charlotte Konnings. Dia san...
1M 84K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
118K 4.4K 47
Arhand sudah melakukan hal gila, yang bisa saja menghancurkan rumah tangganya. dia tidak bisa berhenti, Dia terlena dengan kenikmatan yang membuatnya...