Please, Marry Me

By Beoness

15.5K 1.8K 856

Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!! Naruto yang seo... More

01✈️{P,MM!}
02✈️{P,MM!}
03✈️{P,MM}
04✈️{P,MM!}
05✈️{P,MM!}
06✈️{P,MM!}
07✈️{P,MM!}
08✈️{P,MM!}
09✈️{P,MM!}
10✈️{P,MM!}
11✈️{P,MM!}
12✈️{P,MM!}
13✈️{P,MM!}
15✈️{P,MM!}
16✈️{P,MM!}
17✈️{P,MM!}
18✈️{P,MM!}
19✈️{P,MM!}
20✈️{P,MM!}
21✈️{P,MM!}
22✈️{P,MM!}
23✈️{P,MM!}
24✈️{P,MM!}
25✈️{P,MM!}
26✈️{P,MM!}
27✈️{P,MM!}
28✈️{P,MM!}
29✈️{P,MM!}
30✈️{P,MM!}
31✈️{P,MM!}
32✈️{P,MM!}
33✈️{P,MM!}
34✈️{P,MM!}
35✈️{P,MM!}
36✈️{P,MM!}
37✈️{P,MM!}
38✈️{P,MM!}
39✈️{P,MM!}
40✈️{P,MM!}
41✈️{P,MM!}
42✈️{P,MM!}
43✈️{P,MM!}
44✈️{P,MM!}
45✈️Bonus Chapter {P,MM!}

14✈️{P,MM!}

236 36 22
By Beoness

Don't forget
Vote and Coment ԅ⁠(⁠ ͒⁠ ⁠۝ ͒⁠ ⁠)⁠ᕤ

🛫📍🛬

Di sebuah lorong sepi, Naruto segera memarkirkan mobilnya lalu turun dan mulai mencari keberadaan Hinata. Sementara Hinata masih berusaha menarik tongkat yang bisa membantunya dari bahaya, namun sayang- pria hitam itu menariknya kuat sehingga tongkat terlepas dari Hinata. Juga, tubuhnya tertarik kedepan sehingga kini ia berada di dekapan pria kulit putih khas orang Inggris.

"Lepaskan!" sebisa mungkin Hinata memukul pundak serta dada pria tersebut. Tubuhnya sudah berhimpitan dengan pria asing, lebih baik dengan Naruto daripada orang seperti mereka. Tak lama pria berkulit hitam juga ikut tertawa dan mulai mendekati tubuh Hinata dari belakang, sementara pria berkulit putih itu masih merangkul kuat pinggang nya hingga tak tersisa cela. -'Tamatlah riwayat mu, Hinata!' wanita bersurai indigo gelap itu mulai menutup kedua matanya pasrah.

Bugh! Seketika Hinata tiba-tiba merasa bebas. Saat membuka matanya, dia sudah melihat pria berkulit putih tadi tergeletak di tanah dan pingsan. Hinata menganga melihat suaminya sudah berdiri tepat di depannya dengan tatapan marah.

"Jangan mendekat atau lehernya akan tergores!" seketika ancam pria berkulit hitam tadi sudah menyodorkan sebuah pisau kecil tepat di leher Hinata. Sementara Hinata mendongak mengisyaratkan Naruto agar tidak gegabah.

Bukannya panik, si pirang malah terseringai miring. "Cih, kau yakin?" Naruto mulai melangkah ke depan dengan santai, tidak memperdulikan teriakan Hinata yang menyuruhnya untuk berhenti karena merasa takut akan benda tajam yang terasa dingin di kulit lehernya.

"I say stop." Naruto masih berjalan menghiraukan si hitam yang malah terlihat panik sendiri.

"Kau yakin-- LIHAT ITU." Sontak pria hitam tadi menoleh ke arah yang di tunjuk oleh Naruto sehingga membuatnya terlihat bodoh saat kemudian Naruto mulai meninju wajahnya lalu menarik Hinata ke arahnya.

Perkelahian di mulai. Pria hitam tadi masih membawa pisau di tangannya, melawan Naruto yang mencoba menghindari serangan brutal tersebut, dengan kecepatan dan ketepatan akhirnya si Rubah pirang itu berhasil mematahkan tangan musuh hingga pisau jatuh ke tanah. Bugh! Tambahan bumbu berupa pukulan mantap di pipi kiri pria tersebut sehingga pingsan terkulai di tanah. "Jangan ganggu istriku." Ujar Naruto menatap nanar ke pria tadi.

Merasa sudah aman, Naruto berbalik menatap Hinata yang masih diam termenung. "Ayo pulang!" pinta Naruto dingin, berjalan melewati Hinata.

Selama dalam perjalanan menuju apartemen tidak satupun di antara Naruto dan Hinata saling membuka suara, hanya ricuh jalanan serta keheningan yang menyelimuti mereka.

Titt! Pintu terbuka. Naruto masuk lebih dulu di ikuti oleh Hinata yang masih merasa tak enak. "Maaf!" suara lembut akhirnya membuka keheningan mereka. Naruto menutup matanya sejenak lalu balik menatap ke arah Hinata.

"Lain kali hubungi aku sebelum pergi, jika aku tidak datang tepat waktu apa yang akan mereka lakukan padamu hah?" emosi Naruto.

"Semalam aku sudah memberitahu mu' kan! Hari ini aku akan ke makam ibuku. Aku juga tidak yakin kau mau menemaniku." Masih tak mau kalah.

"Lain kali tunggu aku sampai pulang. Dan-- jadilah istri yang benar." Geram Naruto masih marah-marah hingga meluap.

"Aku sudah menjadi istri yang benar. Aku sudah menebus kesalahanku! Membersihkan seluruh ruangan di sini dan membuatkan mu makan malam."

"Tidak bisakah kau menurut dan tidak membantah? Kau gadis cerewet yang pernah ku temui." Seketika Hinata membelalak tak terima, hendak membalasnya namun di hentikan dengan dering ponsel Naruto. <<Kakek>>.

"Kakek menelfon, bersikaplah normal dan bahagia." Hinata tak menjawabnya dan hanya memberikan lirikan sinis. Mereka mulai melakukan Video call lewat laptop Naruto.

Kini dia pasang suami istri itu duduk di kursi meja makan bersampingan. "Tersenyum." Pinta Naruto yang akhirnya keduanya mulai tersenyum lebar dengan lengan Hinata yang melingkar di lengan Naruto bak pasangan saling mencintai.

["Apa kabar Naruto, Hinata?!"] tanya nenek Mito menyapa lebih dulu.

["Kami baik Nek! Bagaimana kalian?"] balas Naruto tersenyum.

["Kami baik! Bagaimana bulan madu kalian?"] tanya kakek Hasirama tak sabar ingin tahu.

["Iya! Apa malam hari kalian lancar?!"] sambung Jiraiya. Ya! Sekarang keluarga Uzumaki tengah berkumpul karena rasa penasaran mereka. Pertanyaan Jiraiya membuat Naruto dan Hinata sedikit tersipu.

["Jangan dengarkan dia. Dia gila!"] balas Tsunade.

Sedari tadi yang mengoceh bukanlah Naruto ataupun Hinata, melainkan keluarga Uzumaki yang selalu heboh sendiri, seperti saat ini.

["Nak Hinata! Jangan lupakan soal cicit 100 ku!!"] goda kakek Hasirama membuat Hinata terkejut, begitupun Naruto. Hinata hanya tersenyum lebar dan mengangguk tanpa menjawab.

["Apa terjadi sesuatu? Kalian terlihat seperti pasangan gadungan."]

["Ti-tidak kok Mek! Kami baik-baik saja, sungguh. Iya kan sayang!"] Cup! Hinata mencium lembut dan singkat pipi Naruto agar keluarganya tidak curiga. Sementara mendapatkan ciuman tiba-tiba sudah berhasil membuat si Naruto kaget. Pria itu menoleh ke arah Hinata yang masih fokus tersenyum ke laptop dan cup! Naruto membalas ciuman singkat tadi tepat di pipi gembil Hinata. Mereka saling memandang diam dalam suasana hati masing-masing, sementara keluarga Uzumaki sudah senyum-senyum sendiri melihat adegan singkat tadi.

.
.
.
.

Beberapa menit berlalu. Hinata tidak nafsu makan mengingat soal makam ibunya yang masih belum ketemu, namun karena ingin menghargai masakannya sendiri akhirnya ia memilih melahap dengan paksa setelah itu keluar balkon, yaaa! Meski tidak setinggi balkon pada umumnya, setidaknya Hinata bisa merasakan kesejukan di malam hari sambil memandang langit malam di London.

"Mau pindah profesi menjadi burung hantu?"

"Aku tidak ingin berdebat sekarang." Aneh rasanya, Naruto berjalan sampai berdiri sejajar dengan wanita yang asik merenung sendiri, sesekali meliriknya dengan heran.

"Sudah bertemu ibumu?" seolah tahu yang tengah di pikirkan Hinata, Naruto juga ikut mendampingi ke arah langit malam. Setidaknya ia masih beruntung karena ibunya masih hidup.

"Belum."

"..." Naruto menoleh bingung ke arah Hinata.

"Nama ibuku tidak ada di daftar pemakaman para korban yang tewas dalam kecelakaan itu." Jelas Hinata antara sedih dan bingung.

"Bagaimana mungkin?"

"Aku juga tidak tahu."

Sungguh aneh bagi Naruto, tidak mungkin ibu Hinata tidak terdaftar selain... Mayat yang tidak di temukan? Itu mungkin saja. Hinata masih sibuk memainkan jari-jarinya juga cincin pernikahan yang masih dia kenakan.

"Kau-- kau sangat menyayangi ibumu ya!" mendengar basa-basi Naruto, Hinata menoleh menatap si pirang yang hanya tersenyum remeh. Pria itu juga punya masalah dengan kedua orang tuanya.

"Aneh sekali jika aku menikah dengan wanita yang sangat menyayangi ibunya, berbalik denganku yang membenci ibuku!" seringaian miring kini terlihat. Naruto balik menatap Hinata yang kini mereka sama-sama saling memandang lalu tersadar dan saling berpaling gugup.

"Eh! Ada nama seseorang di cincin ini!" seketika Naruto terkejut dan langsung menoleh, melihat Hinata yang masih tersenyum tipis melihat sebuah ukiran nama di dalam cincin yang dia kenakan. "Sa-ku-ra!" eja Hinata polos. Naruto masih diam pura-pura tidak tahu.

"Ini cincin seseorang?" menoleh ke arah Naruto.

"Ck, pakai saja. Itu tidak penting."

"Hey, kau pelit sekali! Ngomong-ngomong-- apa pemiliknya tidak marah?!" sekedar menggoda padahal dia sendiri tidak yakin cincin tersebut milik seseorang, bisa saja <<Sakura>> adalah nama bunga. Dengan polosnya Hinata kembali memakainya sambil tersenyum lebar menepuk punggung lebar Naruto yang hanya berbalut kaos putih, menampakan tubuh atletisnya.

"Tidur, ini sudah malam!" ujar Hinata pergi lebih dulu. Sementara Naruto masih melihat punggung Hinata sampai masuk ke dalam kamar. Pernikahan ini hanyalah palsu, tapi-- bisa saja Hinata merasa tersakiti saat tahu hubungan Naruto dan Sakura masih terjalin sebagai kekasih. Lalu bagaimana posisi Hinata sebagai seorang istri?

Cincin pernikahan yang Naruto berikan kepada Hinata, itu sebenarnya cincin yang pernah dia berikan kepada Sakura dulu.

***

Nagoya - Jepang

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda, bersurai merah panjang baru saja melambaikan tangan ke arah pelanggan terakhir. Wanita itu tinggal di sebuah rumah bercampur kedai ramen yang sederhana namun nyaman.

"Sudah tutup?" tanya seorang nenek tua bernama Chiyo.

"Iya! Sudah sangat larut, rasanya melelahkan tapi juga menyenangkan!" jawab wanita cantik bersurai merah menyala tadi yang duduk di salah satu kursi pelanggan bersama Chiyo.

Wanita merah itu tersenyum tipis. "Masih belum siap pulang?"

Wanita itu menggeleng. "Aku masih tidak yakin, anak itu pasti membenciku. Dia sudah sangat besar!" dua wanita tadi tertawa kecil.

"Aku juga melihat berita pernikahannya. Dia pandai memilih istri!" puji nenek Chiyo di balas anggukan kecil wanita tadi.

***
London - Inggris

Tidak mengulangi kesalahannya lagi. Kali ini Hinata bangun lebih pagi, membersihkan rumah lalu memasak, dan saat Naruto sudah bangun pagi, maka pria itu akan diam dan tidak mengeluh lagi.

Sudah beberapa jam Hinata menunggu Naruto di meja makan, bahkan dia memilih melahap ice cream dahulu sebelum sarapan. "Sekarang giliran dia yang masih tidur." Gerutunya melahap suapan terakhir ice cream nya.

Tak lama Naruto keluar dari kamarnya menuju ke arah Hinata. "Selamat pagi!" sapa si wanita dengan ramah dan senyum. "Hm." Seketika Hinata memonyongkan bibirnya malas. Tapi ada yang aneh dengan pakaian Naruto.

"Kau tidak ke kantor?" tanya Hinata saat melihat si pirang hanya mengenakan kaos hitam polos dengan celana panjang warna senada.

Sambil mulai melahap sarapannya. "Hari ini aku akan menemanimu. Mencari makam ibumu satu hari penuh." Tentu saja Hinata senang mendengarnya, itu adalah hal yang langkah dia dengar dari sang Rubah.

"Aku yakin kau pasti kasihan denganku!" tebaknya.

"Iya! Anggap seperti itu." Masih fokus ke piring. Hinata sedikit cemberut lalu tersenyum tipis. Mereka menghabiskan sarapan bersama, masakan Hinata tidak pernah gagal untuk Naruto.

Setelah selesai sarapan. Naruto dan Hinata akhirnya pergi dari apartemen menuju ke parkiran mobil. Itulah yang Hinata maksud senang-- dia tidak perlu mengeluarkan uang sepersen pun jika ada suaminya. Kini Naruto yang memimpin, pria itu mengajaknya di sebuah makam yang cukup terkenal di London.

Sama seperti Hinata kemarin. Keduanya mencoba mencari lewat daftar nama-nama mayat yang terkubur di sana. Jawabannya sama, tidak ada mayat yang bernama Hyuga Hikari.

Tidak berhenti di situ saja. Naruto masih berusaha mencari di pemakaman lain meski jawaban itu juga sama seperti di awal. Sampai jam menunjukkan pukul siang waktu istirahat.
.
.
.
.

Sudah 7 jam lebih Naruto dan Hinata pergi ke pemakaman dan bertanya dengan jawaban yang selalu sama. Mobil sedan warna orange tua terparkir di sebuah pantai pinggir jalan yang tak terlalu ramai pengunjung. Hinata beserta Naruto bersandar di pintu mobil yang menghadap di lautan dengan hembusan angin, sambil menikmati sebuah Burrito.

"Ibumu memiliki nama lain?" tanya Naruto.

"Tidak. Maksudku tidak tahu."

Sambil mengunyah mereka menatap lurus ke depan. "Mungkin saja dia ganti nama. Semua ibu tidak dapat di percaya."

"Hey, ibuku tidak seperti itu." Ketus Hinata tak terima, menunjuk ke arah Naruto dengan tegas.

"Hm, benarkah?" balas Naruto tersenyum remeh. Hinata masih sedikit kesal tapi... Mungkinkah perkataan Naruto benar? Bisa saja seseorang berganti nama saat tinggal di negara lain. Tapi Hinata tidak mau mencurigai ibunya sendiri, itu tidak baik.

"Ayo!" ajak Naruto untuk kembali masuk ke mobil saat makanan mereka sudah habis. Hinata hendak masuk ke mobil, tapi tiba-tiba tangan nakal Naruto bereaksi, memukul pantat kanan Hinata tanpa izin sehingga si pemilik pantat terkejut bukan main.

Sambil memegangi pantatnya, Hinata menatap Naruto tajam dengan mulut terbuka lebar. "DASAR MESUM!" sentak wanita itu.

"Aku? Ada tanaman berduri menempel di pantatmu." Jelas Naruto.

"Aku tidak percaya dengan pria mesum seperti mu." Menoleh kasar dan segera masuk ke mobil.

Naruto tersenyum kecil hingga gigi putihnya terlihat. "Lumayan juga!" gumamnya ikut masuk ke dalam mobil.

Perjalanan mereka di lanjut, mendatangi pemakaman lain yang masih ada, tidak peduli berapa jam yang mereka habiskan yang penting tujuan utama mereka datang ke London harus segera terlaksanakan sebelum 6 bulan berlalu. Naruto dan Hinata sudah putuskan sebelum pergi ke Inggris.

6 bulan sudah cukup bagi mereka, mencari dan berbulan madu palsu. Tapi bagaimana untuk hamil? Lupakan soal hamil, tidak semua wanita bisa hamil dengan cepat.
.
.
.
.

"Maaf Tuan, tidak ada nama Hyuga Hikari." Kali ini kesedihan terlihat lewat ekspresi Hinata. Kemana ibunya pergi?

"Tapi. Aku pernah bertemu dengan wanita bernama Hikari Scott." Hinata dan Naruto cukup terkejut mendengarnya.

"Ba-bagaimana orangnya? Apa warna pupil matanya?" tanya Hinata, meski dia tak yakin ibunya masih hidup, jika boleh jujur dia tidak ingin itu terjadi karena jika benar, maka itu adalah sebuah kebohongan besar yang tak akan Hinata maafkan.

Pria penjaga makam itu berusaha mengingat kembali wanita yang dia maksud. "Saya rasa itu warna hitam." Sedikit lega mendengarnya, itu bukanlah ibunya. Tak lama mereka berdua memilih pulang, karena sebentar lagi makan malam. Cepat bukan!

"Aku akan menyuruh orang mencarinya. Jangan risau, masih banyak pemakaman di Inggris." Naruto mencoba menenangkan Hinata yang sedari tadi diam.

"Benar juga, hffuuu. Bagaimana dengan ayahmu?" Naruto masih fokus mengemudi, tapi telinganya masih berfungsi.

"Aku juga berusaha mencarinya."

Jika boleh di katakan. Antara ayah dan ibu, Naruto akan memilih ayah daripada ibunya. Pria itu hanya ingin bertemu ayahnya dan menanyakan soal dirinya yang tiba-tiba pergi begitu saja setelah mendapatkan uang darinya dulu saat masih SD.

BERSAMBUNG.

🛫📍🛬

Segitu dulu ya!!! Sumpahhhh mata dan otak aku sangat Kemang😩 aku butuh pemulihan dulu! Maaf masih tidak ada gambar. Semoga kalian suka membacanya!!
Byeeeeeeeeee👐

Thanks and See you ^,^

Continue Reading

You'll Also Like

72.7K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
488K 36.8K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
20K 1.5K 7
Hanya sebuah cerita klasik. Cho Kyuhyun pria mapan dan tampan yang mencintai sekretarisnya sendiri yang bernama Shin Hyujin. Disaat ia sudah memiliki...
135K 15.9K 25
Bagaimana bisa? Apa yang akan terjadi? Pria yang berprofesi sebagai penerbang bertemu dengan wanita yang bekerja sebagai pelaut. Haruskah perbedaan m...