The Break Principle

By vennylestari

387K 18.9K 131

Orang tua mengatakan "Tujuan menikah adalah memiliki keturunan". Tetapi hal ini tidak berlaku pada pasangan S... More

Prolog
Bab 1 : Blunder
Bab 2 : The Bad Idea
Bab 3 : I Have No Choice
Bab 4 : Trying To Understand
Bab 5 : Zivarra
Bab 6 : My Cute Zivarra
Bab 7 : I'm Yours
Bab 8 : Happy Birthday Zivarra
Bab 9 : My Dream Come True
Bab 10 : The Real Family
Bab 12 : Scarlett
Bab 13 : Having A Baby ?
Bab 14 : The Good News
Bab 15 : Almost Gave Up !
Bab 16 : A Fear...
Bab 17 : The Goodbye
Bab 18 : The Heaviest Moment
Bab 19 : The Bad News
Bab 20 : The Biggest Surprise !
Bab 21 : The Happiness
Epilog

Bab 11 : One Wish !

13.6K 770 3
By vennylestari

"siapa yang jemput Ziva hari ini?"

Firna bertanya pada Ziva di lobby saat hendak menjemput Nerra. Ziva tidak mendengar karena sibuk bercengkrama dengan Farrel yang Firna letakkan di stroller. Firna memaklumi. Tampaknya Ziva senang pada Farrel.

"apa kamu senang punya adik?"

"sangat senang Ziv, Farrel adik yang baik. Aku suka mengganti pampers nya membantu Bunda. Dia juga lucu. Dia suka memasukkan apapun yang dia pegang kedalam mulutnya" 

Nerra menjelaskan dengan lengkap, Ziva mengangguk sambil terus mengecup Farrel dan sesekali mencolek pipinya.

"apa Ziva ingin punya adik?" 

Firna membungkukkan badannya menatap Ziva dan Nerra.

"iya tante" 

Ziva mengangguk dengan semangat sambil tersenyum pada Firna. Firna mengusap kepala Ziva. Tak lama Kean menghampiri mereka. Firna tersenyum pada Kean.

"Ziva, Ayah nya sudah jemput" 

Firna mengusap kepala Ziva. Ziva menengokkan kepalanya ke arah Kean.

"Ayah..." 

Ziva tersenyum pada Kean. Kean meraih tangan Ziva.

"ayo pulang sayang"

"Ziva masih mau lihat Farrel, Ayah"

"mmmmm oke, hai Nerra"

"hay Om" 

Nerra mengulurkan tangannya pada Kean dan mencium tangannya.

"Syd tidak jemput hari ini?"

"ya, Syd ada meeting. Kebetulan hari ini giliran saya yang menjemput Ziva" Firna mengangguk mengerti sambil tersenyum.

"sayang, Ayah harus kembali ke rumah sakit, ayo pulang. Next time kita main lagi dengan Farrel dan Nerra, oke?"

"tapi Ayah...."

"Zivarra...."

"oke Ayah" 

Kean berpamitan pada keluarga Firna dan menggendong Ziva agar mereka bisa berjalan lebih cepat. Kean melajukan SUV nya menuju kantor Syd. Semenjak Kean di Perth, Syd tidak pernah meninggalkan Ziva di rumah bersama Inah. Syd selalu membawa Ziva ke kantornya.

"by the way, Ayah belum beri kamu hadiah saat kamu ulang tahun kemarin. Kamu mau Ayah belikan apa? Kita bisa mampir ke toys store sekarang dan Ziva boleh membeli apapun yang Ziva mau" 

Kean membujuk Ziva yang terlihat agak bad mood ketika tadi Kean memaksanya pulang. Ziva sejak tadi terdiam dan tidak mengoceh seperti biasanya.

"Ziva ingin punya adik" 

Ziva berkata sambil mengedarkan padangannya ke jalan. Kean hampir menggigit lidahnya sendiri karena terkejut dengan perkataan Ziva.

"kenapa Ziva ingin punya adik?" 

Kean berusaha menjawab santai. Sesungguhnya, ini hal mustahil. Ziva bisa meminta apapun pada Syd dan Kean, tapi untuk meminta adik itu hal yang tidak mungkin.

"Nerra juga punya adik. Punya adik itu menyenangkan. Nerra bisa gantikan pampers Farrel membantu tante Firna. Ziva ingin hadiah nya adik bayi Ayah" 

Ziva memandangi Kean. Kean menjadi salah tingkah mendengar permintaan Ziva. Membuat Syd menerima Ziva saja sudah menguras otak dan pikiran Kean, bagaimana jika Kean mengutarakan keinginan Ziva pada Syd? Dia akan menolak mentah-mentah.

"boleh kan Ayah?" 

Ziva memandangi Kean. Kean langsung berpura-pura sibuk menyetir. Kean hanya tersenyum.

"oke, let see sayang, tapi Ayah tidak bisa menjanjikan itu. Kamu bisa beri tahu Ayah keinginan kamu yang lain. Selain itu?"

"emmmmmm nothing, Ziva hanya ingin adik bayi"

"kita bisa beli boneka bayi di toys store. Kamu bisa gantikan popoknya, beri dia susu"

"tapi dia ga hidup seperti Farrel, Yah" 

Ziva berkata lemas. Kean mengusap kepalanya.

"untuk sementara waktu, selama Ayah dan Bunda mengusahakan untuk memberi kamu adik, bagaimana?"

"oke Ayah, kita akan mampir ke toys store?"

"sure"

Pikiran Kean berkecambuk. OH MY GOD !! Kenapa Ziva harus bersahabat dengan Nerra yang memiliki adik bayi? Terlintas di pikiran Kean, dirinya menyesal menyekolahkan Ziva di sekolah umum. Seharusnya Ziva home schooling saja !!!

Akhirnya Kean membelikan Ziva boneka bayi yang bisa menangis, tertawa, minum susu dan pipis. Baiklah, setidaknya ini bisa membantu Kean mengalihkan perhatian Ziva.

***

Pagi itu, Kean dan Syd duduk di tepi pantai sambil memperhatikan Ziva yang sedang bermain pasir dengan Inah dan Tono. Ziva tampak sangat excited bermain pasir dengan berbagai ember dan sekop yang baru kemarin Syd belikan.

"sepertinya Ziva butuh teman"

Kean mencoba bicara pada Syd. Membicarakan masalah keinginan Ziva. Kean berniat memancing Syd.

"ya, padahal aku berniat ajak keluarga Firna supaya Ziva bisa bermain dengan Nerra" 

Syd menjawab datar, Kean mengernyitkan dahinya. Tampaknya Syd tidak menangkap arah pembicaraan Kean.

"Ziva tidak katakan apapun sama kamu?"

"no, memangnya apa?" 

Syd menyedot orang juice nya. Kean terdiam tak menjawab. Tampaknya Ziva hanya mengutarakan ini pada Kean, tidak pada Syd. Kean memutar otaknya agar bisa membicarakan permintaan Ziva dengan tenang. Tanpa ada teriakan histeris dari mulut Syd.

"sayang?" 

Syd memandangi Kean, Kean tidak sadar Syd memandanginya sejak tadi. Menunggu jawabannya.

"no...." 

Kean mengurungkan niatnya untuk bicara sekarang. Sepertinya nanti malam lebih baik.

"Keanu...." 

Syd berkata lembut, Kean mengusap pipinya, namun Syd menepisnya pelan.

"nothing sayang"

"apa yang kamu tutupi dari aku?"

"sama sekali tidak ada"

"kamu jangan bohong !!" 

Syd mulai mengotot, Kean berusaha santai. Memang Syd selalu seperti ini. Syd benci jika menangkap ada sesuatu yang di tutupi Kean padanya.

"nothing sayang"

"Keanu !!!"

"Sydney..."

"Keanu, just talk to me !!!" 

Syd mulai berkata keras. Ziva yang sedang asik bermain pasir menengok ke arah Syd dan Kean, begitu pula Inah dan Tono. Kean memegang tangan Syd dan mengusapnya.

"Ziva ingin punya adik"

"what????" 

Syd mengerutkan keningnya. Melepaskan genggaman tangan Kean. Syd mulai marah. Kenapa Ziva bisa meminta hal ini???

"menerima Ziva diantara kita itu sudah hal gila dan melanggar komitment kita Kean, sekarang Ziva ingin adik, itu hal paling gila yang pernah aku dengar !!!" 

Syd memelankan suaranya namun penuh penekanan.

"yes, I know sayang. Aku hanya menyampaikan keinginan Ziva. Tapi aku pikir, tidak ada salahnya kalau kita mencoba, lagi pula....."

"oh...dan aku tahu, kamu juga mulai menginginkan ini kan???" 

Syd memotong Kean dengan cepat. Kean sebenarnya masih bertanya-tanya. Apa benar dirinya juga menginginkan ini?

"Syd, listen to me....."

"no !! Aku tahu kamu akan berusaha membujuk aku untuk mengabulkan ini, but no !! It's big no !!!" 

Syd meninggalkan Kean dan berlari menuju cottage. Kean mengepalkan tangannya. Mencoba mengendalikan dirinya. Ya, Kean sudah menebak reaksi Syd akan seperti ini. Reaksi yang sama saat Kean meminta mengadopsi Ziva.

Ziva menghampiri Kean yang masih diam dan memutuskan tidak mengejar Syd yang sedang emosi.

"sudah puas main pasirnya?"

"ya, besok Ziva mau main lagi dengan bi Inah dan mang Tono"

"oke"

"Bunda mana?" 

Ziva mengedarkan pandangannya mencari Syd. Kean tersenyum.

"Bunda kurang sehat, tadi Ayah minta Bunda pulang ke cottage" 

Ziva mengangguk namun sepertinya kecewa Syd tidak ada disini hanya sekedar untuk melihatnya bermain dan berenang.

"sayang, kamu lebih baik mandi ya? Bi Inah akan bantu kamu" 

Inah mengangguk sopan sambil menuntun tangan Syd. Ziva berjalan sementara Kean mengikutinya dari belakang. Kean mengetuk pintu kamarnya dengan Syd sebelum memutuskan membukanya. Kean mengintip Syd sedang duduk di pinggiran ranjang sambil membuka jendela lebar-lebar. Matanya memandang ke arah pantai. Kean mendekati Syd ragu.

"sayang..." 

Kean berkata lembut sambil memandangi Syd. Syd tidak menghiraukannya.

"maaf kalau aku merusak mood kamu"

"aku tidak mau bicara dengan kamu !" 

Syd memperingatkan. Kean merangkul Syd, namun Syd berusaha melepaskan.

"aku ingin sendiri"

"really?"

"kamu lebih baik keluar"

"oke....nanti aku akan jemput kamu kesini untuk makan siang"

Kean mengecup dahi Syd. Syd diam. Dia benar-benar kesal pada Kean. Syd tidak menyangka Kean mau melanggar komitment nya sekali lagi. Syd sudah bersabar menghadapi Kean dengan membiarkannya melanggar komitment dengan kehadiran Ziva. Lalu sekarang? Kean mulai menginginkan anak??? Syd meremas coverlet di ranjangnya. 30 menit kemudian ada suara pintu di buka.

"Bunda?" 

Ziva membuka pintu pelan. Syd menengok ke arah pintu dan tersenyum.

"ya sayang?" 

Ziva mendekati Syd dan langsung memeluknya. Ziva langsung naik ke pangkuan Syd.

"sudah waktunya lunch, Bunda. Bunda tadi kemana? Ziva cari Bunda, kata Ayah Bunda kurang sehat. Apa sekarang Bunda sudah baikan?"

"ya, asal kamu cium Bunda" 

Syd mengedipkan sebelah matanya. Ziva langsung memburu pipi dan bibir Syd. Mengecupnya.

"oke, kita akan turun ke bawah untuk lunch sekarang?"

"sure bunda" 

Ziva memeluk leher Syd. Syd menggendong Ziva yang mengistirahatkan kepalanya di bahu Syd. Syd dengan hati-hati menuruni tangga. Tampak Kean menunggu di meja makan. Kean tersenyum pada Syd, namun Syd memutuskan membuang mukanya.

"ayo turun" 

Syd berdiri di samping kursi, Ziva masih enggan melepaskan pelukannya pada Syd.

"ga mau Bunda" 

Ziva merengek, Syd sedang tidak ingin mendengar rengekan Ziva.

"Ziva, jangan buat Bunda marah sayang, ayo turun dan makan !!" 

Syd berkata tegas, namun tidak membuat Ziva mau melepaskan pelukannya.

"no" 

Ziva merengek manja pada Syd. Kean memeluk Syd dari belakang sambil mencium pipi Ziva. Syd langsung melirik Kean tajam, namun Kean selalu membalas lirikan tajam Syd dengan tatapan hangatnya dan senyuman manisnya.

"ayo sayang, jangan buat Bunda kesal" 

Kean berkata pelan sambil mengedipkan sebelah matanya. Ziva mengalihkan pelukannya pada Kean. Kean menggendong Ziva dan mendudukkannya di kursi.

"setelah ini Ziva mau main pasir lagi"

"tunggu lebih sore, mataharinya sangat terik. Lebih baik Ziva tidur siang"

"oke"

 Ziva mengangguk sambil meneruskan makan. Syd dan Kean saling diam. Kean memang terbiasa mendiamkan Syd saat Syd marah atau kesal, sedangkan Syd tidak suka di diamkan seperti ini.

"Bunda, Ziva ingin punya adik bayi seperti Farrel" 

Syd hampir tersedak piring yang ada di hadapannya. Syd diam tidak menjawab apapun. Kean menunggu reaksi Syd sambil sesekali meliriknya.

"Ziva ingin main dengan adik bayi. Ziva ingin seperti Nerra Bunda" 

Ziva dengan bersemangat menceritakan keinginannya pada Syd. Syd hanya mengerlingkan matanya.

"Bunda bisa antar kamu ke rumah tante Kirey kalau kamu ingin main dengan anak bayi. Kamu bisa main dengan Scarlett sepuasnya"

"no, Kenzi nakal. Ziva ga suka" 

Syd menghela nafasnya berat. Ya, Kenzi memang sering menjahili Ziva dan membuat Ziva geram, selayaknya Kenzi sering membuat Syd geram.

"lagi pula, Ziva ingin adik laki-laki Bunda, seperti Farrel"

"habiskan makanan kamu Ziva !" 

Syd menahan diri untuk tidak menggeram. Syd meremas sendok yang sedang di pegangnya. Sementara Kean menolak untuk terlibat dalam percakapan ini. Kean takut salah bicara dan memperburuk mood Syd, sehingga Kena memutuskan diam dan menonton reaksi Syd.

Setelah selesai makan, Syd langsung mengajak Ziva ke kamar dan menidurkannya. Ziva memeluk Syd dan menempelkan pipinya di dada Syd. Syd mengusap punggung Ziva. Syd berdoa agar setelah Ziva bangun, dia melupakan keinginannya itu. 

Keinginan yang tidak mungkin Syd penuhi. Ziva boleh meminta apapun pada Syd, bahkan jika Ziva ingin membeli toys store langganan mereka, Syd bersedia untuk membeli toko tersebut. Tapi jika yang dimintanya adalah seorang adik, itu hal tidak mungkin. Syd menolak untuk melakukan itu dan melanggar komitment pernikahannya. Please sweetie, jangan lakukan ini pada Bunda, bisik Syd dalam hati sambil mengecup kening Ziva.

Continue Reading

You'll Also Like

51.3K 4K 53
20 ++ Semesta mempertemukan Aradea dan Dania kembali. Kisah cinta yang telah dikubur dalam-dalam bangkit dan menjadi semakin membara, sampai masuk D...
49.9K 7.5K 47
[COMPLETED] Ketika kau takut untuk kembali mencoba membuka hati setelah pernah merasakan sakit yang begitu dalam. Ketika kau takut untuk kembali menj...
80.2K 4.1K 23
Dilihat dari segi manapun cewek itu cuma menang cantik doang, paling otak nya kosong kalaupun ada isi kepala nya hanya seputar make up dan followers...
STRANGER By yanjah

General Fiction

255K 28.8K 34
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...