Please, Marry Me

By Beoness

15.5K 1.8K 856

Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!! Naruto yang seo... More

01✈️{P,MM!}
02✈️{P,MM!}
03✈️{P,MM}
04✈️{P,MM!}
05✈️{P,MM!}
06✈️{P,MM!}
07✈️{P,MM!}
08✈️{P,MM!}
09✈️{P,MM!}
10✈️{P,MM!}
11✈️{P,MM!}
12✈️{P,MM!}
13✈️{P,MM!}
14✈️{P,MM!}
15✈️{P,MM!}
16✈️{P,MM!}
17✈️{P,MM!}
18✈️{P,MM!}
19✈️{P,MM!}
20✈️{P,MM!}
21✈️{P,MM!}
22✈️{P,MM!}
23✈️{P,MM!}
24✈️{P,MM!}
25✈️{P,MM!}
26✈️{P,MM!}
27✈️{P,MM!}
28✈️{P,MM!}
29✈️{P,MM!}
31✈️{P,MM!}
32✈️{P,MM!}
33✈️{P,MM!}
34✈️{P,MM!}
35✈️{P,MM!}
36✈️{P,MM!}
37✈️{P,MM!}
38✈️{P,MM!}
39✈️{P,MM!}
40✈️{P,MM!}
41✈️{P,MM!}
42✈️{P,MM!}
43✈️{P,MM!}
44✈️{P,MM!}
45✈️Bonus Chapter {P,MM!}

30✈️{P,MM!}

347 39 55
By Beoness

Saya sengaja update hari ini because besok, saya tidak bisa update - Sunday! Nikmatilah.

🛫📍🛬

Hinata melambai ke arah seorang pria dengan outfit musim salju serba hitam dan abu-abu. Wanita cantik yang saat ini tersenyum lebar dengan sapaan lembut seperti biasa, saling berhadapan dengan pria bernama Sasuke.

"Maaf aku terlambat!"

"Tidak juga!" tak di sangka Hinata bisa dekat dengan orang-orang tampan dan kaya, sangat beruntung, namun tak beruntung dalam percintaan saat ini. Embun selalu keluar di saat mereka membuang nafas serta berbicara.

"Baru menemui suami?" tebak si Uchiha cukup jeli dan peka. Seolah pria itu memiliki pengelihatan luar biasa.

Hinata tersenyum kikuk. "Ya! Hanya membawa makanan saja." Perbincangan ringan mereka berakhir pergi ke sebuah pertunjukan Ice Skating. Kali ini butiran salju sudah berhenti turun, namun meninggalkan jejak yang membuat seluruh tanah serta paving tertutupi oleh salju.
.
.
.
.

Sementara itu, terlihat Naruto masih mengendarai mobilnya dengan pelan. Menoleh ke kanan dan kiri dengan kedua alis berkerut, mencari keberadaan seseorang yang memberikan sekotak makanan di kantor. Musim salju seperti ini bukannya orang-orang meringkuk di ranjang, mereka malah keluar sehingga jalanan begitu ricuh, membuat si pirang kesusahan dalam pencariannya.

"Dimana dia?" kesal karena tak kunjung ketemu, tangannya mulai mengepal memukul setir mobil, dengan perasaan geram.

Sasuke tersenyum tipis, menelusuri setiap inci wajah Hinata yang berfokus ke pertunjukan. Ketik wanita itu sadar, dia sedikit malu namun menggantinya dengan sebuah senyuman konyol serta gugup.

"Kebodohan dan kebaikan... Bukankah itu beda tipis?" tanya Sasuke masih tersenyum. Hinata menoleh, melihat senyuman tipis namun penuh arti.

"Ya!"

"Apakah kau tidak punya seseorang yang kau cintai?" iseng Hinata sekedar ingin tahu. Dia pria tampan, tidak mungkin jika para gadis tak mengidolakannya.

Pria bermarga Uchiha tersebut, balik menatap lurus. "Ada. Tapi dia mencintai pria lain."

"Sungguh?! Tapi, kenapa kau tidak berusaha mendapatkannya?"

"Mencintai seseorang tidak harus berusaha keras, jika dia jodohmu, dia pasti datang. Wanita yang ku cintai, dia... Sudah terobsesi, aku ingin menyadarkannya, bahwa masih ada seseorang yang menunggunya. Karena pria yang dia cintai sudah milik orang lain!" penjelasan Sasuke mengingatkan dia dengan Naruto. Semua yang di katakan oleh pria di sampingnya saat ini, semuanya benar.

Menyadari wanita di sampingnya tengah melamun sendiri, Sasuke mencubit kecil hidung runcing Hinata. "Memikirkan seseorang?"

"Tidak." Jawabnya singkat, Hinata tak pandai berbohong.

***

Udara semakin dingin ketika memasuki malam. Seorang pria dengan masih mengenakan stelan jas tadi pagi, masih setia berdiri di depan gedung apartemen. Tunggu, sudah berapa jam pria itu berdiri sehingga hidungnya terlihat merah. Berulang kali pria bersurai pirang itu menggosok kedua telapak tangannya yang seperti membeku.

Hatinya menghangatkan ketika melihat sebuah mobil hitam yang terdapat istrinya di dalam sana. Sedikit jauh dari arah Naruto, Hinata keluar dengan tawa bersamaan dengan seorang pria yang saat ini berdiri di depannya. Hinata sadar akan keberadaan seseorang yang dia kenal dari arah belakangnya, tapi dia ingin menunjukkan bahwa dia juga bisa bersenang-senang dengan pria lain. Meskipun tak segila Naruto.

"Terima kasih lagi untuk waktunya!" ucap Sasuke yang tiba-tiba memeluk Hinata tepat di depan Naruto saat ini berdiri. Pria Uzumaki itu tengah menatap marah melihat Sasuke memeluk istrinya. Hendak melangkah untuk menarik istrinya menjauh dari dekapan pria asing, pria itu urungkan kembali ketika dia ingat akan malam kemarin dengan Sakura.

Jika dia saja tidur dengan wanita lain, kenapa dia melarang istrinya bersama pria lain yang bahkan hanya sebatas teman. Pikiran seperti itu mulai bermunculan di kepala Kuningnya, tapi dalam lubuk hati terdalam dia benar-benar tak terima jika orang lain menyentuh istrinya.

"Oh, kau pulang juga?" ketus Hinata menatap tak enak ke arah suaminya yang masih mengantongi kedua tangannya di saku celana.

"Kau menyindirku?"

"Jika kau merasa."

"Kau-- kalian darimana?" sangat sungkan saat bertanya seperti itu. Namun Naruto benar-benar ingin tahu. Hinata masih menatap pria tersebut, dia tak bisa berbohong lagi dengan perasaannya terhadap si pirang itu.

"Kau tidak perlu tahu. Ingat, ini adalah privasi."

"Hachu!" Naruto mengusap hidungnya yang terasa gatal, bayangkan saja dari siang hingga malam dia berdiri di sana, di musim dingin seperti saat ini hanya demi menunggu istrinya. Hinata yang terlahir dengan kebaikan, dia khawatir ketika mengetahui Naruto baru saja bersin.

Wanita itu mencoba memegang kening Naruto, memeriksa suhu tubuhnya. "Suhu mu normal. Ayo!" ajak wanita tadi segera menarik tangan Naruto dan membawanya segera masuk ke dalam apartemen mereka. Betapa baiknya Hinata, meskipun dia tahu pria yang dia cintai masih menjalin hubungan dengan wanita lain.

***

Wanita cantik bersurai pink terkuncir satu, menatap tak suka ke pria yang biasa memberikan peringatan untuknya. Kini dua orang yang tengah asik beradu pandang, berada di restoran apartemen yang terletak di lantai bawah. Keadaan di tempat tersebut begitu tenang dan hening, mengingat hanya ada beberapa orang saja di sana.

"Jadi Nona. Apa kau sudah menikmatinya?!" pria itu terseringai nakal, bersandar di punggung kursi sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Iya! Kami sangat menikmatinya, dan kau tidak perlu lagi meragukan cinta kami!" penuh percaya diri, model cantik bernama Sakura tersenyum sombong. Dia ingin menunjukkan kepada semua orang betapa besarnya cinta dia dan Naruto. Bukannya tegang mendengar jawaban tersebut, pria tampan bermarga Uchiha malah tertawa seperti sindiran. Sakura menyipitkan matanya ketika melihat reaksi Sasuke tadi.

"Kau yakin? Boleh aku bertanya sesuatu padamu Nona?!" tawa tadi berhenti, Sasuke mulai melipat kedua tangannya di atas meja. Ekspresi pria itu menjadi serius dengan seringaian miring.

"Siapa dulu yang memulainya. Kau, atau dia?" Deg! Seperti ada sebuah tusukan di jantungnya, mata Sakura membulat karena terkejut. Sasuke kembali duduk bersandar, masih dengan senyuman tipis di bibir tipisnya.

"Kau lupa satu hal. Aku cukup mengenal Naruto, dia masih temanku, dan aku yakin kau juga tahu kepribadian pria itu!" Sakura masih bungkam, menelisik dengan seksama ucapan Sasuke.

"Dia tidak akan pernah bergerak lebih dulu jika dia tidak menyukainya!" dengan pelan dan detail Sasuke melanjutkan ucapannya tadi. Kali ini Sakura benar-benar terpojok, dia mulai mengingat seluruh kejadian kemarin malam. Memang, mereka melakukannya, tapi tak sedikitpun Naruto yang bergerak, bahkan untuk ciuman pun selalu dia yang memulai bukan Naruto.

"Sudah ingat?!" suara Sasuke ikut masuk ke dalam ingatannya. Sakura mengepalkan erat tangannya.

Wanita itu tersenyum paksa. "Meski begitu kami sudah melakukannya! Dan kami sama-sama menikmatinya!"

"Hanya kau yang menikmatinya!"

"Jangan sok tahu Tuan Sasuke." Balas Sakura mulai di landa emosi.

"Benarkah. Senyuman seperti apa yang dia pancarkan? Berapa ronde kalian bermain? Lima? Tiga? Satu? Or... Zero?!" sungguh, kali ini pria itu berhasil membuat Sakura terpaku dan hancur. Peluh mulai bercucuran di pelipis Sakura, ia menelan salivanya kasar.

"Sudah ku peringati, tinggalkan dia. Ceritamu bersamanya sudah selesai, kini biarkan dia membuat cerita barunya bersama istrinya."

"Kau pikir aku akan menyerah begitu saja, setelah aku berpisah dengannya, dan aku ingin kembali kepadanya." Sakura mulai berdiri dari duduknya.

"Kau tidak tahu satu hal. Naruto tidak pernah mengingkari janjinya!" setelah mengatakannya, Sakura memilih pergi dari sana, meninggalkan Sasuke yang malah tersenyum miring.

"Kau belum tahu saja, jika pria sudah hilang kendali, dia akan melakukan apa saja meskipun harus merelakan nyawanya. CK, rupanya aku mencintai wanita gila!" gumam Sasuke menyeduh kopinya sebelum ia beranjak pergi.

***

Sebuah air panas, mengeluarkan asap hangat yang saat ini tengah di hirup oleh Naruto. Hinata duduk bersilang kaki di samping suaminya yang masih memegang sebuah wadah berisikan air, dengan handuk di kepalanya. Kali ini mereka duduk di lantai, tepat menghadap ke luar balkon.

"Sudah lebih baik?"

"Hm." Menaruh handuk dan wadah air di sampingnya. "Terima kasih!"

Oh, ayolah! Apakah dia masih pantas mendapatkan semua perhatian seperti ini dari istrinya? Setelah dia diam-diam menyakitinya meskipun itu sengaja ataupun tidak.

"Hinata!" panggil pemilik suara bariton begitu lemah.

"Hm?"

"Hal apa yang membuat wanita tidak bisa memaafkan seorang pria?" pria itu bertanya namun kepalanya masih tertunduk. Sedangkan Hinata kembali menatap lurus.

"Perselingkuhan. Tidak ada wanita yang mau di duakan, jikapun ada... Dia sungguh wanita yang luar biasa!" senyuman kecil mulai terukir di bibir peach Hinata.

"Wanita adalah makhluk yang lemah lembut, sekuat apapun mereka jika sudah berurusan dengan cinta, mereka akan hilang kendali dan rapuh!" Naruto sangat bodoh dan bodoh! Penjelasan Hinata membuat dirinya malu sendiri. -'Apa aku selemah itu? Aku bahkan tidak bisa menyelesaikan masalah ini.'

"Bagaimana denganmu? Apakah-- jika pria yang kau cintai bersama wanita lain bahkan melakukan hal yang lebih, apa-- apa kau--"

"Aku akan meninggalkannya." Reflek, Naruto menoleh menatap Hinata yang sudah lebih dulu melihatnya. Dua bola mata Hinata terlihat bening serta berkaca, tapi itu tidak memastikan bahwa saat ini Hinata sedang menahan tangisnya.

"Aku tidak ada alasan untuk tetap bersamanya, itu hanya akan menyakiti ku." Lanjut Hinata. Tatapan mereka semakin dalam seolah-olah keduanya tengah membicarakan hubungan mereka.

Apakah itu sebuah kode untuk Naruto, entah? Yang pasti saat ini Naruto mulai merasa takut akan kepergian wanita di sampingnya saat ini. Hinata segera berpaling, dia merasakan air matanya hendak keluar dari kelopak mata. Tak tahu kenapa dia terbawa suasana saat Naruto membicarakan soal tadi. Apakah dia terlalu bodoh, ingat! Wanita makhluk rapuh, mudah bagi orang-orang mengatakan tinggalkan dia, tapi itu begitu sulit ketika hati kalian sudah melekat di hati seseorang.

"Maaf." Suara Naruto begitu pelan hampir seperti berbisik. Tapi Hinata masih bisa mendengar suara tersebut.

"Ini sudah malam, ayo tidur!" ajak Hinata kembali tersenyum dan memilih masuk ke kamar lebih dahulu.

Keesokan paginya. Note yang Naruto tulis waktu itu, dia sudah membuangnya jauh-jauh, dia ingin menikmati sarapan istrinya, itu lebih baik. Setelah sarapan pagi mereka usai, si pirang tiba-tiba keluar kamar dengan pakaian rapih serta beberapa tas berisikan bajunya.

Saat sarapan tadi, Naruto sudah izin ke istrinya, dia akan pergi ke rumah kayu bersama dengan Sakura. Jujur saja Naruto sangat malas datang ke sana, tapi dia juga tidak bisa menolak keinginan Sakura.

Ting-tong! Bel pintu mulai berbunyi. Naruto hendak melangkah malas, namun tiba-tiba di di kejutkan dengan Hinata yang juga berpakaian rapih dengan satu tas berisi pakaian.

"Kau mau kemana?" tanya Naruto sedikit takut. Dia takut jika wanita itu sampai benar-benar pergi jauh darinya.

"Tentu saja aku mau pergi. Sasuke sudah menunggu ku."

"Apa?" Naruto mencegah tangan Hinata.

"Itu bukan Sasuke, tapi Sakura." Ucapnya merendah saat menyebut nama wanita pinky tersebut. Hinata menepis tangan Naruto. "Dia Sasuke." Wanita itu mulai membuka pintu dan benar, Sasuke sudah berdiri di depan pintu sambil menyapa dan tersenyum.

Melihatnya saja sudah membuat Naruto muak. Tak hanya Sasuke, Sakura juga sudah berdiri di belakang pria Uchiha tersebut, lalu melangkah tanpa malu memberikan pelukan yang membuat Hinata lirih melihatnya. "Ayo pergi!" ajak Sasuke mengulurkan tangannya. Hinata meraihnya, dan manik biru terus saja mengamati istrinya bahkan tak sedikitpun Naruto merespon ucapan Sakura. Saat istrinya sudah pergi dari hadapannya, Naruto langsung menarik tangan Sakura ke arah lift dimana dia sudah terlambat saat pintu lift tertutup ketika Hinata juga menatapnya.

"Shit!" geram Naruto sedikit menggertakkan gigi. Di sampingnya, Sakura terus mengamati kekasihnya, perasaan hatinya mulai tak karuan dan terus bertanya-tanya sendiri.

***

warm wood inn

Sasuke dan Hinata baru saja datang, seperti penginapan pada umumnya, tapi di sini hanya menampung empat orang dengan empat kamar juga, satu ruang TV dan dapur. Serta seluruh pondok terbuat dari kayu dengan penghangat yang terus menyala untuk memberikan kehangatan bagi siapapun yang masuk di dalamnya.

"Wahhh! Hangat sekali! Aku tidak percaya ada tempat seperti ini." Mata Hinata sibuk mengamati keseluruhan dalam pondok.

"Aku ingin tahu, kita akan tinggal bersama siapa lagi? Aku berharap mereka orang yang ramah!" lanjutnya sampai senyuman mereka memudar ketika sebuah pintu terbuka, menunjukkan dua pasang manusia yang juga sama terkejutnya.

"Kau."

"Wah, beruntung sekali!" ujar Sasuke terseringai licik menatap ke arah Sakura yang balas menatap tajam. Sedangkan Naruto dan Hinata masih saling memandang.

Cklek! Pintu lagi-lagi terbuka, menampakan seorang pria tua dengan satu pria paruh baya yang tersenyum ramah. "Maaf, saya lupa memberi tahu! Salah satu kamar tidak bisa di pakai karena ada kerusakan di sana, tapi masih ada tiga kamar lainnya yang bisa kalian pakai!" jelas pria paruh baya merasa sungkan.

"Hm, tidak masalah! Terima kasih." Balas Sasuke. Setelah itu, kedua orang asing tadi pergi dan kembali menutup rapat pintu.

Karena mereka berempat sudah tahu mengenai pernikahan palsu Naruto dan Hinata, maka semuanya tidak ada yang salah meskipun itu benar-benar salah! "Aku akan satu kamar dengan Naruto." Ucap Sakura berhasil membuat ketiga orang di sana cukup kaget.

Hinata dan Naruto lagi-lagi saling memandang, mereka berbicara dalam hati masing-masing, terlihat dari tatapan mereka yang menusuk. "Aku... Akan ke kamar!" pamit Hinata membawa tasnya dan segera pergi ke arah tangga.

Tanpa mengatakan apapun, Naruto melepaskan rangkulan tangan Sakura di lengannya, lalu pergi menyusul istrinya yang sudah berada di lantai dua. "Naruto!" hendak melangkah, Sasuke langsung meraih tangan Sakura sehingga wanita itu tak bisa bergerak.

"Lepaskan!"

"Kau tidak bisa mengganggu mereka Nona! Secara sah mereka dapat tidur bersama!" Sakura melemas. Tatapannya masih tertuju ke arah kamar yang baru saja di masuki oleh Naruto.
.
.
.
.

"Sedang apa kemari?"

"Aku akan tidur denganmu." Ucap Naruto mulai menaruh tasnya ke dalam lemari. Tapi sebelum itu,. Hinata mengambil kembali tas tersebut dan melemparnya hingga jatuh ke lantai kayu.

"Tidak boleh. Bukankah kekasihmu menunggu kehadiran mu di kamar?"

"Haissh kau tidak boleh membantah."

"Aku bisa. Sekarang pergilah."

"Tidak mau." Naruto malah tidur terlentang di atas kasur yang begitu hangat sekali. Dengan geram, Hinata mulai menarik tangan pria itu dan memaksanya untuk segera pergi dari sana.

"PERGI!"

"Jika kau tidak pergi, aku yang akan pergi." Seketika kedua mata Naruto terbuka lebar, dengan segera pria itu sudah berdiri, wajahnya begitu kasihan sekali.

"Tetaplah di sini, jangan pergi."

"Cih. Jikapun aku pergi apa peduli mu?!" Hinata langsung mendorong tubuh kekar pria itu hingga keluar dari kamar.

***

Lagi dan lagi, salju mulai turun kembali, membuat suhu di sana semakin dingin, tapi beruntung keempat orang yang menginap tadi tidak merasakan kedinginan, tempat di SMA benar-benar menjamin. Di tambah pemandangan indah di langit malam, tak heran jika tempat itu terletak di pinggiran bukit yang kini berwarna putih serta adanya Aurora di sana.

Hinata memutuskan untuk keluar, meski dia sudah lama sekali berpikir di dalam kamar. Mau tidak mau dia harus keluar dan akan menahan rasa sakitnya sendiri nanti saat melihat Naruto bersama kekasihnya.

Saat ia melangkah keluar, mata Hinata menuju ke dua kamar yang ada di depannya, Naruto pasti ada di kamar Sakura, tapi yang mana kamarnya? Tiba-tiba salah satu pintu kamar terbuka, sosok pria berotot dengan tank top abu-abu terlihat hot di tubuh pria tersebut, apalagi kulit eksotis yang sangat bagus, juga kain yang begitu erat menempel tubuhnya sehingga dada bidangnya tercetak jelas.

Hinata menatap sendu ke arah Naruto yang masih belum sadar akan istrinya. -'Dia bahkan memakai seperti itu di hadapan kekasihnya.' Gerutu Hinata yang sudah tahu dan yakin bahwa Naruto akan tidur di satu kamar bersama Sakura. Itu sangat menyakitkan.

Tiba-tiba manik sebiru lautan tadi, berhasil menangkap keberadaan Hinata. Naruto terseringai miring sedangkan Hinata membalasnya dengan sinis, berpaling serta berjalan pergi menuruni anak tangga.

"Mau ikut keluar?" ajak Sasuke yang baru saja melihat keberadaan Hinata.

"Kemana? Di luar sedang turun salju' kan."

"Benar. Kau mau membuatnya sakit hah?" tiba-tiba saja suara Naruto menyela pembicaraan dua orang tenang tadi. Kini si pirang sudah berdiri di samping istrinya, merangkul pundak Hinata dan menariknya agar lebih dekat.

Sebisa mungkin wanita itu memukul-mukul lengan Naruto, bahkan menggigitnya sampai pria itu terpekik kesakitan dan melepaskannya. "Aku ikut." Balas Hinata sengaja membalas perbuatan Naruto.

"Kalau begitu ayo." Ajak Sasuke meraih tangan Hinata yang begitu lembut meski dia sering melakukan pekerjaan rumah.

"He-hey kalian. Aku akan memarahiku jika kau sampai SAKIT!! HINATA!" namun tak ada respon.

Naruto benar-benar kesal, di tambah lagi nanti malam dia tidak akan tidur dengan istrinya. "Lebih baik aku akan tidur di sofa nanti malam, daripada dengan pria sombong itu." Gerutu Naruto tak terima. Apalagi dia satu kamar dengan si Uchiha, teman sekaligus saingan bisnisnya.

Dari lantai dua, Sakura terus saja mengamati gerak-gerik Naruto dengan tatapan sedih. -'Ini kesempatan mu Sakura. Beritahu pria sombong itu bahwa Naruto juga mencintaimu.' Batin si wanita musim semi yang saat ini mengenakan dress selutut tanpa tanpa lengan dengan sebuah rompi transparan.

BERSAMBUNG.

🛫📍🛬

Sekali lagi, saya minta maaf karena bab ini membosankan 🙏 ini peringatan, harus menahan emosi saat membacanya karena cerita ini sungguh angst+hurt yang bisa menusuk hati kalian💘

Don't forget
☞⁠ ̄⁠ᴥ⁠ ̄⁠☞Vote and Coment

Thanks and See you ^,^

Continue Reading

You'll Also Like

Bintang By Fhateiliya

Science Fiction

515K 45.2K 24
(COMPLETED) Cover : Uswatun Hasanah Bintang bersinar begitu terang menandakan ada pekat yang menggenggam malam.
135K 15.9K 25
Bagaimana bisa? Apa yang akan terjadi? Pria yang berprofesi sebagai penerbang bertemu dengan wanita yang bekerja sebagai pelaut. Haruskah perbedaan m...
12.6K 1.3K 11
Kim So Eun adalah takdir yang tidak diinginkan Kim Bum. Keduanya terikat dalam sebuah pertunangan yang mati-matian ingin So Eun jaga namun Kim Bum ju...
66.5K 4.8K 23
Sakura Haruno terjebak di dalam sebuah pernikahan yang terasa begitu dingin dan menyakitkan bersama Sasuke Uchiha. Entah apa yang dipikirkannya samp...