Mature Content dikiiiit yaaaw 🤭🤭
...
Ini sangat gila. Jesse tidak bisa terus berada di sekitar Adinda, atau ia akan benar-benar meniduri gadis itu di padang rumput, dan melupakan fakta bahwa Adinda hanyalah seorang gadis kecil yang polos.
Tidak, gadis itu bukan gadis kecil. Ia adalah seorang wanita dewasa yang seksi, panas, menggoda, dan membuat Jesse selalu kehilangan akal sehatnya.
Jesse tidak pernah seperti ini kepada seorang wanita. Bahkan tidak ketika ia akhirnya jatuh cinta pada Chassidy. Saat itu, gairah yang Jesse rasakan murni karena ia adalah pria muda yang penasaran dan liar.
Masa-masa itu sudah lama berlalu. Dulu, ia bercinta dengan Chassidy atas dasar gairah membara. Perasaan nomor berikutnya. Dengan Adinda, Jesse tahu ia tidak akan bisa seperti itu.
Adinda, di atas segalanya, tidak berhak mendapatkan semua frustasi gairah yang selama ini Jesse rasakan. Gadis itu berhak mendapatkan pengalaman pertama yang lembut dan tidak kasar.
Jesse memejamkan matanya sejenak. Gadis itu bahkan masih perawan. Apa yang akan Jesse lakukan dengannya?
Bukan berarti ia mempermasalahkan pengalaman seksual Adinda, Jesse hanya tidak tahu jika mereka benar-benar berhubungan seks, selanjutnya apa yang bisa Jesse berikan untuk gadis itu?
Jesse tahu jika Adinda bukan tipe wanita yang bisa menjalin hubungan tanpa ikatan dengan seseorang. Adinda bukan jenis yang bisa kau cium, kau rayu, kau tiduri, dan kau tinggalkan keesokan harinya. Gadis itu terlalu berharga untuk mendapatkan perlakuan seperti itu.
Adinda berhak mendapatkan kepastian dari apa yang mereka lakukan.
Selain itu, Jesse tahu jika ada sesuatu yang sedang Adinda pendam tentang hidupnya. Gadis itu tidak pernah terlihat bahagia. Kecuali tadi saat Jesse melihatnya tertawa lepas di atas punggung Honey. Itu adalah pertama kalinya Jesse melihat Adinda benar-benar lepas dan rileks.
Selama berada di sini, Jesse tahu jika Adinda selalu mencoba untuk terlihat ceria. Namun, Jesse tahu tawa itu tidak pernah mencapai matanya.
Ia adalah orang yang paling tahu seperti apa rasanya harus terlihat bahagia meskipun hatinya tidak merasa senang sama sekali. Itu memuakkan.
Dan lagi, ekspresi sedih Adinda setiap kali mengamati ponselnya, membuat Jesse yakin jika ada yang gadis itu sembunyikan. Masalah keluarga mungkin?
Tangisan Adinda di sungai saat itu begitu pilu hingga terasa mencabik jantung Jesse. Atau masalah lain?
Apa Adinda punya kekasih?
Tangan Jesse mengepal memikirkan itu. Ia tidak ingin menjalin hubungan, dalam jenis apapun, dengan Adinda, tetapi kenapa ia juga merasa tidak rela akan bayangan Adinda bersama pria lain? Bahkan jika pria itu anaknya sendiri? Kenapa Jesse merasa ingin menghajar anaknya saat kemarin ia melihat tangan mereka saling bertaut di tepi sungai?
Jesse menggelengkan kepalanya. Ini tidak benar. Dirinya bukan pria yang tepat untuk Adinda. Akan jauh lebih baik jika Adinda bersama dengan pria yang sempurna. Pria yang tidak akan membuatnya malu.
Ia hanyalah seorang tuna wicara. Bagaimana jika Adinda harus memperkenalkannya pada keluarga gadis itu? Tidakkah Adinda akan merasa malu karena memiliki kekasih yang cacat?
Mobil Chase terlihat memasuki garasi di sebelah rumah utama, saat Jesse muncul dari padang rumput. Ia tidak tahu ke mana anak itu pergi semalam, dan kenapa Chase mengingkari janjinya pada Adinda. Jesse tidak berhak bertanya karena selama ini mereka tidak pernah seakrab itu.
Mata biru Chase menyipit saat melihatnya mendekat. Anak itu pasti bisa menghubungkan kenapa ia memakai pakaian berkuda sekarang, dan ekspresi marah terlihat membara di mata yang serupa dengan miliknya itu. Kedua tangan Chase mengepal seakan anak itu sedang menahan diri untuk tidak menghajarnya.
Jika memang Chase menghajarnya, Jesse akan meladeninya dengan senang hati. Saat ini, ia butuh pelampiasan untuk menyalurkan semua emosi aneh dalam dirinya.
"Kau mengajari Adinda berkuda?" tanya Chase dengan dingin.
Jesse mengangguk. Ia ingin bertanya kenapa Chase tidak pulang semalam, tetapi tahu itu hanya akan membuat Chase semakin marah karena ia ikut campur.
Ia tidak pernah menjadi ayah yang baik bagi anak itu selama ini, dan itu adalah kesalahan besar yang harus ia tanggung seumur hidupnya.
Tidak seharusnya Jesse menjauhi anaknya hanya karena Chase mirip dengan mantan kekasihnya. Bukan salah Chase jika dilahirkan dengan wajah seperti itu kan? Saat itu, Jesse terlalu emosi dan masih sakit hati dengan apa yang telah Chassidy lakukan padanya.
Wanita itu berkata mencintainya, tetapi meninggalkan Jesse begitu saja saat dirinya sakit dan butuh perhatian.
Apa yang bisa Jesse lakukan selain membencinya, dan semua kenangan yang ditinggalkan Chassidy, termasuk anak yang sekarang ada di hadapannya ini?
Saat itu Jesse masih muda, kariernya baru saja hancur karena penyakit yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan akan menimpanya, masih harus berjuang untuk bisa bertahan hidup tanpa suaranya, dan harus mengasuh seorang bayi yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya?
Pada awalnya, Jesse tidak percaya jika itu adalah bayinya. Ia selalu menggunakan pengaman saat bercinta, dan Chassidy telah menghilang selama hampir satu tahun semenjak ia didiagnosis menderita kanker.
Bisa saja wanita itu menjalin hubungan dengan pria lain dalam kurun waktu tersebut kan?
Akan tetapi, ketika mengamati anak itu untuk pertama kalinya saat Chase datang, setelah Chassidy pergi tanpa menoleh, dan digendong oleh Mom, Jesse tahu jika anak itu adalah miliknya. Ada jejak dirinya dalam diri Chase selain mata biru itu, walaupun seiring usia, Chase menjadi jauh lebih mirip dengan Chassidy.
Sayangnya, fakta itu tidak membuat Jesse menerima keberadaan anaknya. Sakit hatinya masih teramat besar kepada Chassidy, dan sayangnya, semua ketidakpedulian itu harus dibayar dengan bencinya Chase padanya sekarang.
"Lalu di mana dia?"
Jesse mengangkat tangannya. 'Di padang rumput. Bisakah kau temani dia di sana?'
Mata Chase semakin menyipit saat menatapnya. "Kau meninggalkannya sendirian?? Bagaimana jika ada ular di sana?? Sial!"
Chase berlari secepat kilat menuju padang rumput, sementara Jesse hanya tertegun menatap kepergian anaknya itu. Ia melihat kekhawatiran merayap di sekujur tubuh Chase sebelum anaknya itu pergi. Sebesar itukah perasaan yang Chase miliki untuk Adinda?
Selama ini, Chase selalu memiliki banyak kekasih. Anaknya itu sangat menyadari ketampanan yang dimilikinya, dan memanfaatkan hal tersebut untuk menarik perhatian hampir semua gadis di wilayah ini.
Namun, Jesse tidak pernah melihat Chase benar-benar jatuh cinta kepada mereka. Tidak seperti yang diperlihatkan anak itu pada Adinda.
Kenapa semua harus menjadi serumit ini? Jika itu bukan gadis yang sama yang menarik perhatiannya, Jesse mungkin tidak akan ambil pusing. Namun, ini berbeda karena mereka menyukai wanita yang sama.
Bukankah seharusnya ia menjauh dan memberi kesempatan bagi Chase dan Adinda? Gadis itu memang berkata menyukainya, tetapi jika Jesse tidak terus menerus berada di dekatnya, bisa saja Adinda akhirnya menyukai Chase kan?
Lagipula, mungkin itu adalah hal terbaik yang bisa Jesse berikan untuk anaknya sebagai seorang ayah.
Jesse menghela napas berat, dan berbelok, tidak jadi memasuki rumah utama. Langkahnya mantap menuju kabin yang ia miliki di dekat istal. Itu adalah tempat tinggal pribadi Jesse, tetapi ia jarang menempatinya. Jesse lebih sering tidur di rumah utama.
Namun, sekarang mungkin Jesse harus mempertimbangkan untuk tinggal di sana lagi sementara Adinda berada di rumah. Itu akan jauh lebih baik untuk tekadnya dalam menjauhi Adinda.
Lagi, tusukan rasa sakit itu menyengat jantungnya. Kenapa rasanya sesakit ini melepaskan seseorang yang bahkan bukan miliknya?
Jesse memegang jantungnya yang berdenyut-denyut nyeri sementara ia melangkah menuju kabinnya.
Begitu memasuki kabin, Jesse mengunci pintu dan melepas semua pakaiannya. Mungkin, dengan mandi, ia akan bisa melupakan semua rasa sakit ini.
Sambil bertelanjang bulat, Jesse memasuki kamar mandinya. Ia menyalakan pancuran air dingin, dan melangkah berdiri di bawahnya sambil memejamkan mata.
Rasa sakit itu memang perlahan menghilang, tetapi wajah cantik dan tubuh seksi Adinda masih terpatri dengan kuat di kepalanya.
Memikirkan Adinda membuatnya bergairah, tetapi Jesse menyukainya. Ini jauh lebih baik daripada ia pergi untuk mencari wanita asing, lalu menidurinya dengan membayangkan Adinda.
Ia membayangkan bagaimana jika tubuh seksi berbalut pakaian berkuda itu telanjang bersamanya. Tubuh Adinda kecil, tetapi berlekuk dengan sempurna di tempat yang tepat. Payudaranya mungil, tetapi cukup padat saat lengan Jesse tidak sengaja menyentuhnya tadi.
Jesse memegang gairahnya yang mencuat dengan membayangkan Adinda telanjang dan basah oleh keringat.
Ia membayangkan gadis itu tersipu dan merona di atas ranjangnya, di bawah dirinya. Bibir Adinda merah dan membengkak karena ciumannya.
Kemudian, mereka menyatukan diri dengan penuh gairah. Kedua kaki jenjang Adinda melingkari pinggulnya, meremas kedua bokongnya dengan mantap, dan menarik Jesse untuk memasukinya lebih dalam.
Tubuh mereka berdua menyatu dengan sangat tepat seperti potongan puzzle terakhir, tubuh mereka berkeringat dan berbau seks.
Adinda luruh dalam gairah sementara kewanitaannya menjepit miliki Jesse dengan sangat kuat. Inti tubuh gadis itu berdenyut-denyut, pertanda pelepasannya sudah hampir datang.
Kuku Adinda mencakar di kulit Jesse saat gadis itu mencapai klimaksnya sambil meneriakkan namanya. Jesse menyusul rapat di belakangnya untuk mencapai kepuasaannya sendiri.
Ia membuka mata saat akhirnya dirinya terpuaskan dan menatap benihnya yang meluncur jatuh dari tembok yang basah.
Semua itu menariknya dari fantasi terindah yang tidak pernah Jesse alami lagi semenjak usia remajanya. Mimpi tentang Adinda memudar meninggalkannya sendirian dalam guyuran air pancuran yang dingin.
Ini adalah hal terbaik yang bisa Jesse dapatkan jika ia melepaskan Adinda dan mencoba untuk menjauh darinya. Dan untuk saat ini, itu cukup baginya.