Mrs 30

By nyonyahcullen

651K 33.1K 782

Ghendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilk... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Bab 7
Delapan
Sembilan
10
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat belas
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27 (revisi)
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40

Bab 23

15K 889 41
By nyonyahcullen

Cusss ke karyakarsa untuk baca sampai tamat ya🤩🤩
....

              “Beneran aku enggak harus ikut?”

                Ghendis yang baru saja memakai tas ranselnya, menahan diri untuk tidak memutar bola matanya. Ini sudah hampir 10x Hiro bertanya sejak pagi.

               Hari ini ia akan pulang ke rumah orangtuanya, setelah 2 minggu lebih ia keluar dari rumah. Papanya menelpon kemarin dan memintanya pulang ketika weekend, padahal Ghendis dan Hiro sudah menjadwalkan hari libur untuk mengajak Akira bermain.

               Ghendis menghampiri Hiro yang sedang berbaring di ranjangnya. Hiro memeluk pinggangnya erat, wajahnya cemberut. Jika seperti ini, ia lebih seperti anak-anak dibandingkan Akira. Aah.. untung saja Akira sedang pergi bersama Tyo.

               “Besok aku pulang kok.”

               “Tetap aja kita enggak ketemu sehari. Aku benar-benar enggak boleh ikut?” Hiro menatap ekspresi datar Ghendis, pria itu menghela nafas dan mencium dahi kekasihnya. “Aku mengerti, kalau ada apa-apa kamu harus kasih tahu aku. Aku akan antar kamu, enggak sampai depan rumah.. aku bisa nurunin kamu di tempat terdekat.”

               Ghendis mengangguk. “Pakai mobil sesederhana mungkin yang enggak mencolok.”

               “Oke,”

               “Oh iya, soal Akira...”

               “Kenapa Akira? Dia bikin ulah?”

               “Yang ada Bapaknya yang bikin ulah!” jengkel Ghendis mendorong dada Hiro. “Aku amati kalau Akira kurang mampu dalam sosialisasi yah wajar aja karena di lingkungan rumahnya dia enggak ada teman sebaya. Aku rasa kalau kita membiarkan, ini enggak akan baik. Aku punya saran dan aku harap kamu bisa mempertimbangkannya. Bagaimana kalau Akira kita daftarkan ke preschool?”

               “Preschool? Akira sudah kursus melukis, musik, bukannya itu sama saja dengan belajar?”

               “Beda! Kamu hanya mendaftarkan Akira ke kelas privat sementara preschool itu seperti PAUD, keponakanku yang usia 3 tahun hampir semuanya daftar ke sana. Jadi kayak playdate lagi, bermain sambil belajar, di sana Akira bisa punya teman sebaya. Kasihan dia menghabiskan waktu cuma di rumah, walaupun kadang-kadang aku ajak keluar tapi kan beda.”

               Hiro membelai ramput Ghendis dengan senyuman lebar. “Oke aku setuju, aku serahkan untuk keputusan sekolahnya sama kamu karena kamu pasti lebih paham ini.”

               Ghendis mengangguk semangat. “Nanti aku bikin daftar rekomendasi preschool buat Akira dan kamu bisa survey sekolahnya sebelum memilih.”

               “Kita akan survey ke sana,” koreksi Hiro membuat Ghendis semakin tersenyum.

                Hiro memeluk erat Ghendis, hatinya menghangat. Segala hal mengenai Akira selalu ia putuskan sendiri.

                Sejak lahir sebagai calon pewaris Ryu corporation, hidupnya sudah diatur oleh keluarganya. Ia tidak pernah bermain ataupun bergaul dengan teman sebayanya. Hidupnya penuh dengan belajar dan ia hanya bermain dengan Sakura yang sudah dijodohkan dengannya sejak kecil.

                Karena itu apa yang ia lakukan menurun pada Akira. Ia tidak pernah memikirkan bagaimana anak itu bermain, berteman atau apapun. Akira lahir sebagai calon penerusnya dan ia harus mendapatkan pendidikan yang layak.

               Mendengar bagaimana Ghendis memberikan pendapat, mengajaknya diskusi membuat hatinya hangat. Tidak salah ia begitu menyayangi Ghendis.

               Hiro menatap Ghendis dalam-dalam. Sorot matanya penuh cinta dan memuja pada gadis itu membuat Ghendis sedikit bingung harus bagaimana. Sebelum gadis itu berbicara, Hiro mencium Ghendis penuh hasrat.

               Ghendis merespon ciuman Hiro dan melingkarkan sekeliling lengannya ke leher pria itu, Hiro menariknya berbaring di kasur dan terus menciumnya hingga Ghendis merasa kewalahan. Entah bagaimana kini Hiro berada di atasnya, membuat Ghendis membuka mata dan mendorong pria itu keras.

               “AWWW!” Hiro terjatuh dari kasur.

               “Ma-maaf! Maaf!!” dengan tergesa-gesa Ghendis membantu Hiro untuk kembali duduk di atas kasur.

               Bahaya! Bahaya! Tempat tidur adalah wahana bahaya untuk pasangan apalagi duda seperti Hiro!! Teriak Ghendis dalam hati.

               “Kamu... enggak suka?” tanya Hiro setelah terdiam beberapa saat. 

              “Aku suka dicium kamu, tapi aku harap kamu bisa menghormati prinsip aku untuk tidak lebih dari itu.”

               Hiro mengerjapkan mata. “Kamu... maksudnya? Sayang, maaf kalau aku harus bertanya ini. Apa.. kamu masih perawan?” 

              “Ya, aku masih perawan.”

               Hiro melotot, pria itu berdiri dan mondar-mandir di hadapannya membuat Ghendis bingung dengan respon pria itu.

                “Tidak mungkin... tidak mungkin...” gumam pria itu, melirik Ghendis lalu kembali sibuk dengan pikirannya. 

              “APANYA YANG ENGGAK MUNGKIN? KAMU MERAGUKAN AKU?” Teriak Ghendis.

               “Sayang... enggak! Tolong jangan tersinggung, aku tidak mempermasalahkan itu toh aku juga sudah tidak perjaka. Aku menerimamu apa adanya.” 

              “Apaan sih? Apa yang aku bilang itu jujur.”

               Hiro duduk di sebelah Ghendis, tangannya merangkul bahu Ghendis, mengusapnya untuk membuat gadis itu kembali tenang. “Sayang, bukannya pertama kali kamu datang ke sini, kamu bawa itu?”

               Ghendis menatap bingung. Mencoba mengingat.

               Itu?

               Itu?

               ITU??? 

              Ghendis menganga, ia teringat jika pertama kali datang, ia membawa sarung tempur milik adiknya. Aaah... pantas saja Hiro meragukannya.

                Ghendis berdeham, merasa malu karena tadi membentak Hiro. Siapa pula perempuan yang tidak tersinggung jika berada di posisinya? “Oh itu.. itu bukan punya aku. Itu punya Chitra, adikku. Tyo menjemput paksa aku waktu aku baru pulang dari supermarket beli pesanan Mama dan adikku.”

               Hiro terkejut, dadanya menghangat dan menatap kagum Ghendis. “Jadi, kamu masih perawan?”

               Ghendis mengangguk. “Bahkan aku belum pernah pacaran.”

               “Beneran?”

               “Hmmm kehidupanku yah bisa dibilang membosankan dan monoton.”

               “Kehidupanku juga bisa dikatakan membosankan dan monoton.” Gumam Hiro. “Ghendis, aku semakin ingin mengenalmu!”

               “Kita masih punya banyak waktu untuk saling mengenal.” Ujar Ghendis.

               Setelahnya, mereka berjalan keluar kamar sambil bergandengan tangan. Hiro menyampirkan tas Ghendis di pundaknya. Mereka menuju rumah Hiro dan langsung masuk ke dalam basement. 

              Ghendis terkejut melihat mobil berjajar di dalam basement rumah Hiro. Dari mobil sport hingga mobil manusiawi seperti brio pun ada. Rasanya Ghendis berada di showroom mobil. “Ini punya kamu semua?”

               “Hmm..” Hiro mengambil kunci mobil di sakunya. “Kita pakai ini saja?” tunjuknya pada mobil jazz berwarna putih. 

              Ghendis mengangguk dan segera masuk begitu Hiro membukanya. “Kamu koleksi mobil?” 

              “Yahh begitulah.” 

              Ghendis mendengus. “Hobi orang kaya,”

               “Kalau kamu mau, kamu bisa ambil sayang.” 

              Ghendis menggelengkan kepala. “Aku lebih suka pakai motor biar enggak macet dan bensinnya murah.”

               “Aku juga punya motor, kalau kamu mau...”

               “Enggak makasih!” sela Ghendis. “Jadi, besok kamu mau ajak Akira ke mana? Aku liat di internet kalau park kircon ada wahana dinosaurus. Kayaknya asyik kalau Akira di bawa ke sana.”

               “Oke, kamu bisa ikut sayang? Dia pasti bakalan bahagia kalau kamu ikut, tapi kalau kamu enggak bisa enggak apa-apa, biar aku berdua saja dengan Akira.”

               “Aku mungkin nyusul, besok aku kabarin lagi karena rencananya keluargaku diajak makan sama pacar adikku.”

               “Oke, kami akan nunggu kamu.” Ucap Hiro meraih tangan Ghendis dan menciumnya.

Continue Reading

You'll Also Like

575K 54.9K 123
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
136K 6.3K 29
π™π™Šπ™‡π™‡π™Šπ™’ π™Žπ™€π˜½π™€π™‡π™π™ˆ 𝘽𝘼𝘾𝘼~ ____________πŸ•³οΈ____________ Jika ditanya apakah perpindahan jiwa keraga lain, kalian percaya? Menurut saya perc...
955K 71.6K 55
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
1.6M 175K 66
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes "Kita kapan akan bercerai?" - Aliyah, istri. "Kamu ajakin saya kumpul kebo?" - Jesse...