Sorry, I Love Your Daddy! (TA...

By nikendarcy

103K 21.4K 3.3K

VERSI LENGKAPNYA SUDAH BISA DIBACA DI KARYAKARSA dan PLAYSTORE Seumur hidupnya, Adinda Abimanyu selalu menjad... More

1. Sindrom Anak Tengah
2. Pria Bermata Indah
3. Koboi Seksi
4. Sugar Daddy
5. Rayuan Chase
6. Si Seksi Yang Kasar
7. Jesse dan Masa Lalunya
8. Misi Perdamaian Untuk Ayah dan Anak
9. Menjadi Cantik dan Pintar Saja Tidak Cukup
10. Perusak Suasana
11. Demi Chase
12. Berusaha Dalam Diam
13. Malaikat Itu Ada Di Sana
14. Jatuh
15. Magic Hour
16. Aku Ada Di Sini Untukmu
17. Pengakuan
18. Pengganggu
19. Pertengkaran Dengan Clara
20. Sudut Pandang Lain
21. Sebuah Kesempatan
22. Fokus Pada Sebuah Misi
23. Perubahan Rencana
24. Berkuda Denganmu
25. Getaran Yang Semakin Menguat
28. Hal Terbaik Yang Bisa Dilakukan
29. Haruskah Kulupakan Begitu Saja?
30. Pembicaraan Dari Hati Ke Hati
31. Hati Yang Bercabang
32. Hubungan Yang Baru
33. Kembalinya Sang Mantan
34. Jalan Yang Berbeda
35. Kesempatan
36. Dia, Sang Mantan Kekasih
37. Semua Sudah Terlambat
38. Hati Yang Kembali Patah
39. Kita Akan Mencari Cara
40. Bagian Dari Keluarga
41. Alasan Untuk Pergi
42. Harga Yang Harus Dibayar
43. Mencoba Melupakan
44. Bicara
45. Mencoba Berdamai
46. Semua Orang Pernah Berbuat Kesalahan
47. Anak Lain Yang Diabaikan
48. Pertemuan Kembali
49. Sesekali Kau Harus Egois
50. Kau Milikku
51. Permintaan
52. Pulang
53. Seperti Yang Selalu Terjadi
54. Aku Akan Selalu Ada Untukmu
55. Tidak Ada Pilihan Lain
56. Bawa Aku Pergi Dari Sini
57. Mengurai Masa Lalu
58. Masa Lalu Yang Disembunyikan
59. Keputusan
60. Pergi
61. Penawaran
62. Perubahan Rencana
63. Keluarga Baru
64. Bagian Dari Orang Menyenangkan
65. Sebuah Janji
66. Bentuk Cinta Seorang Ibu
67. Kau Dicintai
68. Semua Orang Layak Dicintai (An Open Ending)

27. Terbakar Api

809 164 30
By nikendarcy

Rasanya sudah lama sekali Adinda tidak merasakan kebahagiaan seperti ini. Ia tertawa, ia memekik ketakutan sekaligus bersemangat, dan ia benar-benar merasakan seluruh adrenalin berpacu dalam dirinya, seiring bertambah cepatnya Honey berlari di padang rumput yang luas itu.

Sebelum ini, ia selalu mengira jika menaiki kuda adalah sesuatu yang mengerikan. Hewan itu sangat besar, tinggi, dan ketika berada di atasnya, seakan tanah sangat jauh dari kakimu. Namun, saat ia merasakan sendiri menaiki punggung Honey, semua ketakutan itu perlahan sirna. Terutama, karena Adinda tahu jika Honey adalah kuda yang baik.

Hewan itu tampaknya mengerti jika ia adalah seorang amatir. Langkah kaki Honey mantap, tegas, tetapi sama sekali tidak berbahaya. Saat ia menepuk bagian tubuh kuda itu dengan kakinya, seperti yang Jesse ajarkan untuk menambah kecepatan, Honey berlari kecil hingga membuat Adinda memekik riang.

Dan kini, setelah entah berapa lama berputar-putar, Adinda seperti sudah berada di atas punggung kuda seumur hidupnya. Rasanya seakan di tempat inilah ia seharusnya berada. Di tengah orang-orang yang peduli padanya, di tengah lingkungan yang nyaman dan menyenangkan, juga di samping Jesse, pria yang ia cintai.

Kepala Adinda berputar menatap Jesse yang sedang berdiri di tengah-tengah padang rumput dan memperhatikannya. Pria itu tersenyum dan melambai saat melihat Adinda memandangnya. Adinda ikut tersenyum meskipun jaraknya dengan Jesse cukup jauh.

Ia masih duduk di atas punggung Honey, tetapi membiarkan kuda itu beristirahat sejenak untuk merumput. Dan itu memberikan kesempatan bagi Adinda untuk mengamati Jesse. Pria itu tampak seperti dewa keindahan yang seksi dan sempurna di bawah sinar matahari musim panas yang hangat. Juga sangat panas.

Adinda masih bisa mengingat dengan jelas, panas yang dipancarkan tubuh Jesse padanya saat tubuh mereka saling menempel. Ini memang bukan yang pertama kalinya mereka berkuda bersama, tetapi saat itu, rasanya tidak seperti ini.

Apa karena pakaian yang mereka kenakan sangat tipis? Baju berkuda jelas berbeda dengan kemeja flannel atau celana jins. Dan demi Tuhan, Adinda bersumpah, ia bisa merasakan gairah pria itu yang membesar di bokongnya. Terlebih, ketika Jesse mendekatkan kepalanya di telinga Adinda.

Tubuh Adinda memanas seketika saat merasakan kekuatan tubuh Jesse di belakangnya. Dan untuk pertama kalinya selama dua puluh dua tahun ia menghirup udara di dunia ini, Adinda tahu apa itu yang dinamakan terbakar api gairah.

Selama ini, teman-temannya sering bercerita bagaimana rasanya saat gairah itu datang dan menyulut semua api yang ada dalam tubuhmu. Namun, karena Adinda tidak pernah merasakan itu sebelumnya, ia tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Bahkan ketika membaca novel yang menampilkan adegan erotis pun, Adinda merasa biasa-biasa saja.

Namun, hari ini, akhirnya ia tahu bagaimana api itu merayap dengan cepat dari puncak kepalanya, turun ke kedua payudaranya yang tiba-tiba terasa sangat kencang dan tegang, lalu berputar-putar di perut dan pusat inti tubuhnya dalam pusaran yang memabukkan dan membuatnya pusing.

Adinda bahkan hampir mengerang saat Jesse mengencangkan tali kekang, dan tangan pria itu menyenggol payudaranya. Sentuhan pria itu di tubuhnnya menimbulkan jejak yang begitu panas, dan Adinda merasakan keinginan kuat untuk melucuti pakaian Jesse.

Beruntung saat itu mereka sudah sampai di padang rumput atau Adinda akan melakukan hal memalukan seperti misalnya merasakan kewanitaannya menjadi lembab dan basah hanya dengan membayangkan hal itu.

Seperti saat ini. Adinda merasa sekujur tubuhnya memanas walaupun Jesse berada jauh darinya. Ia bisa merasakan tatapan pria itu menembus ke dalam lapisan pakaiannya yang tipis dan melucutinya. Ia membuka mulut untuk mengambil udara sebanyak mungkin dari mulutnya yang terbuka. Hawa panas merayapinya meskipun angin bertiup sepoi-sepoi.

"Kau sudah selesai makan, Anak manis?"

Adinda menunduk untuk mengusap surai Honey dengan lembut. Ia sudah jatuh cinta kepada kuda ini sejak pertama kali menaikinya, dan Adinda tahu ia akan sedih jika harus pergi dari sini nanti. Sedih karena harus berpisah dengan Honey, dan juga Jesse.

Kepalanya kembali terangkat untuk mengamati Jesse, dan ia melihat pria itu berjalan mendekat kepadanya. Adinda menelan ludahnya dengan gugup. Bahkan dari cara berjalannya yang sangat mantap itu, Jesse memancarkan hawa panas yang membuatnya meleleh.

Ia tahu kenapa dirinya tidak bisa jatuh cinta pada Chase. Karena pria itu tidak memiliki aura seperti yang dimiliki Jesse. Pria itu bisa saja seorang tuna wicara, tetapi ada keistimewaan lain dalam dirinya yang tidak dimiliki pria manapun yang bisa bicara.

Jesse sampai di hadapannya hanya dalam hitungan menit, dan selama itu, tidak ada yang bisa Adinda lakukan selain mengamati tubuh seksi dan tegap itu mendekat. Bahkan sekarang, saat Jesse sudah ada di hadapannya, Adinda masih membeku, tidak mampu melakukan apapun.

Senyum yang Jesse berikan padanya membuat jantung Adinda bergemuruh, dan kupu-kupu yang jumlahnya ribuan itu beterbangan di perutnya dalam waktu yang bersamaan. Seharusnya ada peraturan yang melarang Jesse untuk tersenyum seperti itu atau para wanita di dunia ini akan terkena serangan jantung.

Pria itu mengangkat kedua tangannya, bersiap untuk 'bicara' dengan Adinda.

'Apa kau berbohong padaku? Kau terlihat seperti penunggang kuda professional dan bukannya seorang amatir.'

Tawa gugup lolos dari bibir Adinda. "Mungkin ini karena keajaiban yang Honey berikan padaku. Dia sangat luar biasa."

Jesse mengangguk setuju. 'Aku sudah melihatnya sejak Honey lahir. Dia memang sangat istimewa.'

Sama seperti dirimu, lanjut Adinda dalam hati.

'Aku rasa, kita harus membiarkannya merumput lebih lama dan minum di danau sebelum melanjutkan latihanmu.'

"Kau benar. Aku juga sudah sangat kelaparan."

Tadi, Adinda hanya sarapan sedikit karena merasa terlalu gugup. Sekarang, setelah semua rasa gugup itu lenyap, ia malah merasa sangat lapar.

Jesse mendekat, dan mengulurkan tangan untuk membantu Adinda turun. Sama seperti tadi, saat tangan mereka bersentuhan, api yang sangat panas itu kembali membakarnya tanpa ampun, hingga membuatnya ingin melepaskan genggaman tangan Jesse.

Namun, tentu saja itu tidak berhasil. Jesse memegang jemarinya dengan erat dan tidak membiarkannya lepas, bahkan hingga kedua kaki Adinda berpijak dengan aman di tanah. Pria itu masih menggenggam tangannya, sekarang keduanya, dan mata mereka saling menatap.

Honey berjalan menjauh untuk mencari kesenangannya sendiri, tetapi Adinda dan Jesse tidak mau repot-repot menoleh. Pandangan mereka seakan terkunci satu sama lain, dan tidak bisa lagi menatap ke arah lain.

Satu tangan Jesse melepaskannya hanya untuk meraih pinggangnya dan menarik Adinda lebih dekat lagi hingga tubuh mereka saling menempel. Api itu semakin membesar dan mengancam akan membakar habis seluruh tubuh Adinda.

'Apa aku sudah bilang jika kau sangat seksi dalam pakaian berkuda seperti ini?'

Adinda menggeleng tanpa bisa mengalihkan pandangan atau membuka mulut.

'Ya, kau begitu seksi dan sangat cantik, membuatku ingin selamanya melihatmu seperti ini.'

Apa ini adalah balasan perasaan Jesse untuknya? Tidak ada kata C yang terlontar, tetapi rasanya hampir menyerupai. Atau mungkin tidak. Mungkin, sama seperti dirinya, Jesse hanya sangat bergairah?

"Kau juga," Adinda akhirnya bisa membuka mulutnya walaupun suaranya terdengar parau. "Kau begitu panas."

Mata Adinda berpindah dari wajah Jesse, mengamati bahunya yang lebar, otot yang menyembul di balik pakaian yang dikenakannya, pinggang rampingnya, juga bayangan bokong pria itu yang sangat seksi.

"M...mungkin, kita harus makan siang sekarang," bisik Adinda lagi dengan gugup.

Jika terus seperti ini, Adinda mungkin akan melupakan norma dan moral tempat dirinya dibesarkan dan menciumi Jesse hingga seluruh panas di tubuhnya ini menghilang.

'Kau lapar?'

Lapar akan dirimu!, jeritnya dalam hati, sementara kepalanya menggeleng dan mengangguk bergantian. Ia memang lapar, tetapi dengan Jesse di hadapannya, semua rasa lapar itu seakan berada di urutan ke sekian dari puncak daftar kebutuhannya.

Jesse tertawa tanpa suara saat melihat gerakan kepala Adinda, dan sebelum ia sempat protes atau mengatakan apapun, Jesse menutup jarak di antara mereka, dan menciumnya.

Adinda terkesiap dengan ciuman itu. Napasnya keluar dengan cepat, tetapi itu malah membuat Jesse semakin memperdalam ciumannya. Tangannya yang besar menopang bagian belakang kepala Adinda dengan sangat kukuh, sementara lidahnya mengeksplorasi mulut Adinda dengan ahli.

Setiap ciuman, jilatan, dan sentuhan bibir pria itu membuat Adinda menggeliat. Ia tidak mampu bergerak selain mencengkeram bagian kerah kemeja Jesse. Pria itu menggoda dan menyiksa Adinda dengan mulutnya.

Bibir Jesse berpindah ke rahangnya hingga membuat Adinda bisa bebas mendesah. Ia mendongakkan kepala saat lidah Jesse berpindah ke lehernya. Kepala Adinda terasa pening oleh tumpukan gairah yang sangat tiba-tiba itu. Jesse membuka bibirnya, dan giginya menggigit bagian leher Adinda yang berdenyut hingga membuatnya memekik kecil.

Kaki Adinda terasa goyah, dan ia merasakan dirinya meleleh seperti mentega yang sedang dicairkan. Jika saja tangan Jesse tidak berpindah untuk menopang tubuhnya, Adinda pastikan ia akan jatuh ke tanah.

Tangan Adinda bergerak turun untuk menyusuri tubuh Jesse. Membelai setiap otot yang panas dan kuat itu, dan berhenti di ban pinggang celana ketatnya. Jesse mendesaknya, dan Adinda bisa merasakan gairah pria itu yang membesar untuknya.

Adinda merasa panas dan ingin melucuti pakaiannya sendiri. Tangannya bergerak dengan berani di sepanjang pinggang ramping Jesse, dan sebelum ia sempat menyusupkan tangannya ke balik celana ketat itu, cengkeraman kuat Jesse menghentikan gerakannya seiring dengan berhentinya ciuman yang pria itu berikan.

Adinda mengeluarkan erangan protes sementara Jesse menempelkan kening mereka dan bersusah payah mengatur napasnya yang terengah-engah. Bersamaan dengan napas yang semakin teratur, Adinda merasakan gairah pria itu menyusut, dan ia seperti baru saja diguyur air dingin.

Ketika Adinda mundur untuk menjauhkan diri dari Jesse, pria itu tidak menahannya, dan berbalik agar tidak menatap Adinda. Lagi, penolakan itu membuat jantung Adinda seperti teriris. Apa Jesse menyesal karena telah menciumnya dan bergairah padanya?

"Jesse?"

Pria itu menoleh dan bicara dengan cepat tanpa suara, 'Maafkan aku. Itu tidak akan terjadi lagi. Aku benar-benar minta maaf.'

Dan sebelum Adinda sempat memberikan respon apapun, Jesse berbalik, lalu melangkah menjauh darinya tanpa menoleh lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 71.1K 16
Bertemu dengan pria songong bin sombong rasanya memuakan! Jangan pikir aku tergiur dengan pria berwajah tampan. _Rasika Vahya Binara Bertemu dengan k...
1.4M 108K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
125K 7.1K 36
Langit adalah lelaki nakal, iseng dan hobby bully orang. Salah satu sasaran empuknya adalah gadis cupu jurusan kedokteran yang diam aja kalau di bull...
61.3K 3K 38
"Aku enggak mau ke Bali," Bima mengerutkan dahi, "Loh, bukannya kamu kemarin bilangnya mau ke Bali," "Enggak ke Bali aja kali, kemarin aku bilangnya...