Please, Marry Me

By Beoness

15.4K 1.8K 856

Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!! Naruto yang seo... More

01✈️{P,MM!}
02✈️{P,MM!}
03✈️{P,MM}
04✈️{P,MM!}
05✈️{P,MM!}
06✈️{P,MM!}
07✈️{P,MM!}
08✈️{P,MM!}
09✈️{P,MM!}
10✈️{P,MM!}
11✈️{P,MM!}
12✈️{P,MM!}
13✈️{P,MM!}
14✈️{P,MM!}
15✈️{P,MM!}
16✈️{P,MM!}
17✈️{P,MM!}
18✈️{P,MM!}
19✈️{P,MM!}
20✈️{P,MM!}
21✈️{P,MM!}
23✈️{P,MM!}
24✈️{P,MM!}
25✈️{P,MM!}
26✈️{P,MM!}
27✈️{P,MM!}
28✈️{P,MM!}
29✈️{P,MM!}
30✈️{P,MM!}
31✈️{P,MM!}
32✈️{P,MM!}
33✈️{P,MM!}
34✈️{P,MM!}
35✈️{P,MM!}
36✈️{P,MM!}
37✈️{P,MM!}
38✈️{P,MM!}
39✈️{P,MM!}
40✈️{P,MM!}
41✈️{P,MM!}
42✈️{P,MM!}
43✈️{P,MM!}
44✈️{P,MM!}
45✈️Bonus Chapter {P,MM!}

22✈️{P,MM!}

316 35 18
By Beoness

Don't forget
(⁠'⁠⊙⁠ω⁠⊙⁠'⁠)⁠→Vote and Coment

🛫📍🛬

Malam yang mencengkam, cahaya merah, biru serta ungu berkedip di sebuah rumah dengan lorong panjang yang di penuhi banyaknya pria maupun wanita berpakaian sexy di sana. Alunan musik slow juga terdengar samar-samar, suara desahan wanita dan pria menjadi satu dengan gemuruh suara lainnya.

Seorang pria pirang dengan sebuah jaket hitam kulit, kaos putih celana panjang hitam, memasuki lorong tersebut yang di kenal dengan Dirty Body. Sebuah tempat seperti rumah germo namun lebih bebas.

Naruto mengipas dua kali tepat di depan hidungnya saat ia melangkah masuk dan mencium aroma alkohol yang sangat menyengat. "Hey tampan!" sapa para wanita nakal di sana, melambai serta menjilat dan menggigit bibir bawah mereka sendiri, sengaja menggoda Naruto yang saat ini fokus mencari seseorang.

Siapa yang tak mau bercinta dengan pria tampan bertubuh kekar seperti Naruto? Meski para wanita di sana melambai, mencolek lengan Naruto, serta terkadang ada pula yang mengelus rahang tegas Naruto yang pada akhirnya mendapatkan sebuah balasan dari si pirang berupa tatapan tajam.

Sementara dari arah belakang, Hinata berjalan mengendap-endap, berusaha tak bernafas agar aroma dari alkohol tak begitu menyengat di hidungnya. Wanita itu masih melihat keberadaan punggung Naruto yang masih berjalan melintasi lorong tersebut dengan sesekali melihat ke satu persatu kamar di sana. "Dia sedang apa? Apa jangan-jangan....," sadar, Hinata mulai tahu siapa yang sedang Naruto cari.

Langkah Naruto berhenti di salah satu kamar terbuka, mengintip dari balik pintu sampai mata birunya melihat sesosok pria bersurai kuning sedikit panjang tengah asik mengerang ketika satu wanita asik memanjakan penisnya. Alis Naruto berkerut marah, rasa ketidak percayaan melanda hatinya. Tapi, itu benar-benar ayahnya, ayah kandungnya.

Dengan segenap hati, Naruto berusaha menegakkan dirinya agar bisa mengontrol emosi di sana. Apakah inikah yang di takuti oleh kakek Hasirama?

Sementara si pirang kedua tadi menekan kepala wanita nakal agar lebih dalam memasukkan penisnya. "Seperti biasa, kau sangat pintar ya Helly!" puji suara familier yang Naruto dengar.

Naruto langsung bersembunyi saat pria pirang yang ada di dalam kamar tadi selesai menikmati malamnya dengan wanita nakal di sana. Hinata masih berusaha fokus melihat Surai pirang ada dua di depan sana. Dari belakang Naruto masih mengikuti langkah ayahnya tadi, melihat aksi kurang ajarnya saat menggoda para wanita nakal yang berdiri di pinggiran lorong. Tak hanya menggoda, si pirang bernama Minato itu juga sesekali meremas payudara mereka serta memukul pantat sintal mereka dengan senyuman nakal.

Kedua tangan Naruto sudah terkepal kuat saat melihat kelakuan bejat ayahnya yang selama ini dia percayai baik.

***

Di dalam apartemen mewah, seorang wanita cantik bersurai pink mengenakan sebuah bathrobe pink, berjalan menuju ke arah meja dekat pintu. Sebuah surat kerja dari perusahaan yang sangat dia kenal-- Uzumaki CorpL. Sakura membukanya dan membaca detail, tersenyum kecil karena ia mendapatkan sebuah kesempatan untuk bisa memperdekat lagi hubungan antara dia dan kekasih pirangnya.

"Aku akan kembali Naruto! Dan kali ini, aku akan menerima lamaranmu!" gumam Sakura merasa senang. Dia yakin Naruto masih mencintainya, apalagi si pirang itu sudah berjanji akan menunggunya sampai kembali.

***

Sebuah mobil orange baru saja berhenti di sebuah kompleks perumahan setelah mobil abu-abu berhenti di sebuah halaman rumah yang cukup besar. Dari arah sedikit jauh, taksi Hinata juga baru sampai, tak lama mereka yang ada di dalam mobil tadi, mulai keluar.

Dari arah mobilnya, Naruto masih mengamati gerak-gerik sang ayah yang mulai mengetuk pintu sampai seorang wanita cantik berkulit putih bersurai kuning pucat dengan dua anak laki-laki berbeda usia menyambut kedatangan Minato. Rasanya sangat hancur, Naruto masih menatap datar sementara Hinata menatap sendu ke arah suaminya yang hanya diam tak berkutik.

"Ayah!" panggil Naruto yang akhirnya berani menghampiri ayahnya. Minato berbalik, begitu pula wanita paruh baya yang di duga adalah istri barunya itu ikut menoleh melihat keberadaan Naruto di sana.

Melihat mata, serta guratan di pipi Naruto membuat Minato cepat mengenali pria tersebut. "Kau siapa?" tanya Minato berpura-pura. Wajahnya terlihat panik dan ketakutan. "Kau tidak mengenal putramu sendiri?"

"Siapa dia sayang?" tanya wanita di sebelahnya mulai memasang wajah bingung. "Aku tidak tahu! Mungkin penguntit."

"Pergilah, jangan pernah datang lagi pria sialan." Usir Minato tanpa hati.

Bibir Naruto terseringai miring, sangat miris! Kepalanya tertunduk sedih. "Jadi. Semua yang kau katakan bohong?" suara bariton itu membuat Minato bertambah marah.

"Aku tidak pernah memiliki seorang anak. Aku juga tak pernah menganggap mu ada! Jika kau ingin kembali kepadaku, maka berikan aku uang seperti dulu." Dengan angkuh Minato mengatakannya sementara istrinya hanya diam serta bingung ketika dua pria sedang membicarakan sesuatu dengan bahasa Jepang mereka.-'Uang? Aku mengerti!'

"Kenapa kau melakukannya? Selama ini aku membencinya karena percaya padamu." Mata birunya mulai berkaca-kaca namun sebisa mungkin Naruto menahannya. Kini dua manik biru sama-sama menatap tajam.

"KAU DAN IBUMU ITU SAMA SAJA." Bug! Naruto langsung memberikan satu pukulan di pipi kiri Minato sampai pria paruh baya itu jatuh terduduk di lantai dengan sudut bibirnya berdarah. "Sayang kau tidak apa-apa?" tanya khawatir istri lugunya. Minato menatap putranya dengan marah. Hinata yang melihatnya pun ikut terkejut dan ingin sekali menghampiri Naruto.

"You don't deserve to be a husband let alone a father. (Kau tidak pantas menjadi seorang suami apalagi seorang ayah)." Penuh penekanan Naruto mengatakannya, lalu berbalik menatap istri ayahnya yang saat ini menangis.

"Tinggalkan dia sebelum nasibmu sama seperti ibuku." Setelah itu dia melangkah pergi menuju mobilnya yang terparkir sedikit jauh dari rumah Minato, dengan perasaan kalut.

Kepergian Naruto dari rumah tersebut bersamaan dengan Minato yang juga masuk ke dalam rumah bersama keluarga barunya. Hendak membuka pintu mobil tiba-tiba suara Isak tangis mulai terdengar.

Kakinya terasa lemas, tubuhnya gemetar sampai ia mulai terduduk di tanah menekuk satu kakinya sambil bersandar di pintu mobil dan menangis kecewa serta perasaan bersalahnya kepada ibunya selama ini.

Hinata berjalan perlahan mendekati Naruto yang masih tertunduk menangis, tak tahu kenapa, Hinata ikut menangis melihat keadaan pirang menyebalkan itu. Tanpa banyak tanya lagi, Hinata berjongkok, membawa Naruto ke dalam dekapannya. Kini mereka berpelukan, Naruto menyandarkan kepalanya di pundak Hinata, menangis histeris layaknya seorang pria dewasa. Sementara Hinata mengusap lembut punggungnya.

Naruto tak peduli akan keberadaan Hinata di sana, yang pasti dia membutuhkan sandaran dan pelukan dari seseorang saat ini. Kakek benar!
.
.
.
.
.

Dermaga

Angin berhembus kencang di malam hari. Dua orang berbeda gender sedang duduk di salah satu kursi kayu panjang yang menghadap ke arah danau yang asik menarik dengan angin. Hinata menoleh ke samping, melihat Naruto masih asik meneguk sekaleng bir untuk ke lima kalinya. Hinata ingin pulang dan tidur, tapi dia tak mungkin meninggalkan pria malang itu di sini sendirian.

"Ini. Minum saja ini!" dengan paksa Hinata mengambil kaleng bir Naruto dan menggantinya dengan kaleng kopi miliknya. Pria itu menatap Hinata yang saat ini masih duduk di sampingnya. "Kau membutuhkan kopi untuk begadang dan galau." Benar juga! Tak seperti biasanya Naruto melawan balik Hinata, namun kini pria itu tak bersuara sama sekali dan memilih menikmati kopi tadi.

"Ayo kita pulang." Ajak Hinata lembut, jujur saja rasanya begitu kantuk.

"Pulanglah dulu."

"Heeesss, itu tidak mungkin. Bagaimana jika kau sampai nekat melompat ke danau? Jangan sampai menganggap ku istri yang buruk." Celoteh Hinata sengaja memancing emosi suaminya. Namun sayang, Naruto masih saja diam tak bersemangat.

Wanita bersurai indigo terkuncir satu itu mulai berdiri menatap Naruto. "Ayo pulang!" Ajaknya lagi.

Di saat kopi habis, tiba-tiba ia menarik tangan Hinata dan membawanya duduk di pangkuannya lalu memeluk pinggang istrinya yang saat ini terlihat kaget. "Lepaskan aku." Hinata berusaha melepaskan diri namun tangan Naruto malah memeluknya erat-erat, membenamkan wajahnya di antara perut Hinata.

"Hanya sebentar, tolong." Suaranya begitu parau membuat Hinata tak tega. Tangan Hinata rasanya lemas, sebisa mungkin ia berusaha bersikap normal, memeluk balik kepala Naruto dan sesekali mengusap Surai kuningnya.

-'Sangat hangat dan tenang.'
.
.
.
.

"Aku tahu kenapa kakek melarang keras diriku. Seharusnya aku mendengarkan ucapan konyolnya, walaupun semua itu benar. Aku membutuhkan seorang istri untuk bersandar!" masih memandangi danau malam, Naruto akhirnya mau juga membuka percakapan panjang. Saat kepala pirang tadi menoleh ke samping, "Haissshh! Aku sedang bersedih dan dia malah tidur, merepotkan!" ketusnya dengan senyuman kecil. Tak ada pilihan selain membawa Hinata pulang.

Sampai di apartemen pun Hinata tak membuka matanya, alhasil Naruto menggendong tubuh mungilnya di belakang punggung, berjalan menaiki lift ke lantai dua. "Beruntung sekali aku punya istri seperti dia." Gumam Naruto tersenyum pasrah.

"Ibu!" lirih Hinata di sela-sela tidurnya, mengingatkan Naruto akan sang ibunya dulu.

***

Saat langit masih berwarna gelap, namun keadaan sudah memasuki pagi. Hinata bangun terlebih dahulu, melihat ke sisi suaminya yang masih terlelap begitu damai tanpa pikiran. Perasaan senang Hinata saat melihat wajah Naruto kembali tenang. Ya! Meski kakeknya sudah pergi, kedua suami istri itu sepakat kalau mereka tetap akan tidur seranjang, sementara kamar satunya hanya khusus untuk ruang kerja dan ruang membaca.

Seperti biasanya, Hinata memberikan apartemen yang sudah di anggap seperti rumah sendiri, laku menyiapkan sarapan sebelum suaminya bangun. Entah kenapa harus ini dia sangat bersemangat dan menikmati menjadi seorang istri untuk si pirang yang selalu dia anggap Rubah menyebalkan itu.

Dengan telaten Hinata membuat sarapan spesial untuk Naruto, dengan senyuman dan hati pastinya! Wanita itu sibuk dengan keadaan di dapur, setelah selesai semuanya ia mulai melakukan langkah terakhir, yaitu membangunkan sang suami.

"Naruto, waktunya sarapan!" panggil Hinata namun tak biasa Naruto betah dengan suara cempreng Hinata, biasanya dia langsung bangun sambil marah-marah. Hinata mengamati wajah suaminya yang terlihat sedikit pucat, sakit? Ya, Naruto sakit, mungkin karena angin semalam dan suasana hatinya yang sedang buruk.

Saat di sentuh kening pria berkulit Tan tersebut, suhunya sangat panas. Cepat-cepat Hinata mengambil beberapa selimut, menumpuk semua selimut yang membungkus tubuh Naruto bak kepompong, karena sebentar lagi musim dingin, ini sangat buruk.

Hinata juga menyiapkan kompres, melakukan berulangkali mengganti kain yang sudah kering di kening Naruto, membasahinya kembali lalu ia letakkan lagi di kening tersebut. "Kau ini sangat ceroboh." Ujar Hinata yang duduk di tepi ranjang. Sungguh tak tega melihat keadaan Naruto yang biasanya marah-marah dan bercekcok dengannya, kini pria itu hanya tidur dengan nafas panasnya. "Kenapa belum turun juga?" gerutu Hinata.

Tak ada pilihan lain, Hinata segera melucuti kaos putih Naruto sehingga tubuh sixpack nya terlihat jelas, namun bukan itu tujuan saat ini Hinata. Segera, Hinata masuk ke dalam selimut bersama dengan tubuh Naruto, lalu memiringkan tubuhnya dan memeluk Naruto dengan erat, membawa kepala kuning itu ke dadanya sementara ia meletakkan kepalanya di pucuk kepala Naruto.

Terlihat dari ekspresi wajah Naruto yang sangat nyaman akan posisi mereka. Hinata merasakan lengan Naruto aktif memeluk pinggangnya dan memperdalam kepalanya di bantal empuk saat ini.

Karena ikut berbaring membuat Hinata ikut ketiduran, sedangkan Naruto mulai membuka matanya dan menyadari posisi tidur mereka yang begitu dekat. Bahkan ia merasakan kulit dadanya menempel dengan kain pakaian Hinata saat ini. Ia mendongak melihat wajah Hinata yang tidur sambil menganga lebar membuat Naruto gemas dan menyentuh pipi gembilnya.

Rasanya nyaman sampai ia tak ingin beranjak dari sana. Naruto memilih kembali memeluk Hinata selagi ada kesempatan, lalu kembali memenangkan wajahnya di belahan dada bulat dan berisi milik istrinya dengan senyuman lebar.

***

12 jam berlalu. Keadaan kembali seperti semula, suhu Naruto juga mulai turun meski tidak banyak tapi itu sudah cukup baik.

Untuk hidangan tadi pagi, itu sudah dingin, akhirnya Hinata menghangatkan lagi untuk makan siang mereka. Sementara di dalam kamar, Naruto duduk bersandar di ranjang, kepalanya sedikit pusing efek dari demam. Derrtt! Derrtt! Ponselnya berdering, saat maniknya melihat nomor tak di kenal tercantum disana, membuat Naruto penasaran.

["Siapa?"]

[".........."] Tidak ada jawaban sama sekali, padahal Naruto yakin seseorang ada di balik telepon tersebut.

["Aku akan matikan telfonnya."]

["Tunggu Naruto!"] Naruto terkejut saat mendengar suara yang dia kenal.

["Sakura?"]

["Hm. Maaf mengganggu waktumu! Aku mendapatkan kontrak kerja dari perusahaan Uzumaki CorpL, apa... Apa aku..." ]

["Hari ini aku tidak masuk ke kantor. Setelah aku sembuh, kau bisa datang ke kantor."] Jelas Naruto, mendengar kata <<Sembuh>> membuat Sakura terkejut.

["Apa kau sakit? Kau sudah pergi ke dokter? Dan, bagaimana keadaan mu sekarang. Maaf aku mengganggu mu, aku-- "]

["Tidak apa Sakura. Aku sudah lebih baik, istriku--- maksudku, Hinata sudah merawat ku."] Rasanya masih tak enak jika Sakura harus mendengar kekasihnya sudah menikah, meskipun Naruto yakin Sakura pasti sudah tahu soal pernikahan nya.

["Begitu ya.."] Naruto dapat mendengar suara kekasihnya sedikit pelan dan sedih.

["Sakura apa-- "]

["Bolehkah aku datang menjenguk mu?!"] pertanyaan yang sulit di jawab oleh Naruto.
.
.
.
.

Bermenit-menit menghangatkan kembali hidangan nya, Hinata mencicipi rasa spesial yang sudah memudar dan itu membuatnya sedikit cemberut. "Itu sebabnya aku tidak suka menghangatkan kembali makanan." Gerutunya. "Tapi ini lebih baik!" lanjutnya tersenyum lebar dan percaya Naruto selalu menyukai setiap masakannya, apalagi dia menjadi juri masaknya.

Hendak membuka pintu kamar, tiba-tiba suara bel pintu mengangetkan Hinata. "Apa kakek kembali lagi?" ia berjalan ke arah pintu dan membukanya, menyambut dengan senyuman kepada tamu yang datang.

"Selamat da--" Suara Hinata terhenti saat matanya menatap manik hijau indah milik seorang wanita bersurai pink pendek berpakaian rapi dan feminim. Sangat cantik.

"Aku mencari Naruto, apa dia ada di dalam?!" Tanya-nya lembut dengan senyuman tipis dan sedikit sungkan akan Hinata. -'Dia sangat cantik jika di lihat langsung.' Pikir Hinata insecure melihat model ternama Haruno Sakura.

Hinata yang sudah tahu maksud kedatangan Sakura yang merupakan kekasih dari suaminya, memperbolehkan wanita pink tadi masuk. Jika kalian tanya dari mana Sakura tahu nomor HP Naruto serta alamat apartemen nya, maka jawabannya adalah Ino.

"Duduklah, anggap seperti rumah sendiri!" ucap Hinata ramah. Sakura tersenyum anggun sambil mengangguk pelan.

Hendak memanggil Naruto, si pirang sudah keluar lebih dulu, menatap ke arah Sakura yang masih berdiri dan kini memandang satu sama lain, sementara Hinata berada di tengah-tengah mereka. Sungguh menyedihkan!

Tak ingin menjadi obat nyamuk dan menghalangi sepasang kekasih itu, Hinata mulai bergerak. "Aku permisi dulu!" pamitnya. Kepergiannya menyadarkan Naruto kembali, sejenak menatap ke arah Hinata.

Sedangkan di arah dapur, Hinata langsung mendaratkan kedua tangannya di atas nakas sambil memejamkan matanya. -'Ada apa denganku?' Tanya-nya sendiri bingung dengan reaksi tubuhnya.

Di ruang tamu, Naruto dan Sakura duduk berhadapan. Tak seperti pasangan kekasih, semuanya sangat berubah hening, tak seperti dulu yang biasanya Naruto memanggil Sakura dengan sebutan <<Sayang>> jika saat dia merasa rindu. Tapi saat ini Naruto merindukannya tapi, mereka sudah lama jauh.

"Kita belum sempat berbincang santai di pesta Otsusuki!" sambil tersenyum tipis. Naruto sangat menyukai senyuman wanita musim semi itu. Dia ingin memeluknya tapi dia ingat sebuah pernikahan melekat di pikirannya.

"Bagaimana kabar mu?" akhirnya Naruto mulai membuka pembicaraan.

"Aku baik. Terkadang aku merindukanmu, aku merasa bersalah karena meninggalkan keluarga satu-satunya yang ku miliki. Aku sangat bodoh."

"Tidak ada yang salah. Kau ingin mencapai mimpi mu! Aku sangat bangga padamu, Sakura!" seperti biasa, Naruto selalu bersikap lembut padanya, bahkan setelah semuanya yang terjadi, pria itu masih mau menerima kedatangannya.

"Aku bawakan makan siang!"

Dari arah belakang, Hinata sudah membawakan satu nampan berisi makan siang untuk Naruto, namun dia urungkan saat melihat Sakura berhasil menyuapi satu suapan yang di terima oleh suaminya. Dengan sendu Hinata menatap makan siang buatannya sendiri. Apa kalian tahu, membuat makanan spesial itu sangat melelahkan! Tak lama senyuman tipis terukir di bibirnya, lalu ia berjalan memutar kembali ke dapur.

"Setidaknya dia mau makan siang!" ucap Hinata yang melahap semua makanan buatannya tadi sendiri, padahal seharusnya itu khusus untuk si pirang. "Nah Hinata! Sekali lagi kau menjadi istri yang baik!" lagi, dia berucap bangga pada diri sendiri. Dia tahu Naruto sudah lama tidak bertemu kekasih pink-nya itu.

Dengan baik hati dia memberikan waktu kepada dua sejoli itu. Tapi, hey! Itu sangat menyakitkan kau tahu.

BERSAMBUNG.

📍🛬

...

...

...
...
...

Hanya sekedar membagikan gambar di atas 😁 saya harap kalian suka bab ini.

Thanks and See you ^,^

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.6K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
10.1K 1.1K 22
Ini hanya kisah cinta klasik. Semua orang mungkin mengalami hal serupa. Bagaimana jika, kamu mencintai tapi tak di cintai. Dan dia mengagumi tanpa di...
406K 4.4K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
46.9K 5K 29
Kim Go Eun atau Zea Kim, seorang CEO wanita perusahaan fashion asal Korea Selatan sedang berada dipuncak karirnya. Diusianya ke 30, Ia berhasil menja...