When The Sun Is Shining

By sourpineapple_

8.8K 1.2K 117

ON GOING ALL ABOUT RAKA'S FAMILY [ BAGIAN DARI IT CALLED LOVE, ELVANO, & RENJANA ] *** Sebab, pada dasarnya... More

PROLOGUE
Ø1: MPLS
Ø2: 08 BERAPA?
03. TRIAL
Ø4. TEMAN BARU
Ø5. BUNGA TAI AYAM
Ø6. ROLE MODEL
Ø7. LOVE LANGUAGE
Ø8. REONI BAPAK-BAPAK
Ø9. ABANG
11. HANYUT
12. KECEWA
13. PECAH
14. EGO
15. WHERE I AM?
16. ISI KEPALA
17. CAN WE FIX IT?
18. MAKAN MALAM
19. ISENG
20. WHAT HOME FEELS LIKE
21. SOUNDS SO PATHETIC
22. TALK LIKE A GENTLEMAN
23. HIS BIGGEST FEAR
24. DOWN
25. WE WERE DONE
26. HOW MUCH THEIR LOVE
27. SUNFLOWER
28. DON'T GIVE UP

1Ø. TENGGELAM

228 32 3
By sourpineapple_

Hugo dan keluarganya sedang ada di pelataran depan rumah ketika motor baru milik Elkano yang diantar oleh pihak dealer sudah sampai dan mendarat di rumah dengan selamat tanpa lecet.

"Katain nih katain, katain Kano lo kalau berani," ledek Elvano pada Hugo yang sedari tadi hanya bersidekap sambil menyandar pada pilar rumah memperhatikan Elkano yang mencoba untuk menghidupkan motor barunya.

Hugo baru banget pulang, masih menggunakan seragam yang bentuknya nggak karuan dan lembab terkena keringat karena dia pakai bermain voli tadi, dia nggak ada jadwal ekskul tapi lihat ada anak-anak yang bermain voli di lapangan sekolah, iman Hugo terlalu lemah buat nggak ikutan, alhasil dia nimbrung sebentar tadi.

Dan ternyata waktu sampai rumah, Hugo lihat ada mobil pick up yang bawa motor baru berhenti di depan rumahnya yang mana mereka sedang mengantarkan motor milik Elkano.

Lalu kenapa Elvano meledek demikian? Sebab motor barunya Elkano ini adalah jenis matic. Iya, motor sport gede yang kadang suka dipinjem Hugo buat kencan itu ditukar jadi motor vespa matic warna biru ucul. Hugo meyayangkan sebetulnya, motor sekeren R15 ditukar dengan vespa matic, tapi ya ... dia punya hak protes apa? Motor juga bukan motor dia, pemiliknya sendiri yang ingin untuk ganti kendaraan.

"Cih, ini motor lebih mahal daripada punya lo," balas Hugo seraya merotasi bola matanya.

"Mau dituker juga, Bang?" Raka tiba-tiba bertanya seperti itu pada Elvano.

"Hah? Nggak deh, Pa. Nggak minat, mau dikata murahan juga motor Vano itu punya banyak cerita, Vano 'kan punya motor karena butuh kendaraan, bukan butuh buat keren-kerenan kayak sebelah," ujar Elvano menyindir Hugo.

Hugo melirik sinis. "Mau naik Lamborghini juga kalau yang bawa elo, kaga ada keren-kerennya," balas Hugo.

"Pa, Hugo nggak ditawarin juga nih?" Hugo bertanya pada papanya.

"Loh? Bukannya kamu nggak mau motor matic, Go?" sahut Raka.

"Emang. Harusnya, motor Bang Kano kemarin buat Hugo aja, terus Bang Kano tinggal beli baru yang lama nggak usah dijual," ujar Hugo.

"Terus CRF kamu yang dijual?" balas Raka.

"Lah, ya jangan dong! Kan maunya punya dua, Pa," ujar Hugo.

"Maruk! Serakah adalah perbuatan dosa!" Seru Elvano menimpali.

"Buat apa punya motor banyak-banyak, Go? Emangnya mau kamu kendarain barengan?" Ghea ikut bersuara.

"Ya 'kan buat ganti, Ma, kalau bosen ini, pake yang itu, gitu," ujar Hugo.

"Itu mauan lo," cibir Elvano.

Hugo kontan menyahut nyolot. "Emang mauan gue, kenapa lo? Iri?"

Ghea hanya menghela napas, lalu perhatiannya tersita ketika mendapati ekspresi si bungsu yang tampak masam.

"Adek kenapa? Kok lesu gitu?" tanya Ghea.

Reon mengerucutkan bibirnya. "Bang Kano minta motor langsung dibeliin, kok Reon disuruh nabung dulu, Mama?"

"Loh, siapa yang bilang langsung dibeliin? Ini Bang Kano juga nabung kok, terus uangnya ditambahin sama Papa, ditambah motornya yang lama juga dijual. Adek kira ini dibeliin sama Papa?" balas Ghea menanggapi ucapan si bungsu dengan tawa kecilnya.

Mendengar hal itu pun, Raka juga tertawa. "Bang Kano nabung dulu ini, tanyain coba sama orangnya, ini dibeliin Papa seratus persen apa enggak?"

Lalu Elkano menggeleng dan menjawab, "Enggak. Uang tabungan Bang Kan ditambahin sama Papa buat beli ini."

"Tuh, denger 'kan? Masa Adek iri sih sama Bang Kan?" ujar Ghea.

Reon lantas membantah, "Reon enggak iri!"

"Terus kenapa kok ngebandingin sama Bang Kan begitu?" Raka bertanya.

"Nanti Adek juga dapet kok, sekarang semangat dulu ya nabungnya, oke?" Ghea tersenyum.

"Mau ikut Bang Kan cobain motornya?" tawar Elkano pada Reon.

"Boleh?" tanya Reon.

"Boleh."

Reon langsung mengangguk-angguk cepat dan berseru, "Mau! Reon mau ikut!"

"Rusak nanti kalau ngajak Reon. Reon 'kan tukang rusakin barang." Hugo berceletuk. Mulai lagi jahilnya.

"Enggak! Itu 'kan enggak sengaja, lagian Reon rusakin barang biar Bang Go berguna!" sanggah Reon.

Ghea yang tadinya lihatin Raka sama Elkano yang sedang mengamati motor pun menoleh akibat seruan Reon, wanita itu lantas menegur, "Adek?"

Reon yang peka jika panggilan mamanya bermaksud menegur langsung membela diri, "Bang Go berguna buat benerinnya, Ma!"

"Nggak boleh bilang begitu, harusnya Adek bilang makasih ke Bang Go karena udah mau benerin barangnya yang rusak," ujar Ghea.

"Tuh dengerin. Awas lo, Cil, kalau mainan lo rusak, gue buang ke tempat sampah." Hugo menyahut.

"Beli lagi!" balas Reon.

"Jangan dikasih, Ma, Reon boros banget sama mainan, nanti dibeliin baru juga dirusakin lagi, percuma, buang-buang uang namanya."

Barusaja Reon mau mangap ingin membalas perkataan Hugo, tapi Elvano sudah lebih dulu menggagalkannya dengan menggiring si bungsu itu untuk masuk ke rumah.

"Udah, jangan didengerin, mending masuk aja," ucap Elvano, menengahi percekcokan yang kalau nggak dilerai nggak akan ada yang mau ngalah sampai salah satunya menangis, dan sudah jelas siapa yang bakal nangis, pasti Reon.

"Mandi, Go. Itu seragamnya taruh di keranjang cucian. Kamu ini kebiasaan seragam sekolah suka dipake main voli," ucap Ghea yang hafal dengan kebiasaan anaknya.

"Kok tau kalau main voli?" Hugo menyengir.

"Ya itu, Mama sampai hafal sama kelakuan kamu."

Hugo hanya cengengesan, lantas berlalu masuk ke rumah untuk bersih-bersih dan beristirahat sebelum nanti malam gelut lagi sama adiknya bungsu.

***

Hugo lumayan sering memang ikut teman-temannya nongkrong di warung belakang sekolah selepas selesai kelas, walaupun nggak sampai setiap hari karena selain Hugo punya urusan lain, dia juga kadang malas buat cuci kering seragamnya setelah terkena paparan asap rokok yang bau tembakaunya menempel pada seragam.

Hari ini Hugo ikut nongkrong di tempat biasa, sebetulnya Hugo malas buat cuci kering seragamnya, tapi kalau sering nolak ikut dan beralasan, Hugo juga merasa lumayan nggak enak.

Oleh karena itu, sewaktu meletakkan backpack-nya, Hugo berkata pada ketiga temannya, "Jangan ngerokok dah hari ini, gue lagi males nyuci kering."

"Nyuci kering gimane maksudnya?" Ardo yang sudah ancang-ancang mengeluarkan bungkus rokoknya pun bertanya.

"Bau asap rokoknya nempel di baju, besok 'kan seragam ini masih dipake," ujar Hugo.

Alih-alih menggubris permintaan Hugo buat nggak ngerokok hari ini, Brian malah mengambil bungkus rokok di tangan Ardo dan menyalakannya dengan pemantik api, lalu menaggapi ucapan Hugo setengah meledek, "Bukan karena takut ketauan dan dimarahin nyokap lo 'kan, Go?"

Hugo mengernyit. "Takut ketauan apaan? Gue nggak ngapa-ngapain. Kalau dimarahin sih paling cuma diomelin dikit," balasnya.

Ardo tertawa. Sedangkan Fazio belum berkomentar apa-apa, dia sudah menyalakan rokoknya lebih dulu, mengisap dan mengeluarkan asap melalui hidungnya.

"Cielah, segitu nggak sukanya lo sama bau asap rokok. Makanya cobain sendiri, ntar juga lo doyan," ujar Ardo di sela tawanya.

Berdecak dan menggeleng nggak tertarik. "Gak dulu dah."

"Nggak berani Hugo, cupu jiakhh." Ardo tertawa meledek.

"Gue nggak cupu," bantah Hugo, nggak suka diejek demikian. Karena itu membuat ego dan harga dirinya seperti diinjak-injak.

"Cupu atau enggak itu diakui bukan mengakui. Lo tanya dah anak-anak kelasan kita, siapa yang kaga ngerokok, palingan juga cuma elo." Fazio berkomentar dengan senyum tipisnya, dengan ekspresi santai sembari mengisap nikotinnya.

Brian menimpali, "Iye, jaman sekarang mana ada cowok yang kaga ngerokok? Palingan juga cuma anak mama kayak lo."

"Anak Mama, hahaha," sahut Ardo, tertawa.

Hugo makin jengkel, tapi seolah nggak diberi kesempatan buat membantah atau membela diri, teman-temannya itu terus memojoki.

"Tau nih. Coba dulu nih satu batang, tunjukin kalau lo nggak cupu," ujar Fazio, mengambil bungkus rokok lengkap pemantiknya, meletakkan benda itu di meja tepat depan Hugo.

"Satu batang doang nggak akan bikin lo bengek 'kan?" Brian bertanya setengah meledek, cowok itu tersenyum miring, membuat Fazio dan Ardo tertawa.

"Apaan dah? Kaga mau gue. Dibilang baunya nggak enak." Hugo bersikukuh menolak, kendati merasa kesal karena terus saja diejek.

"Yaelah, bilang aja lo nggak bisa ngerokok. Cupu sih lo. Dasar anak Mama," ledek Brian.

"Tau tuh Hugo, wuuu." Ardo mengompori.

"Dia 'kan anak Mama, ntar dimarahin mamanya kalau ketauan ngerokok."

"Yhahaha, nurut amat kayak robot. Nggak ada tantangannya hidup lo. Nyoba sebatang juga nyokap lo kaga bakal tau."

Karena semakin merasa nggak terima dengan semua cecaran yang melukai egonya, Hugo pun meraih bungkus rokok yang menganggur di sana, menyalakannya dengan korek lalu mengisap sebatang tembakau itu dengan amatir, hal tersebut langsung mengundang seruan heboh dari teman-temannya.

"Widihhh, ya gitu dong, Bro! Ini namanya baru cowok beneran!"

Awalnya memang mencoba sebab terpaksa, tapi pada akhirnya, arus yang terus menggerus itu tak lagi bisa ia lawan, ia hanyut sampai ke mana arus tersebut membawanya tenggelam.

***

nah kan. apa juga dibilangin, ngeyel.

hugo dikasih cobaan malah dicobain, wkwk.

dah ya gais, jumpa part selanjutnya! btw jgn lupa mampir ig (at) sshenaav buat info update/konten menarik lainnya, thank you 💋

Continue Reading

You'll Also Like

110K 7.5K 15
Berawal dari baju batik couple, gak disangka jadi couple beneran. Rena, gadis gamon alias gagal move on. Rena gak pernah tahu bahwa batik yang dia...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 68.2K 31
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3.1M 129K 23
Ketemu lagi sama mantan? Mungkin itu adalah suatu 'kebetulan' atau 'hal' yang sangat tidak Nabilla inginkan. Namun, sayangnya, suatu kebetulan itu ha...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 329K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...