Sorry, I Love Your Daddy! (TA...

By nikendarcy

102K 21.3K 3.3K

VERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjad... More

1. Sindrom Anak Tengah
2. Pria Bermata Indah
3. Koboi Seksi
4. Sugar Daddy
5. Rayuan Chase
6. Si Seksi Yang Kasar
7. Jesse dan Masa Lalunya
8. Misi Perdamaian Untuk Ayah dan Anak
9. Menjadi Cantik dan Pintar Saja Tidak Cukup
10. Perusak Suasana
11. Demi Chase
12. Berusaha Dalam Diam
13. Malaikat Itu Ada Di Sana
14. Jatuh
15. Magic Hour
16. Aku Ada Di Sini Untukmu
17. Pengakuan
18. Pengganggu
19. Pertengkaran Dengan Clara
20. Sudut Pandang Lain
21. Sebuah Kesempatan
22. Fokus Pada Sebuah Misi
23. Perubahan Rencana
24. Berkuda Denganmu
25. Getaran Yang Semakin Menguat
27. Terbakar Api
28. Hal Terbaik Yang Bisa Dilakukan
29. Haruskah Kulupakan Begitu Saja?
30. Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
31. Hati Yang Bercabang
32. Hubungan Yang Baru
33. Kembalinya Sang Mantan
34. Jalan Yang Berbeda
35. Kesempatan
36. Dia, Sang Mantan Kekasih
37. Semua Sudah Terlambat
38. Hati Yang Kembali Patah
39. Kita Akan Mencari Cara
40. Bagian Dari Keluarga
41. Alasan Untuk Pergi
42. Harga Yang Harus Dibayar
43. Mencoba Melupakan
44. Bicara
45. Mencoba Berdamai
46. Semua Orang Pernah Berbuat Kesalahan
47. Anak Lain Yang Diabaikan
48. Pertemuan Kembali
50. Kau Milikku
51. Permintaan
52. Pulang
53. Seperti Yang Selalu Terjadi
54. Aku Akan Selalu Ada Untukmu
55. Tidak Ada Pilihan Lain
56. Bawa Aku Pergi Dari Sini
57. Mengurai Masa Lalu
58. Masa Lalu Yang Disembunyikan
59. Keputusan
60. Pergi
61. Penawaran
62. Perubahan Rencana
63. Keluarga Baru
64. Bagian Dari Orang Menyenangkan
65. Sebuah Janji
66. Bentuk Cinta Seorang Ibu
67. Kau Dicintai
68. Semua Orang Layak Dicintai (An Open Ending)

49. Sesekali Kau Harus Egois

735 192 18
By nikendarcy

Sebenarnya, Jesse ingin Chase ikut dengannya ke Texas untuk bicara dengan Adinda. Akan tetapi, anak itu menolak dengan alasan bahwa dia harus menyelesaikan masalah ini sendirian tanpa intervensi pihak ketiga. Clara juga menolak untuk ikut meskipun itu adalah apartemennya sendiri. Kedua anak itu sama sekali tidak ingin membantunya menyelesaikan masalah ini.

Dan sekarang, di sinilah ia, menunggu dengan tidak sabar kepulangan Adinda. Ini sudah lewat dari jam makan siang, dan perut Jesse begitu lapar. Ia pergi pagi-pagi sekali dari rumah tanpa sempat memakan apa-apa, melakukan penerbangan empat jam, dan sama sekali belum menyentuh makanan.

Ia bisa saja makan dulu sambil menunggu Adinda, tetapi Jesse tidak mau melakukannya. Meskipun kelaparan, Jesse tahu ia tidak akan bisa memakan apapun sebelum bicara dengan Adinda. Hatinya terlalu takut dan gelisah. Ia tidak tahu apakah Adinda akan memaafkannya atau tidak.

Lalu, ia melihat mobil mewah itu berhenti tidak jauh darinya. Tangan Jesse mengepal saat melihat Adinda tertawa bersama pria muda yang keluar dari mobil mewah itu. Mereka tampak begitu bahagia. Siapa dia? Apa pria itu yang membuat Adinda pulang lebih cepat kemari?

Ia mendekat pada mereka, bermaksud menunjukkan pada anak muda itu bahwa Adinda sudah ada yang punya, tetapi anak itu bahkan tidak tampak terintimidasi oleh kehadirannya.

Dan apa maksud anak itu dengan bisa menghubunginya jika butuh bantuan? Dia pikir dengan tubuhnya yang tidak berotot itu bisa mengalahkan Jesse dengan mudah? Anak itu jelas terlalu berani!

Segera setelah mobil itu melaju, Adinda mengajaknya masuk ke apartemen. Gadis itu tidak bicara apa-apa hingga sampai di dalam unitnya, dan hanya menunjuk sofa mungil untuk Jesse duduk.

Ia mengamati sekeliling ruangan yang mungil tetapi nyaman itu. Tempat ini cukup sempit karena banyaknya barang-barang yang gadis-gadis itu miliki. Di meja kecil yang menjadi pembatas antara ruang duduk dan ruang makan, berderet foto-foto empat gadis itu.

Jesse tersenyum. Masa muda yang indah, dan Jesse bersyukur Adinda memiliki sahabat yang sangat sayang padanya. Setidaknya, meskipun keluarga gadis itu tidak peduli padanya, Clara dan yang lain peduli. Juga dirinya, Chase, dan semua keluarga Wells serta orang-orang di peternakan. Adinda tidak akan pernah sendiri.

Adinda kembali di hadapannya dengan dua botol air putih di tangannya, meletakkan satu di hadapan Jesse dan meminum miliknya sendiri. Jesse ingin cepat bicara untuk menyelesaikan permasalahan ini, tetapi dia masih menunggu Adinda membuka bibirnya lebih dulu.

"Kau meninggalkan kekasihmu sendirian di peternakan?" tanya Adinda akhirnya tanpa menatapnya. Gadis itu hanya memainkan botol yang masih ada di genggamannya.

Jesse menunggu dengan sabar hingga gadis itu menatapnya. Memangnya dengan tidak menatapnya, Adinda pikir akan mendapatkan jawaban yang diinginkannya?

Tidak lama, gadis itu mengangkat wajahnya, tetapi tidak menatap mata Jesse dan hanya memperhatikan bibirnya. Itu melukai Jesse. Adinda bahkan tidak mau meihat matanya.

'Lihat aku, Adinda,' bibirnya bergerak pelan.

"Aku sedang melihatmu kok."

'Lihat mataku.'

Saat mata mereka akhirnya saling menatap, Jesse tidak bisa menahan diri untuk tidak beranjak dari duduknya dan mendekap Adinda dalam pelukannya. Ya Tuhan, betapa ia sangat merindukan gadis ini.

Isakan Adinda pecah saat gadis itu balas memeluknya. Jesse memejamkan mata dan membenamkan wajahnya di rambut Adinda, mencoba untuk menahan air matanya sendiri. Hatinya terasa sakit seiring isakan Adinda yang semakin keras. Akan tetapi, di sisi lain, Jesse juga merasakan dirinya kembali utuh hanya dengan memiliki Adinda dalam pelukannya.

Lama sekali mereka hanya berpelukan seperti itu sebelum akhirnya Adinda mendorong tubuh Jesse menjauh darinya. Jesse menjauh hanya agar bisa menatap Adinda, tetapi tidak beranjak ke tempatnya semula karena ia tidak ingin jauh dari Adinda. Ia tidak pernah ingin jauh lagi dari gadis ini.

'Aku merindukanmu,' aku Jesse akhirnya. Sejak tadi, ia sudah sangat ingin mengucapkan itu. Seandainya masih bisa berbicara, Jesse tentu akan mengatakannya keras-keras.

"Bukankah tidak adil kau berkata rindu padaku, tetapi ada wanita lain yang menunggumu?" tanya Adinda sambil menatapnya sendu.

Jesse menggeleng sementara satu tangannya mengusap pipi Adinda untuk menghapus air matanya. 'Tidak ada wanita lain.'

"Tetapi Chassidy..."

Jesse kembali menggeleng. 'Aku kemari untuk menjelaskan semuanya, dan kuharap kau mau mendengarkanku. Kau mau?'

Adinda mengangguk. "Tetapi bukankah lebih baik kau duduk di sana?" Dagu Adinda menunjuk sofa tunggal yang tadi Jesse duduki.

'Aku tidak mau. Aku ingin bicara sedekat ini denganmu.'

Bibir gadis itu tersenyum muram. "Aku seharusnya marah padamu."

'Karena membawa Chasey ke peternakan?'

Sekarang Adinda cemberut. "Bisa kau tidak usah menggunakan nama kesayanganmu itu di depanku sekarang?"

Jesse tertawa. Ternyata melihat Adinda yang cemburu sangat menyenangkan.

'Kami tidak memiliki hubungan apa-apa.'

"Jika tidak memiliki hubungan apa-apa, kau tidak akan membawanya pulang, kau tidak akan berjalan sambil berpelukan mesra dengannya di restoram, dan kalian juga tidak akan menaiki Willow dan tertawa seakan dunia hanya milik kalian berdua!"

Selesai menyemburkan emosinya, Adinda berusaha untuk bangkit dan menjauh. Namun, Jesse lebih dulu menyingkap pinggangnya dan menarik gadis itu kembali ke pangkuannya. Kedua lengannya memeluk pinggang Adinda seperti capit baja.

"Jesse, lepaskan aku."

Gadis itu meronta tanpa tenaga berarti, yang Jesse asumsikan sebagai bentuk bahwa apa yang Adinda katakan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya diinginkannya.

'Kau bilang kau mau mendengarkanku.'

Adinda menghela napas, memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya kembali dan menatap Jesse.

"Maafkan aku."

Jesse tersenyum. 'Aku yang seharusnya minta maaf untuk semua yang kulakukan padamu semenjak aku meninggalkanmu di padang rumput.'

"Apa ciumanku mengecewakanmu? Atau, aku terlalu muda untukmu?"

Suara Adinda terdengar begitu sedih hingga membuat Jesse kembali memeluknya. Ia merapatkan tubuh mereka hingga seluruh syaraf Jesse menjerit ingin membebaskan diri.

"Bukan itu," bisiknya lirih di telinga Adinda. Tubuh gadis itu sedikit menegang mendengar suaranya.

"Aku menginginkanmu. Sangat menginginkanmu. Bahkan sekarang." Jesse sedikit menggeser duduknya sehingga Adinda bisa merasakan apa yang menggeliat di balik celana jinsnya.

"Jesse..."

Adinda bergeser, tetapi lagi-lagi Jesse menolak melepasnya. Ia kembali merapatkan bibirnya di telinga Adinda.

"Aku tahu itu salah, karena itu aku mencoba menjauh darimu. Aku tidak ingin merusakmu," bisiknya lagi.

Bahkan meskipun ia sangat menginginkan Adinda, Jesse tidak akan melakukan apapun yang bisa membuat gadis itu menyesal selamanya. Lagipula, ia sudah merasakan akibat dari pergaulan bebasnya dengan Chassidy dulu. Jesse tidak ingin mengulanginya.

"Jadi karena itu kau pergi dan mencari Chassidy?"

Jesse menjauhkan wajahnya, menatap gadis itu sambil setengah cemberut. 'Aku melihatmu dan Chase berciuman di danau. Itulah alasan utama aku pergi. Aku hanya kebetulan bertemu Chassidy.'

Wajah Adinda memerah saat mendengar itu. "Itu..."

'Aku tahu. Chase sudah menceritakannya padaku, walaupun sebenarnya aku agak tidak setuju dengan caranya membuktikan perasaannya itu.'

Mata Adinda melebar. "Kalian bicara?"

Jesse mengangguk.

"Benar-benar bicara?"

Menyadari maksud pertanyaan Adinda, Jesse tertawa tanpa suara.

'Kami tidak saling memukul kalau itu yang ingin kau tanyakan.'

"Jadi kalian..." gadis itu menggigit bibirnya, "...maksudku kalian bertiga, sudah bicara?"

'Hanya aku dan Chase. Chassidy sudah pulang ke Louisville di hari yang sama kau pergi.'

"Apa kalian..." Adinda menunduk tanpa menyelesaikan perkataannya.

Jemari Jesse mengangkat dagu Adinda hingga gadis itu menatapnya lagi.

'Aku tidak kembali bersama Chassidy. Aku hanya ingin membantunya untuk meminta maaf, tetapi rupanya Chase tetap tidak ingin memaafkannya.'

"Kenapa anak itu keras kepala sekali!" seru Adinda sedikit kesal. "Dan kau sendiri, kalian juga belum berbaikan?"

'Coba tebak?' ucap Jesse sambil tersenyum.

Adinda menjerit keras sebelum gadis itu memeluknya dengan begitu erat.

"Kalian berbaikan!!" jeritnya lagi dengan riang.

Jesse mengangguk dalam pelukan Adinda sebelum gadis itu melepas pelukannya.

"Kau tidak bercanda kan?"

'Kau bisa meneleponnya jika tidak percaya. Hubungan kami sudah membaik. Berkat kau.'

Mata Adinda kembali berkaca-kaca sebelum air matanya kembali tumpah dalam pelukan Jesse. Jika bukan karena gadis ini, Jesse tahu hubungannya dengan Chase tidak akan pernah membaik.

"Aku sangat bahagia untuk kalian," ucap Adinda sambil melepas pelukannya sementara matanya masih berkaca-kaca.

Tangan Jesse terulur untuk menghapusnya. 'Setelah ini giliranmu. Tidak ada satu orang anak pun yang berhak diabaikan kedua orang tuanya.'

"Kau tahu?"

Jesse mengangguk. 'Chase menceritakannya padaku. Dari apa sebenarnya hatimu terbuat? Kau memiliki masalah sendiri, tetapi malah memikirkan orang lain.'

Adinda tersenyum. "Kalian bukan orang lain bagiku. Tidak peduli apapun yang terjadi padaku, anak lain tidak boleh seperti itu."

'Tetapi aku peduli." Tangan Jesse menangkup sebelah pipi Adinda. 'Aku juga ingin kau berbaikan dengan mereka. Kau gadis baik, Adinda. Kau berhak bahagia dengan hidupmu sendiri. Jangan hanya terus memikirkan orang lain. Sesekali kau harus egois dan memikirkan dirimu sendiri.'

"Jika aku egois, aku sudah merebutmu dari Chassidy dan melemparkan wanita itu dari atas punggung Willow."

'Seharusnya kau memang melakukan itu. Dengan begitu, aku tahu kau masih memiliki perasaan padaku.'

"Kau pikir aku tidak memilik perasaan lagi padamu?"

Jesse mengangkat bahu. 'Kau pergi tiba-tiba tanpa alasan, dan...'

"Aku bukan pergi tanpa alasan! Aku punya pekerjaan," potong Adinda sambil cemberut.

'Benar kau hanya pergi karena pekerjaan? Bukan karena cemburu pada Chassidy?'

"Itu juga! Kau seharusnya tidak perlu tertawa sebahagia itu saat bersamanya!"

'Nah, kau sendiri juga sebahagia itu saat tertawa bersama anak muda tadi.' Mata Jesse menyipit sementara bibirnya cemberut.

"Itu klienku! Dia yang membuatku harus pulang lebih cepat kemari."

'Tetapi kalian terlihat akrab sekali.'

"Kau cemburu?" Mata Adinda menari-nari saat menatapnya.

'Tentu saja. Kau hanya boleh tertawa seperti itu bersamaku.'

"Jesse, maksudmu..."

'Aku mencintaimu, Adinda. Sangat mencintaimu hingga rasanya nyaris gila. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku mohon.'

Mata yang tadi menari-nari itu sekarang berkaca-kaca menatapnya sementara tangannya menangkup pipi Jesse dengan gemetar.

"Kau...serius dengan yang kau katakan?"

Jesse mengangguk, dan sekali berharap ia benar-benar bisa bicara.

'Aku jatuh cinta padamu. Mungkin sejak pertama kali melihatmu, dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku ingin menjadi seseorang yang egois. Aku tidak ingin kehilanganmu atau merelakanmu untuk siapapun. Aku hanya ingin kau bersamaku.'

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 47.3K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
10.7K 620 11
Chuuya yang dijebak kakak tirinya sampai ia hamil siapa bapak dari anak ini?.....
1.5M 84.1K 62
Ya Illahi Rabb, izinkan seorang ikhwan berdiri disampingku, memimpinku kala keningku menyentuh bumi mengagungkan namaMu, menjadi jalan tolku menuju j...
820 133 12
Nirina dibayar oleh Karen untuk menggantikannya datang ke kencan buta yang sudah diatur orang tua Karen. Karen akan membayar SPP kuliah Nirina kalau...