When The Sun Is Shining

Por sourpineapple_

11.1K 1.3K 125

COMPLETE ALL ABOUT RAKA'S FAMILY [ BAGIAN DARI IT CALLED LOVE, ELVANO, & RENJANA ] *** Sebab, pada dasarnya s... Más

PROLOGUE
Ø1: MPLS
Ø2: 08 BERAPA?
03. TRIAL
Ø4. TEMAN BARU
Ø5. BUNGA TAI AYAM
Ø6. ROLE MODEL
Ø7. LOVE LANGUAGE
Ø9. ABANG
1Ø. TENGGELAM
11. HANYUT
12. KECEWA
13. PECAH
14. EGO
15. WHERE I AM?
16. ISI KEPALA
17. CAN WE FIX IT?
18. MAKAN MALAM
19. ISENG
20. WHAT HOME FEELS LIKE
21. SOUNDS SO PATHETIC
22. TALK LIKE A GENTLEMAN
23. HIS BIGGEST FEAR
24. DOWN
25. WE WERE DONE
26. HOW MUCH THEIR LOVE
27. SUNFLOWER
28. DON'T GIVE UP
29. IF WE MAKE IT THROUGH
EPILOGUE

Ø8. REONI BAPAK-BAPAK

343 37 1
Por sourpineapple_

bentar, maap dicegat dulu, ini isinya bakal full raka and the geng, nggak ada hugo, dia ga muncul di sini, jadi kalo mau skip chapter ini gapapa. happy reading, lop yu 💘

***

Sesuai yang telah diagendakan oleh Raka dan geng jaman mudanya, mereka mengadakan reoni dan Raka yang menjadi tuan rumahnya. Semua teman Raka minus Hao sudah sepakat meluangkan waktu untuk datang. Kenapa minus Hao? Karena Hao lagi jauh dan nggak bisa ikut juga. Sebab itu pun Raka dan sohib-sohibnya yang lain tentu memaklumi.

Semenjak lulus kuliah dan sibuk dengan urusan kerjaannya masing-masing, mereka memang sudah jarang bertemu, apalagi setelah satu-persatu dari mereka mulai melanjutkan hubungan yang lebih serius. Kadang cuma nggak sengaja ketemu terus ya cuma basa-basi dikit nggak sampai lanjut ngopi apalagi sampai ngobrol santai. Selain disibukkan oleh pekerjaan mereka juga sibuk dengan keluarganya sendiri-sendiri, jadi nggak sempat buat ngopi bareng apalagi kumpul kayak gini, maka dari itu untuk nostalgia masa muda sekaligus agar silaturahmi nggak putus, mereka membuat rencana reoni.

Geng Raka sendiri isinya ada delapan orang—sudah termasuk Raka, dan yang lain di antaranya adalah Bisma, Yesaya, Dika, Alvaro, Louis, Hao, dan Malik.

Fyi, Bisma dulu orang yang lumayan berjasa buat Raka, dulu sewaktu Raka baru-baru banget nikah dengan Ghea, yang waras kasih dia nasihat ya si Bisma ini. Dia bukan budak korporat, jadi punya jadwal fleksibel, makanya Raka sering ketemu Bisma dulu buat curhat.

Semua teman-temannya Raka sudah menikah, bahkan Alvaro sendiri yang kelihatannya nggak meyakinkan banget buat membina rumah tangga, sekarang juga sudah menikah punya anak perempuan satu, dan istrinya juga satu, alhamdulillah. Soalnya dulu waktu masih muda dia pacarnya lima.

Tapi namanya hubungan antar manusia pasti ada susah senangnya, tinggal bagaimana manusia tersebut menyikapi saja, apalagi ujian dalam rumah tangga yang kadang nggak bisa selesai dengan kata maaf saja. Salah satunya adalah Yesaya, di saat teman-temannya lain pamer foto liburan bareng istri dan anaknya, dia justru harus menelan kenyataan pahit untuk mengurus berkas perceraian dengan istrinya di meja pengadilan.

Iya, di antara delapan orang itu, Yesaya sendiri yang duda, dia pisah saat umur pernikahannya baru dua tahun, dan nggak punya buntut alias anak, jadi dia masih kayak bujangan ting-ting.

Dan kembali pada topik acara reoni Raka dengan teman-temannya, mereka bertujuh sedang berkumpul di teras belakang rumah, masih pada ngobrol-ngobrol santai, bahkan si kembar dan Reon pun ikutan mejeng di sana bareng bapak-bapak gaul itu.

"Anak lo ke mana, Ka?" Pertanyaan itu dilontar oleh Bisma, ketika sadar anaknya Raka yang di sini cuma tiga.

"Ini yang di sini siapa menurut lo, Bis?" Alvaro menyahuti pertanyaan Bisma sambil nunjuk si kembar dan Reon.

"Enggak, maksud gue yang satunya lagi. Ini cuma tiga, masih ada 'kan satu lagi? Siapa namanya? Lupa gue."

Yang punya anak pun menjawab, "Hugo. Keluar dia, main sama temennya, kayak kaga tau anak cowok aja lo."

Alvaro tertawa. "Emang diantara kita-kita nih, cuma Raka yang paling tokcer," ucapnya.

Dan disahuti oleh Malik, "Kalau bisa dia mah bininya bunting tiap tahun, Var!"

Lalu Yesaya pun menimpali, "Tapi kaga bisa, keburu disunat duluan tuh burung sama Ghea, hahaha." Membuat para perkumpulan bapak-bapak gaul itu tertawa renyah kecuali Raka.

"Ini mulutnya bisa pada dijaga nggak? Nggak liat anak-anak gue lagi di sini?" Si empu yang diledek memberi peringatan.

Alvaro menukas, "Ah elah! Si kembar tuh udah gede! Ya kaga ngapalah kalau tau, siapa nanti yang habis lulus sekolah mau nikah?" ucapnya, menatap Elvano dan Elkano bergantian, membuat dua cowok kembar itu saling lempar pandang.

"Kaga ada nikah-nikah! Belum waktunya!" Raka menyahut cepat. "Heh, heh, masuk sana masuk. Bawa adeknya masuk, ini makin ngawur ngobrolnya," titahnya, nggak mau anak-anaknya terlibat obrolan sesat.

"Masuk, No, bawa Reon masuk, ini obrolan dewasa," ucap Elvano, malah gantian menyuruh Elkano untuk membawa Reon masuk.

Raka pun membalas, "Kamu juga masuk!"

"Vano 'kan abang!" Elvano membela diri, padahal dia masih kepengin nongkrong di sini sama circle papanya, siapa tau dia dapat info mengesankan buat ledekin papanya.

"Nggak ada abang-abangan, sana masuk semua!" Raka bertitah mutlak, nggak menerima pembantahan.

Elvano berdecak. "Papa nggak asik ah, huu," ucapnya mengeluh, tapi meskipun begitu dia tetap masuk, menggiring Elkano dan Reon untuk masuk juga.

"Tenang, Van, nanti berguru sama Om, biar Om ajari gimana dulu cara Papa kamu gaet lima bidadari sekaligus," ujar Alvaro, membuat langkah Elvano berhenti, cowok jangkung itu menoleh dan menyengir lebar.

"Nggak usah didengerin!" sela Raka galak.

Tapi Elvano justru menyahut, "SIAP, OM!"

"HEH!" Raka kembali berseru galak, yang langsung membuat Elvano melipir kabur masuk ke dalam rumah.

"Anak-anak lo cowok kalau lo lupa, Ka." Alvaro berkata sembari terkekeh.

"Ya terus?" Raka menyahut agak sewot.

"Ya ... ngingetin aja, kalau lo dulu bisa diem-diem nakal, kenapa mereka enggak? Lo dulu bisa bertingkah tanpa sepengetahuan orang tua lo, jadi nggak ada yang tau kalau mereka juga begitu," ujarnya, membuat Raka terdiam sejenak, tapi setelah itu, Raka dengan tenang membalas,

"Syukurnya mereka nggak begitu."

Alvaro tergelak. "Percaya banget? Emang lo tau? Lo ngawasin mereka setiap saat? Lo aja dulu bisa lain di rumah lain di luar, masa mereka enggak," ujarnya lagi.

Kali ini Bisma menengahi dengan berkata, "Kaga usah nakutin begitu dah, Var. Raka 'kan bokapnya jadi dia tau lah anak-anaknya gimana."

Lalu sambil terkekeh, Dika juga ikutan nimbrung, "Tau nih, Varo, daripada nakut-nakutin begitu, mending sesama bapak-bapak, saling semangatin lah."

"Tapi Yesaya bukan bapak-bapak, Dik," celetuk Alvaro, membuat para kumpulan bapak-bapak itu tertawa kecuali si empu yang dimaksud.

Padahal Yesaya diam saja sedari tadi, tapi dia malah dibawa-bawa.

"Mau ngomong kasar tapi sadar umur," ujar Yesaya, hanya bisa tersenyum seperti logo kumon.

Sembari tergelak, Alvaro menepuk bahu Yesaya yang duduk di sampingnya. "Kaga ngapa, brodi. Nikah bukan perlombaan, tapi ya jangan jadi duda seumur hidup juga lo."

"Belajar aja dulu dari kesalahan, jangan sampe nanti malah lanjut part dua, Yes," timpal Malik ikut tertawa.

"Jadi gimana nih? Kita mulai sekarang aja apa gimana?" Raka menengahi obrolan itu dan mulai membahas agenda reoni mereka.

"Apa aja nih agendanya?" Malik bertanya.

"Oh iya, bentar gue kasih tau dulu." Raka mengambil ponselnya untuk membuka jadwal agenda mereka hari ini, karena mereka nggak bisa kumpul begini setiap hari, makanya pertemuan mereka ini harus dibuat semembekas mungkin, yang bikin mereka ketawa sendiri nanti kalau ingat.

Dan oleh karena itu, atas ide Raka dan kesepakatan para bapak-bapak lainnya, mereka akan melakukan beberapa kegiatan, yang terdiri dari; sepak bola sarung, estafet, dan terakhir jamuan.

Nggak usah banyak-banyak, soalnya yang main sudah pada kepala empat, nanti kalau encok bisa berabe. Lagipula, ini juga hanya untuk seru-seruan saja.

"Ini kalau dibagi tim, bakal jomplang sebelah nih. Terus gimana aturan mainnya?" tanya Alvaro ketika mereka sudah mendapat bagian sarung masing-masing.

"Mending kita hompipa aja dah buat bagi timnya." Dika memberi saran, walaupun sarannya nggak berguna-berguna amat.

"Mau hompipa sambil kayang pun juga tetep bakal empat sama tiga, bego," sahut Alvaro.

"Ya gini aja, buat kesepakatan, yang dapet anggota tim tiga mau nggak mau harus terima, 'kan kita nggak bisa nih milih mau sama siapa satu timnya, nah biar adil, kita hompipa kayak sarannya Dika tadi." Bisma ikut andil berbicara.

"Ya intinya, yang dapet tiga kaga boleh protes," Louis menimpali.

"Sepakat nggak nih?" tanya Raka dan teman-temannya lain mengangguki setuju.

Lalu mereka berhompipa, sampai pada akhir pembagian tim, hasilnya adalah, tim pertama; Dika, Yesaya, Alvaro, Bisma, dan tim kedua; Raka, Malik, Louis.

"Kok sama lo, Is?!" Raka berseru protes. Bisa-bisanya dia satu tim sama Louis?

"Kaga boleh protes, Suep! Udah sepakat tadi." Alvaro membalas.

"Lo jangan jadi musuh dalam selimut, Is." Raka memperingatkan Louis, membuat Louis tertawa.

"Santai aja, Ka," sahut Louis.

Malik seketika mengeluh, "Duh elah, gue bakal jadi orang ketiga nih—"

"Maksud lo apa, Tem?!" Raka menyela sensi.

"Kaga, kaga ada. Ayo mulai, yok!" Malik segera cari aman dan mengalihkan topik.

Dan permainan sepak bola sarung mereka pun dimulai, awalnya masih agak kalem, tapi makin ke sini makin sengit dan brutal, bahkan Yesaya sampai kepeleset gara-gara kena sleding.

"Wah, curang lo, Tem! Apa maksud lo sleding Yesaya?!" Alvaro berseru protes.

Sedangkan Malik dengan nggak berdosanya malah berkata, "Ape?! Kaga ada aturan kalau kaga boleh sleding-sledingan 'kan? Lo mau gue sleding juga?" balas Malik, dan belum sempat Alvaro menjawab, Malik sudah bergerak lebih dulu buat sleding kakinya Alvaro, dan sambil ngakak, Malik berlari pergi mengejar bola.

"Bangsat lo, Malika!" teriak Alvaro murka.

"Mulutnya kondisikan muluuutt!!" Raka berseru memperingatkan. Soalnya dia tahu, anak-anak sama istrinya lagi nonton di teras lantai dua yang menghadap ke halaman belakang. Menonton para bapak-bapak nggak sadar umur itu main sepak bola sambil pakai sarung.

"Ma, Papa kayaknya bakalan encok deh nanti," ujar Elvano, tertawa ketika melihat polah-tingkah papanya.

Ghea ikut tertawa. "Biarin aja, nggak setiap hari Papa bisa kumpul bareng temennya, biar dinikmati aja, urusan encok dipikir belakangan," ujar wanita itu disela tawanya.

"Papa kayaknya musuhan banget sama Om Louis," celetuk Elkano, memperhatikan Raka yang beberapa tertangkap sewot dan sensi pada Louis, padahal mereka satu tim.

"Bukan musuhan, No, namanya love-hate friendship, Papa 'kan emang gitu orangnya," balas Ghea, memperhatikan suaminya.

Ibu dari empat anak itu hanya tersenyum, ada kerutan halus yang tampak samar di ujung matanya ketika dia tersenyum. It's been seventeen years ago, and he still never changes. Raka masih suka sensi kalau ketemu Louis, padahal sebetulnya dia nggak betulan membenci Louis kayak kelihatannya.

Cuma ya ... namanya juga Raka.

***

Setelah kegiatan luar ruangan yang cukup melelahkan, kumpulan bapak-bapak gaul itu pun beristirahat sembari menikmati jamuan yang telah disediakan. Sebagian ada yang dimasak sendiri oleh Ghea, dan sebagian juga ada yang beli di luar.

Raka memang sudah bilang pada istrinya, kalau nggak perlu memasak, biar beli saja di luar, dia nggak mau ngerepotin dan bikin capek istrinya, tapi Ghea tetap memaksa, setidaknya ada satu sampai dua menu yang dia masak sendiri. Jadi ya sudah, Raka membiarkan saja, asal itu nggak memberatkan istrinya, dia tinggal menurut dan terima jadi.

"Itu tadi semua masakan bini lo, Ka?" Bisma bertanya setelah mereka bertujuh selesai menikmati jamuan.

"Bukan. Ada yang beli, ada juga yang masakan bini gue," jawab Raka.

"Kalau ini? Beli juga? Beli di mana, Ka? Gue mau mampir ntar kalau pulang, bini sama anak gue di rumah pasti suka nih," tanya Malik yang masih sibuk sendokin dessert box mini.

"Oh, itu buatannya Ghea, nggak ada yang jual. Nanti biar dibungkusin kalau sisa. Bini gue emang suka bikin dessert gitu kalau gabut."

"Canggih bener si Ghea, apa coba yang dia kaga bisa?" komentar Malik, membuat Raka tersenyum, merasa bangga dengan istrinya.

"Kaga bisa lo milikin, Tem." Alvaro berceletuk.

Malik langsung melirik sinis. "Mending lo diem daripada gue tabok pake sendal, Var."

Alvaro ketawa. "Btw, jangan pada bubar dulu ye, entaran aja, males pulang gue."

"Ya udah, lo nginep aja di rumahnya Raka, palingan disuruh tidur di luar lo." Malik menyahut dengan niat bercanda, eh nggak tahunya Alvaro malah membalas dengan serius dan nggak cuma Malik yang dibikin bertanya-tanya.

"Mending gitu, daripada pulang. Kaga betah gue di rumah," balas Alvaro.

"Kenapa? Ada masalah sama bini lo?" Bisma melontar tanya, sadar situasi kalau Alvaro nggak lagi bercanda sama

Alvaro berdecak. "Salah kaga sih kalau gue pengen cerai sama bini? Tapi gue mikir, anak gue 'kan masih kecil, terlalu dini buat dia punya keluarga broken home. Apa gue tunggu dia gede aja ya?"

"Ya kalau bisa jangan sih, Var ..." Louis menimpali. Kontra dengan keputusan yang ingin dibuat oleh sobatnya.

Dika pun turut menyahut, "Iye lu, jangan lah. Bicarain baek-baek dulu kalau emang lagi ada masalah. Masa mau cerai gitu aja?"

"Iya, mau anak kecil atau gede, nggak ada anak yang pengen orang tuanya pisah, nunggu anak lo gede sekalipun, dia belum tentu bisa nerima nantinya." Raka juga ikut ambil bicara.

Alvaro menghela napas. "Iye sih, tapi mau kaga mau dia harus ngerti, gue juga bisa gila lama-lama kalau punya bini bukannya bikin tenang malah nambahin pikiran. Lo pada pikir sendiri aja dah, gue pulang kerja capek-capek, bukannya disambut atau dibuatin kopi kek minimal, malah diomelin, gimana kaga emosi gue?" keluhnya.

"Lo diomelin gara-gara apa? Nggak mungkin 'kan bini lo ngomel tanpa alasan." Bisma bertanya dengan hati-hati.

"Ye salah gue juga sih, gue emang suka sembarang naruh barang-barang, tapi kaga bisa emang dia tunda tuh ngomelnya? Ngertiin lah lakinya kerja seharian, capek, butuh istirahat bukannya malah disemprot. Mana kerjaannya ngambek mulu, maunya dingertiin tapi kaga bisa ngertiin balik," jelas Alvaro. Dia kadang memang suka mengeluh kalau sering diomelin sama istrinya, dan sebagai sesama laki-laki yang sudah beristri, teman-temannya itu juga pernah mengalami hal yang sama.

Memang suami mana sih yang nggak pernah diomelin istrinya? Mereka pikir itu hanya keluhan biasa, tapi ternyata hal tersebut sampai membuat Alvaro berpikir untuk bercerai.

"Ya itu tandanya bini lo masih peduli, Var, namanya juga perempuan, ngomel mah udah ciri khasnya, gue kalau bisa milih juga mending diomelin aja dah daripada dicuekin. Rasanya, gue iri sama Raka, anak sama bininya pada asik, rumah jadi rame, bisa ngobrol bareng-bareng. Rumah gue sepi, anak sama bini pada sibuk urusannya sendiri-sendiri. Jangankan dibuatin kopi, gue pulang kerja rumah sepi udah biasa, makanan sehari-hari." Dika menimpali.

Alvaro berdecak untuk kesekian kalinya. "Mending gitu, Dik, tenang pikiran gue. Tuker bini sini lah anjing," cetusnya mulai ngawur.

"Yee, tuker-tuker lo pikir barang?!" Bukan Dika yang ngegas, melainkan Malik.

"Menurut gue, lo cuma perlu komunikasi, Var, bilang baek-baek ke bini lo, lo maunya gimana, bini lo maunya gimana, jangan tiba-tiba ambil keputusan sepihak dengan mau cerai, cerai juga resikonya besar. Jangan sampe lo nyesel kayak gue nih," ujar Yesaya memberi nasihat, sebagai orang yang sudah melewati perceraian, Yesaya jelas nggak mau kalau teman-temannya juga harus mengalami hal sama, karena jujur saja, baginya, perceraian itu berat. Bahkan rasa sesal itu masih membekas setelah belasan tahun sejak perceraiannya berlalu.

Lagi-lagi Alvaro berdecak. "Gimana mau bicara baek-baek, Yes, lo kaga ngerti situasinya sih. Males duluan gue buat ngomong," ucapnya.

"Tapi lo kaga selingkuh 'kan, Var?" Louis tiba-tiba melontar pertanyaan yang membuat Alvaro kaget dan seluruh atensi dari mereka yang ada di sini mengarah pada pria itu.

"Lo kenapa tiba-tiba nanya gitu, nyet? Y-ya kaga lah!" sanggah Alvaro.

"Jangan malu-maluin kita lo, Var. Inget anak, anak lo masih kecil, cewek pula, jangan sampe dia dapat imbas dari kelakuan lo." Louis memperingatkan.

"Gue gebukin lo kalau selingkuh, Var," ucap Raka dengan tatapan seriusnya.

Alvaro yang diultimatum sama sohibnya pun seketika ketar-ketir. "E buset, santai, Ka."

"Jangan datengin masalah baru di saat masalah lo yang lain belum selesai. Daripada lakuin hal gila, mending lo cari solusi, kita juga siap bantu kalau lo butuh bantuan. Kalau lo butuh juru bicara sesama perempuan ke bini lo, bini gue juga siap bantu," ujar Raka diangguki setuju oleh temannya yang lain.

Malik mengimbuhi, "Tuh, denger, Var. Walaupun udah jarang kontakan, kita nih tetep temen. Inget, lo dulu sebucin apa sama Giselle, dengan nikahin dia berarti lo siap terima kurang lebihnya dia."

"Tapi kalau emang udah nggak bisa nyatu, mau dipaksa kayak gimana pun juga nggak bisa sih. Kadang ada sesuatu yang lebih baik dilepaskan daripada akhirnya saling nyakitin," ujar Yesaya, memberi pandangan netral. Dia memang nggak membenarkan keputusan Alvaro, tapi kadang sesuatu itu 'kan memang ada yang nggak bisa dipaksakan, dan seumur hidup itu terlalu lama untuk terus bersama orang yang nggak tepat.

Dika langsung menyanggah, "Itu opsi terakhir. Si Varo aja belum usaha, masa udah mau end aja, cemen, kaga sepadan sama lo dulu yang hobinya naklukin hati perempuan, giliran sama bini sendiri aja kayak gitu."

"Sialan lu, Dik," balas Alvaro. "Nih kayaknya di antara kita yang kaga pernah ngeluhin bini cuma Bisma, Raka, sama Louis. Pada akur-akur mereka," ucapnya lagi.

Lalu ketiga empu yang namanya disebut saling berpandang, kemudian mengudarakan tawa.

"Akur sih akur, tapi bukan berarti selamanya tetep akur, kadang gue juga berantem sama bini, tapi namanya masalah pasti ada solusinya. Komunikasi sih paling penting," ucap Bisma.

"Dan dengan kepala dingin, komunikasi pun kalau sama-sama meledak juga nggak bakal dapet solusi. Kadang ada salah satu pihak yang harus ngalah, kontrol ego juga nggak kalah penting."  Raka mengimbuhi. Sedangkan Louis cuma manggut-manggut setuju.

"Hao juga njir, dia kaga pernah ngeluhin bininya," celetuk Yesaya.

"Hao gimana ye kabarnya, terakhir kali kita ketemu sama dia, satu tahun lalu nggak sih? Adem ayem banget kayaknya dia," timpal Dika.

"Ya pokoknya, Var, terlepas apapun masalah lo sama bini lo, selagi masih bisa dibicarain, lo bicarain dah. Cari waktu yang tepat, besok gitu misalnya, besok 'kan masih minggu, lo nggak mungkin 'kan kerja hari minggu? Kalau butuh bantuan, nih temen-temen lo juga siap bantu." Raka kembali berbicara pada Alvaro, dan teman-temannya yang lain pun mengangguk, menyetujui ucapan Raka.

"Ngomongin beginian bikin gue kangen sama bini. Gianna lagi ngapain ya di rumah?" ujar Malik tiba-tiba, sambil mesam-mesem sendiri kayak ABG baru kasmaran.

"Buceeennn," ledek Alvaro, mengundang gelak tawa dari mereka yang ada di sana.

"Yeu, gapapa lah, bini sendiri, daripada bucinin bini orang." Malik membela diri.

"Emang siapa yang bucinin bini orang?" Dika menyambar dengan pertanyaan.

Malik mengendik dan menoleh pada Yesaya. "Au. Yesaya kali."

Membuat si duda tanpa buntut itu langsung berjengit dengan ekspresi nggak kalem. "Gue lagi sih anjir, gue diem aja ye?!"

Dan untuk kesekian kali, tawa gede khas bapak-bapak langsung mengudara mengisi ruangan.

"Sekali-kali Louis kek yang lo bully, jangan gue!" Yesaya bersungut.

"Gimana ya, Yes, soalnya tampang Louis nih terlalu bangsawan buat dibully, beda sama elu," ucap Alvaro.

"Emang Yesaya gimana? Kayak gembel?" Malik malah menambahi yang bikin mereka ketawa kecuali Yesaya sendiri.

"Yes, bukan gue ye yang ngomong," ujar Alvaro sambil ngakak.

Yesaya memasang tampang datar dan memaki, "Emang monyet lo pada."

***

hehe, gimana? seru nggak? isinya curahan hati para bapak-bapak. ya begitulah, ga cuma bini aja yg suka ngeluh, laki pun juga sama.

jangan lupa feedback, thankyou, see u next part sweetiee 💋💘

Seguir leyendo

También te gustarán

1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
940K 86.1K 32
Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bayi beruang saat ia sedang marah...
675K 19.7K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
251K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...