Mrs 30

Galing kay nyonyahcullen

650K 33.1K 782

Ghendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilk... Higit pa

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Bab 7
Delapan
Sembilan
10
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat belas
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27 (revisi)
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40

Bab 18

17.4K 931 26
Galing kay nyonyahcullen

Sudah tamat di karyakarsa yaaaaa....


....


               "Cukup hari ini." Ucap Hiro setelah memimpin rapat. Pria tinggi dan tegap itu keluar dari ruangan dengan Tyo yang mengikuti dari belakang.

Sesampainya di dalam mobil, ia melepas jasnya dan membuka dasi. Tangannya segera mengambil HP dan membukanya berharap ada pesan masuk.

Namun sayang, HP pribadinya sama sekali tidak ada apapun. Berbeda dengan ponsel bisnisnya yang selalu ramai, ponsel pribadinya hanya untuk keluarga dan gadis itu.

Hiro mengerutkan kening. Ia benar-benar bingung, sejak menelpon Ghendis semalam, ia sama sekali tidak bisa tidur. Ia tidak memahami dengan perasaannya sendiri. Apakah ini cinta? Jika iya bagaimana bisa secepat ini? Mereka bertemu tidak lebih dari lima kali, tidak pernah berkencan atau berbicara hal pribadi dengan intim.

Hiro kini tidak menampik jika iya tertarik pada Ghendis. gadis itu memiliki pribadi yang aneh, muram tapi mempesona, disayangi putranya dan yang terpenting ia begitu menarik.

Sejak dulu Hiro selalu menghabiskan waktu dengan Sakura, mereka selalu bersama dan orang-orang di sekitar mereka seakan menganggap mereka adalah dua sejoli yang ditakdirkan dari surga. Namun mereka tidak tahu jika Hiro tidak memiliki perasaan apapun untuk Sakura. Hiro menyayangi Sakura sebagai sahabat dan keluarganya, namun ketika Hiro mengutarakannya, Sakura memohon untuk membiarkannya agar tetap mencintainya dan bersama dengannya. Wanita itu bahkan rela cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Tyo, suruh Nanny untuk membawa Akira pulang ketika saya datang."

"Baik Pak."

...

Ghendis sedang menikmati kopinya di malam hari. Hari ini Akira pulang ke rumahnya karena Ayahnya pulang dinas dari luar kota. Rasanya sudah lama ia tidak menikmati waktu sendirinya, bukannya ia tidak suka dengan Akira. Ia sangat-sangat menyukai Akira bahkan sempat membayangkan jika Akira adalah anaknya.

Di usianya yang sudah berkepala 3, munafik jika ia tidak membayangkan dirinya menjadi seorang Ibu dan istri, namun Ghendis selalu berusaha menghapusnya karena merasa bahwa tidak mungkin ada lelaki yang tertarik kepadanya.

Sejak ia remaja, ia tidak pernah merasakan disukai laki-laki, dan hampir sebagian laki-laki lebih menyukai Ike daripada dirinya. Itulah mengapa Ghendis merasa ia tidak mungkin bisa menikah.

Orangtuanya pernah menjodohkannya dengan beberapa lelaki, dari seorang PNS, Polisi, perawat, bahkan senior kerja Chitra. Ghendis sendiri tidak mempedulikan akan menikahi siapa, yang penting laki-laki itu mau menerimanya dan tidak menghalangi mimpinya juga tidak keberatan dengan sifatnya yang senang menyendiri.

Namun sayang, semuanya berguguran. Mereka tidak tertarik padanya bahkan secara terang-terangan minta dijodohkan dengan Chitra atau Ike.

Ghendis menatap langit malam dari kaca di ruang tengah. Gerimis datang dan udara malam mulai menusuk. Ia menyesap kembali kopinya dan menggelengkan kepala, terkekeh. Kehidupannya benar-benar berubah dalam sekejap. Apakah keajaiban benar-benar berpihak kepadanya?

TING TONG!

Suara bel rumah berbunyi. Siapa yang datang mengunjunginya malam begini? Lagipula siapa juga yang akan bertamu untuknya.

Tidak mungkin orang jahat kan?

Winda sepertinya sudah berada di kamarnya. Mengambil cukil dari dapur untuk berjaga-jaga, ia mulai berjalan ke arah pintu. Suara bel terus berbunyi dan sepertinya tamu misterius itu tidak sabar.

Ghendis menelan ludah untuk menenangkan ketakutannya, dan mulai membuka pintu rumah. tangannya menggenggam cukil dengan erat dan matanya tertutup.

"SIAPA KAMU??"

"Saya."

Mendengar suara familiar, Ghendis perlahan membuka matanya dan terkejut. Lelaki tampan yang teramat tampan berada di depannya. Masih mengenakan setelan kerja, berdiri di menatapnya dengan tatapan tidak mengerti.

Saking terkejutnya Ghendis melepaskan cukil yang ia pegang dan terjatuh ke lantai. "Bapak kenapa Bapak..."

Belum selesai ia berbicara, pria itu menarik tangannya hingga jarak mereka sangat dekat, Ghendis bahkan bisa merasakan nafasnya yang begitu wangi. "Cek." Gumam pria itu dan tanpa basa basi mencium bibirnya.

Mata Ghendis masih terbuka menatap jelas lelaki yang menciumnya tanpa basa-basi. Jantungnya berdetak sangat cepat, badannya kaku karena tegang, darah terasa mendidih di kepalanya. Apa ini mimpi? Mengapa terasa begitu nyata?

Ghendis mengerjapkan mata, memaksakan kesadarannya, tangannya terangkat menahan dada Hiro hingga bibir mereka terlepas. Matanya masih menatap Hiro dengan kompleks sementara pria itu seakan menahan hasrat dengannya.

"Ba-Bapak, apa..."

"Hiro, panggil saya Hiro."

Ghendis semakin tidak mengerti dengan pria duda di depannya ini. Hiro dengan beraninya melingkarkan lengannya ke pinggang Ghendis, menariknya mendekat.

"Bapak!!" tegur Ghendis mencoba melepaskan tangan pria itu.

"Hiro!" bisik Hiro di telinga gadis itu.

Ghendis menggeram, menatap tajam Hiro. "Oke Hiro, bisa lepas saya dulu? Kita... kita harus bicara."

Hiro menghela nafas, melepaskan pinggang Ghendis namun tidak menjauh, pria itu malah menggenggam tangan gadis itu dan membawanya masuk ke dalam rumah lalu duduk di sofa.

Ghendis bersyukur sekali karena Winda sudah masuk ke dalam kamar bahkan mungkin sudah tidur.

"Bisa lepas tangan saya?" tanya Ghendis menatap tangan mereka yang saling terbelit. Jantungnya berdebar sangat kencang, wajahnya memanas dan bingung.

"Tidak."

"Bapak mabuk?"

"Hiro." Geram Hiro. "Kalau kamu panggil saya 'Bapa' lagi, saya akan mencium kamu sampai kamu tidak bisa bernafas."

Ghendis menganga. Menarik nafas, menghembuskan pelan mencoba menenangkan diri. Ia harus tenang, cool dan cool, ia seorang gadis dan ia memiliki harga diri, ia bukan pelacur.

"Ayo kita menikah." Ujar Hiro tiba-tiba.

Rahang Ghendis hampir jatuh. "Menikah? Siapa? Kita?"

Hiro mengangguk, tangan pria itu terangkat dan mengelus pipi Ghendis dengan sangat lembut. "Aku dan kamu, kita menikah."

Aku? Sejak kapan hubungan kita jadi 'aku dan kamu'????

Rasanya Ghendis ingin pingsan karena mengalami serangan shock. Pria ini sejak awal tampak dingin kepadanya, tidak ada tampak ketertarikan kepadanya, kebaikannya pun karena ia pegawai yang mengasuh putranya walaupun ia terkadang merasa jika bosnya terlalu tidak masuk akan. Dan mohon di catat, mereka kenal belum sampai seminggu!!!

Hiro memajukan badannya kembali, namun Ghendis dengan sigap mundur dan menahan badan itu dengan kedua telapak tangan. "Bisa kita bicara? Tolong!" mohon Ghendis.

Hiro kembali menegakkan badannya namun tidak melepaskan tangan Ghendis.

"Saya enggak ngerti, kenapa Ba...Hmmm... kamu mencium saya? Saya bukan wanita yang kamu pikirkan! Walaupun saya masih gadis tapi saya ini bukan wanita murahan! Kalau kamu berpikir karena sudah memberi saya segalanya dan memiliki akses untuk menyentuh saya, kamu salah. Silahkan kamu cari wanita lain yang bisa memuaskan kamu, tapi itu bukan saya." Tegas Ghendis.

"Kamu salah." Ucap Hiro sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak bisa mencium wanita lain seenaknya. Dan hanya kamu yang bisa memunculkan hasratku, bahkan sejak pertama kali kita bertemu, Ghendis."

"Jadi kamu memperkerjakan..."

"Itu juga salah. Akira menyukaimu, karena itu aku membawamu, sama sekali tidak ada niatku untuk merendahkan kamu. Aku tahu kamu bingung dengan ini, jangankan kamu.. aku pun sama, aku bahkan lebih frustasi. Tapi berjauhan membuat aku sadar kalau aku.. tertarik sama kamu. Mau menikah denganku?"

"Enggak! Maaf.. itu terlalu terburu-buru. Bagaimana kalau kita saling mengenal dulu sebagai teman?"

"Tidak, bagaimana dengan pacar?"

"Pacar? Itu terlalu terburu-buru." Tolak Ghendis cepat.

"Kenapa? Kita sudah berciuman dan bahkan kamu sama sekali enggak keberatan kita saling bergandengan tangan."

Ghendis melirik tangan hangat yang menyelimuti tangannya, menatap Hiro. Lelaki ini, luar biasa tampan dan kaya. Hanya wanita bodoh yang menolak lelaki seperti ini, tapi ini semua terlalu terburu-buru. Kalau pun Ghendis ingin menerimanya, tidak mau secepat ini. Tetapi sepertinya Hiro tidak menerima penolakan, ia juga tidak terlalu keberatan untuk dicium bahkan sebenarnya ia mau lagi. Aah.. mungkin hasratnya mulai terbangun.

Tetapi ini terlalu cepat.

"Teman?" Dengan cepat Hiro menggelengkan kepala. "Pacar?" Hiro mengangguk, mencium tangan Ghendis dan memeluk gadis itu erat.

"Ayo kita saling mengenal dengan status pacar untuk saat ini." Gumam Hiro.

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

581K 39.7K 47
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
270K 698 4
bocil diharap menjauh
909K 68.9K 55
Irish ragu dengan apa yang ia lihat kali ini. Ia tidak minus. Seratus persen ia yakin pandangannya tidak bermasalah. Dia juga tidak punya kemampuan u...
394K 48.1K 57
TAMAT & PART LENGKAP May contain some mature convos and scenes Jatuh hati sendiri: check! Patah hati sendiri: double check! Status hubungan dengan A...