Another Color

By noquiyea

829 111 72

Lala menjalani hidupnya sebagai pelukis mengikuti jejak mendiang mamanya. Selama memutuskan hidup sendiri tan... More

0. Sunset With Memory
1. COYOTE V.I.P CLUB
2. RUN AND GO
3. Help You
4. Leave
5. Some Information
6. Breakfast
7. Plan
8. Trouble
9. With You
10. Party In The Galery
11. Meet My Girl
12. Move
13. Tell them
14. Meet Komang
15. Something Begin
16. Can I?
17. Here We Are
18. Meeting
19. A Good Bad Day
20. After That
21. VIP 3
22. How
23. Sorry To Your Self
24. To Hug You
25. The Box
26. Lala And Neo
28. Savero and Komang
29. Amerika - Indonesia
30. It's Okay, Sav
31. Propose
32. Savero's Step
33. Girl's Talking
34. On Rainy Day
35. Party Begin

27. Savero's Family Lunch

18 3 0
By noquiyea

Siang itu, di kediaman keluarga Floyd tempat tinggal Savero. Ia dan keluarga besarnya makan siang bersama di rumah. Mereka mengadakan makan siang spesial karena hari itu, Nadin perempuan yang dijodohkan dengan Milo ikut makan siang bersama. Kedua orang tua Nadin pun turut hadir. Mereka makan bersama dan menikmati obrolan yang menyenangkan yang diselingi dengan candaan.

Dalam bayangan di kepalanya, Savero berharap bahwa Milo adalah dirinya sementara Nadin adalah Lala. Mereka tertawa bersama membicarakan rencana penyatuan dua keluarga. Lalu mereka bisa menikah dan hidup sebagai keluarga yang hangat. Tapi, semua itu hanya bayangan semata. Hanya khayalan yang hanya mampu Savero simpan di kepalanya. Keinginan itu selalu ada, tapi untuk mewujudkannya banyak sekali hal yang perlu ia lakukan. Tapi, Savero tidak mengeluh. Memperjuangkan hubungannya dengan Lala adalah salah satu bentuk usahanya untuk mendapatkan kebahagiaan.

"Pertunangan kalian nanti tentu akan menjadi pertunangan paling diidamkan. Pertunangan yang indah karena mempersatukan dua orang yang rupawan. Pasti akan banyak yang iri," ucapan nenek terdengar masuk akal mengingat keduanya memang memiliki paras yang menawan. Tapi nenek belum pernah melihat Lala, dan jika nenek melihat perempuan itu mungkin nenek akan mengatakan bahwa Lala adalah perempuan paling menarik yang pernah ia lihat. Sama seperti penilaian Savero terhadap Lala.

"Kami tidak ingin berharap yang berlebihan. Yang penting mereka berdua bahagia, itu saja," mamanya Nadin tersenyum. Ia tampak bahagia dengan rencana yang sudah mereka bicarakan sejak tadi.

"Kami berencana untuk mengumumkan pertunangan Milo dan Nadin nanti ketika acara perayaan hari jadi perusahaan. Karena ini peristiwa penting dan begitu berarti bagi kami, kami ingin mengumumkannya di hari yang spesial itu," kata Pak Haris dengan ceria.

Savero yang menjadi pengamat pun hanya diam. Melihat setiap interaksi itu dengan perasaan yang tidak nyaman. Ia menganggap Lala berhak juga diperlakukan seperti Nadin. Disayangi oleh papa kandungnya dan dipedulikan segala urusannya. Tapi, Lala bertahan sendirian kemarin. Bahkan ketika di rawat di rumah sakit, papanya hanya sekedarnya menelpon. Tidak datang untuk menjaganya barang semalam.

Savero bertekad untuk mendampingi Lala. Memegang tangannya dan bersamanya dalam keadaan apapun. Merasa senasib karena diabaikan keluarga, Savero ingin ia dan Lala membangun keluarga sendiri. Yang saling mencintai dan saling menyayangi. Meski untuk sampai ke titik itu, akan banyak rintangan yang menghalangi.

"Jadi kapan acara peringatan hari jadi perusahaan itu, Pak Haris?" tanya Kakek tampak tertarik.

"Kira-kira bulan depan, Pak. Persiapannya sudah mulai sejak bulan lalu karena perayaan ini sangat istimewa. Sama seperti sebelumnya, Papa meneruskan tradisi untuk mengumumkan para penerus Nabastala selanjutnya. Tentu saja dalam hal ini Nadin akan jadi satu-satunya penerus perempuan dalam daftar."

Savero mengerutkan dahi mendengar penuturan Pak Haris. Jadi benar, Lala sudah dicoret dari daftar ahli waris dan penerus keluarga Nabastala. Lalu bagaimana dengan nasib Lala di keluarga itu selanjutnya?

"Wah, sama seperti sebelumnya ternyata. Dulu Tyo, Fiko, Deris, Tiana, dan Kamu. Beruntung memang kalian lima bersaudara. Jadi waktu itu tidak perlu ada yang dikesampingkan. Namun, patut disayangkan bahwa Tiana dan keluarganya harus tewas dalam kecelakaan berpuluh tahun lalu. Kalau saja mereka masih ada, mungkin salah satu anaknya juga akn menjadi salah satu ahli waris dari keluarga kalian." Kakek menjeda kalimatnya, "Kalau masih mengikuti tradisi. Mungkin kali ini sepertinya berbeda, ya? Mengingat papamu memiliki cukup banyak cucu sepertiku."

Pak Haris membenarkan ucapan kakek Savero. "Kali ini beberapa anak akan dicoret dari daftar. Seperti anak pertama Kak Tyo yang memutuskan pindah ke luar negeri dan menjadi chef, lalu anak kedua Kak Fiko, dan Ilea."

"Ilea? Ilea siapa?"

"Putri Pak Haris, anaknya dengan Nyonya Bella Cakradara," sambar Savero dengan tenang yang menjadikannya pusat perhatian seketika. "Mungkin Kakek sendiri sudah lupa. Aku pernah cerita soal dia."

Pak Armand -Papa Savero- agak terkejut mendengar Savero bersuara di tengah pembicaraan itu. Pasalnya sudah hampir satu jam berbincang dan Savero hanya diam. Pak Armand tidak ingin bungsunya itu membahas mengenai Ilea dan mengacaukan rencana persatuan dua keluarga. Baginya Savero adalah penghalang rencananya, itu saja.

"O-oh, dia yang menggagalkan Milo dalam pemilihan pimpinan FL.Distribution, Pa," sahut Pak Armand menengahi, "perempuan yang Milo sempat ceritakan mengganggu rapat waktu itu."

"Ilea tidak mengganggu rapat, Pa. Dia kesana karena dia memang pemegang saham tertinggi di FL.Distribution. Lagipula, kalau Milo punya kemampuan lebih maka dia gak akan kecolongan saham sebanyak itu."

"Itu karena kamu gak mampu bantuin dia, Sav. Kamu sibuk sama urusanmu sendiri."

"Aku sibuk ngurusin masalah yang anak kesayangan papa buat," Savero membalas dengan santai dan lebih tenang, "pas dia berantem sama orang di club, aku yang beresin. Pas dia bikin kesalahan kerjasama, aku juga yang urusin masalahnya sampai di caci sana-sini. Bahkan waktu dia berurusan sama pihak kepolisian, aku yang bersihin namanya. Tapi papa masih nyalahin aku karena dia kehilangan kesempatan jadi pimpinan FL.Distribution?"

Kakek menghela napas. Ia menatap anak dan cucunya itu bergantian. "Jadi FL.Distribution sekarang nasibnya gimana? Itu perusahaan penting walau gak sebesar perusahaan lainnya. Kita sudah susah payah untuk merombak perusahaan itu menjadi seperti sekarang ini. Kalau sampai lepas kita pasti rugi," peringat kakek.

"Saham keluarga kita tinggal dua puluh persen di situ. Sepuluh persen milik direksi umum, dan tujuh puluh persen adalah milik Ilea," ujar Savero menjelaskan. "Nasib perusahaan bagaimana juga sekarang tergantung Milo, bisa menunjukan kinerjanya sebagai pemimpin atau tidak. Direksi yang sekarang jauh memikirkan mengenai keuntungan. Bahkan nama besar keluarga kita gak jadi jaminan. Beberapa investor juga sudah mengundurkan diri dari perusahaan sebulan terakhir."

Kakek diam cukup lama. Mengamati Milo, Pak Armand, dan Savero bergantian. Ia kemudian menghela napas cukup dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

"Kalau FL.Distribution lepas dari kita, kita gak akan rugi, Kakek. Perusahaan lain beroperasi dengan baik dan stabil," Milo menanggapi dengan santai. Tanpa menunjukan beban atau rasa bersalah ia menatap saudara tirinya dengan senyum miring. "Mungkin sudah direncanakan oleh Savero untuk membuat Ilea mengambil alih perusahaan itu. Seperti yang kita tahu, dia dan Ilea punya hubungan spesial. Mungkin ini adalah rencana permainan mereka," tuduhnya.

"Gue gak kayak elo, Mil," balas Savero menatapnya serius, "gue bisa bedain mana bisnis dan hubungan pribadi. Jadi sebagai seseorang yang sering membuat masalah mending lo diem." Savero menyerangnya. Lelaki itu tidak takut sama sekali. Selama ini yang menahannya adalah sopan santun, tapi kali ini ia akan lepaskan sopan santun itu di depan kakak tirinya.

"Mengenai pembahasan perusahaan lebih baik kalian bahas secara personal. Saya rasa, kami tidak perlu mendengarkan mengenai hal ini," peringat Pak Haris. "Dan lagi, mengenai hubungan kamu dan Ilea, Savero. Tentu kamu lebih tahu bahwa hubungan kalian akan buntu. Milo akan menikah dengan Nadin dan seperti perjanjian kami, hanya boleh menikahkan satu anggota keluarga saja dengan keluarga kalian."

Savero mengalihkan tatapannya. Ia beradu pandang dengan Pak Haris. "Maksud Om, saya dan Ilea tidak punya masa depan, begitu?"

"Iya. Ilea bukan pewaris dan tentu kami tidak akan menjadikannya prioritas."

"Milo juga salah satu pewaris keluarga Floyd," Pak Armand menambahkan, "Nadin dan Milo adalah pasangan yang tepat untuk membangun kedua keluarga menjadi lebih besar. Kita semua akan diuntungkan. Sementara hubunganmu dengan Ilea, hanya tentang perasaan."

"Papamu benar, Sav," kini Kakek ikut memberikan pendapatnya, "kita bukan keluarga sembarangan. Baik dalam hubungan bisnis maupun hubungan keluarga tentu sangat penting untuk memilih calon yang tepat. Cinta hanya masalah waktu. Karena tanpa harta, cintamu akan jadi semu."

Savero terdiam mendengar penuturan kakek. Ia menatap satu per satu orang yang ada di sana yang tampak setuju dengan ucapan kakek. Savero menggeleng kemudian tertawa kosong.

"Lawak banget ternyata," komentarnya. "Ya sudah, kayaknya udah gak perlu ada yang aku bahas dengan kalian. Bener-bener gak akan nemu solusi." Savero pun beranjak. Ia menatap kakek dan tersenyum kosong seraya menggelengkan kepala. "Kalau cinta tanpa harta jadi semu, berarti yang kakek perlu cuma harta bukan cintanya. Kakek gak tulus menerima seseorang apa adanya. Semuanya cuma pura-pura demi keuntungan saja. Mungkin juga itu adalah alasan kakek menyembunyikan fakta bahwa mama adalah istri kedua Papa. Karena dulu sebelum menikahkan mama dengan papa, kakek cuma mikirin gimana dapat koneksi. Setelah itu mama diabaikan karena dia gak dicintai bahkan tidak diinginkan. Kalian mau dua-duanya, mendapatkan yang kalian cintai tapi menginginkan manfaat dari orang lain meski kalian tidak menyayanginya."

Savero menjeda sejenak ucapannya. Ia beralih menatap papanya kali ini, "Orang tuh gak bisa serakah, Pa. Kalau papa mencintai seseorang berarti harus setia. Kalau cuma butuh manfaatnya aja, jangan beri dia harapan palsu. Jangan cuma bisa manfaatin tanpa mau bertanggung jawab. Itu namanya pengecut yang serakah. Oh, mungkin waktu itu papa gak punya pilihan lain. Setahu Savero, papa ke mamanya Milo pakai perasaan, pakai cinta. Tapi dia gak bisa kasih harta yang dibutuhkan buat menyelamatkan harga diri papa, papa manfaatkan mamaku seenaknya."

Tanpa banyak bicara lagi, Savero meninggalkan meja makan. Membiarkan orang-orang di belakangnya tampak emosi dan menahan amarah mendengarkan ucapannya. Bagi Savero mereka semua sama. Tidak memahami arti ketulusan dan juga kesetiaan. Yang terpenting hanya harta, koneksi, dan kekuasaan yang diberikan pada orang-orang pilihan. Mereka mengabaikan orang-orang seperti dirinya yang juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama tanpa perlu dibeda-bedakan.

•••

Siang menjelang sore. Savero meninggalkan rumahnya dan mengendarai mobilnya ke kantor. Ketika tiba di sana, ia tidak diizinkan masuk. Alasannya karena Pak Armand yaitu papanya sendiri melarang Savero untuk menginjakkan kaki di kantor untuk sementara. Seperti anak sekolah yang di skors setelah melakukan kesalahan, Savero mendapatkan hukumannya. Sesuatu yang ia terima ketika berani protes atau melakukan kesalahan menurut papanya.

Savero pun sedikit bingung mencari tempat untuk pergi menenangkan pikiran. Pulang sama saja berhadapan dengan papanya lagi dan pasti akan terjadi perdebatan lain. Ke rumah mamanya mungkin pilihan yang baik, tapi jika mamanya tahu dia bermasalah lagi dengan papanya maka mamanya akan khawatir. Mamanya bisa saja melakukan hal-hal yang kemungkinan akan menimbulkan masalah lainnya. Jika ia pergi ke tempat Lala, perempuan kesayangannya itu pasti sibuk dengan Neo dan Gia karena kemarin Lala sudah memberitahunya tentang rencana hari ini.

"Gue sama Malik masih belum ngobrol dengan nyaman perkara kemarin. Gak enak juga kalau ketemu sekarang," monolognya sambil menyetir. "Apa ke tempat Komang, ya? Ini udah jam pulang sekolah kayaknya."

Teringat akan bocah SMK penjual siomay yang belakangan jarang dikunjungi, Savero pun berpikir untuk pergi ke kontrakan anak itu. Tidak ada tujuan lain, sekedar untuk melepas penat dan mengunjunginya saja. Dan dengan yakin, akhirnya pilihan terakhirnya adalah menemui Komang. Jadi ia pun mengarahkan mobilnya untuk pergi ke tempat Komang saat itu juga. Meski harus terjebak macet, tapi tak apa. Macet tidak akan menghalangi niatnya.

[]


Hiee, sudah part 27. Terima kasih sudah membaca sampai bab ini.

29 Agustus 2023

Noquiyea

Continue Reading

You'll Also Like

447K 47.4K 20
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
1.2M 117K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 11.3K 4
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
822K 62K 30
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...