Please, Marry Me

By Beoness

15.5K 1.8K 856

Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!! Naruto yang seo... More

01โœˆ๏ธ{P,MM!}
02โœˆ๏ธ{P,MM!}
03โœˆ๏ธ{P,MM}
04โœˆ๏ธ{P,MM!}
05โœˆ๏ธ{P,MM!}
06โœˆ๏ธ{P,MM!}
07โœˆ๏ธ{P,MM!}
08โœˆ๏ธ{P,MM!}
09โœˆ๏ธ{P,MM!}
10โœˆ๏ธ{P,MM!}
12โœˆ๏ธ{P,MM!}
13โœˆ๏ธ{P,MM!}
14โœˆ๏ธ{P,MM!}
15โœˆ๏ธ{P,MM!}
16โœˆ๏ธ{P,MM!}
17โœˆ๏ธ{P,MM!}
18โœˆ๏ธ{P,MM!}
19โœˆ๏ธ{P,MM!}
20โœˆ๏ธ{P,MM!}
21โœˆ๏ธ{P,MM!}
22โœˆ๏ธ{P,MM!}
23โœˆ๏ธ{P,MM!}
24โœˆ๏ธ{P,MM!}
25โœˆ๏ธ{P,MM!}
26โœˆ๏ธ{P,MM!}
27โœˆ๏ธ{P,MM!}
28โœˆ๏ธ{P,MM!}
29โœˆ๏ธ{P,MM!}
30โœˆ๏ธ{P,MM!}
31โœˆ๏ธ{P,MM!}
32โœˆ๏ธ{P,MM!}
33โœˆ๏ธ{P,MM!}
34โœˆ๏ธ{P,MM!}
35โœˆ๏ธ{P,MM!}
36โœˆ๏ธ{P,MM!}
37โœˆ๏ธ{P,MM!}
38โœˆ๏ธ{P,MM!}
39โœˆ๏ธ{P,MM!}
40โœˆ๏ธ{P,MM!}
41โœˆ๏ธ{P,MM!}
42โœˆ๏ธ{P,MM!}
43โœˆ๏ธ{P,MM!}
44โœˆ๏ธ{P,MM!}
45โœˆ๏ธBonus Chapter {P,MM!}

11โœˆ๏ธ{P,MM!}

251 36 8
By Beoness

Lama tak jumpa! 🙌

Don't forget
☞⁠ ̄⁠ᴥ⁠ ̄⁠☞Vote and Coment

🛫📍🛬

Pemotretan Naruto dan Hinata berjalan lancar, meskipun keduanya diam-diam selalu saling menjaili tidak membuat hasil foto mereka gagal dan buruk. Malahan terlihat bagus dan jelas.

Setelah pemotretan menghabiskan waktu lebih dari 8 jam, tidak membuat Naruto libur bekerja. Pria pirang itu masih saja pergi ke kantor meski sang kakek sudah melarangnya tapi keduanya kukuh, apalagi si Rubah pirang itu yang tetap memilih pergi dengan alasan <<sudah mematuhi keinginan kakek>>.

***

"Jadi Naruto-- apa malam pertama mu menyenangkan atau melelahkan?!" seolah menggoda dalam sebuah pertanyaan. Shikamaru menatap bosnya dengan satu alis terangkat.

Sementara Naruto hanya bergeming, tak tahu harus menjawab apa soal malam pertama yang menurutnya menyebalkan, tidak ada cinta ataupun kehangatan yang seharusnya terjadi pada pengantin baru. "Jangan tanya."

"Heh.. kenapa?"

"Kami melakukannya sambil bekerja dan menonton film, sudah!" ketus Naruto meluap emosi dan segera beranjak pergi setelah selesai menghabiskan kopinya. Untuk Shikamaru-- yah, pria itu diam sambil melongo.

"Bercinta sambil bekerja dan nonton film? CK, aku harus mencobanya dengan Temari!" gumam Shikamaru membulatkan tekad dan ucapannya barusan. Baru pertama kali si Nara tahu kalau ada gaya bercinta yang baru.

Hari menjelang malam. Di Mansion Uzumaki, kini Hinata tidaklah lagi tinggal bersama sang kakak dan bibi, melainkan bersama keluarga besar Naruto alias suaminya. Sangat telaten Hinata ikut membantu menyiapkan makan malam keluarga Uzumaki di bantu nenek Mito dan bibi Tsunade, padahal banyak pelayan di sana tapi-- di karenakan Hinata adalah keluarga baru mereka, nenek Mito ingin menghabiskan waktu bersama-sama dengan cucu barunya dan menyuruh para pelayan untuk istirahat sejenak.

"Kau pandai memasak ya, Hinata!" puji Tsunade yang ikut menata makanan di meja.

"Sejak kecil aku sering membantu ibuku di dapur, jadi aku tertarik dengan dunia masak-memasak!"

"Hem. Sekarang kau sudah bersuami dan harus tahu apa makanan kesukaan suamimu." Balas nenek Mito dari belakang. Ya, Hinata tidak kepikiran soal itu.

"Apa makanan kesukaannya?"

"Ramen! Naruto sangat menyukai ramen buatan ibunya!" ucap nenek Mito yang baru saja duduk di salah satu kursi meja makan. Hinata mengangguk faham, tapi.... Dia sama sekali tidak melihat keberadaan ibu atupun ayah Naruto, dimana mereka?

.
.
.
.

Makan malam berjalan dengan lancar, seperti yang dikatakan Naruto tadi pagi bahwa dia akan pulang sebelum makan malam dan kini pria itu menepati janjinya. Selama makan malam berlangsung, tak ada hentinya keluarga Uzumaki itu mencuri-curi pandang ke arah pengantin baru yang masih tak sadar bila kini mereka menjadi pusat perhatian para Uzumaki.

-'Kenapa mereka menatap ke sini?' Hinata yang sadar lebih dulu namun tidak berani menatap balik memilih bermain kaki dengan Naruto yang duduk di sebelahnya.

Dengan hati-hati Hinata menggerakkan kaki kirinya, menendang pelan namun berulang kali ke kaki si pirang yang mulai terganggu saat asik makan. Sebisa mungkin pria itu meredam emosinya saat masih sadar akan keberadaan keluarganya di sana. Tak lama mereka berdua menoleh dan saling menatap dengan senyuman paksa dan konyol mereka.

"Ekhem." Dahaman Jiraiya membuat Naruto dan Hinata akhirnya menatap mereka semua.

"Apa kalian tidak ingin pergi berbulan madu?" tanya Tsunade akhirnya membuka suara.

"Apa- "

"Bulan madu?" tanya kompak Naruto dan Hinata semakin memperlihatkan betapa serasi dan cocoknya kedua pasangan itu.

"Iya. Kenapa kalian panik?" nenek Mito sedikit curiga akan wajah panik cucunya.

"KAMI TIDAK PANIK / KAMI TIDAK PANIK." Balas bersama keduanya membuat para Uzumaki yang lainnya terheran.

"Kakek mu tidak sabar menanti cicitnya." Lanjut wanita tua bersurai merah padam. Melihat tatapan keluarga Naruto yang seolah seperti sebuah kecurigaan dan penuh tanya, membuat Hinata semakin bingung harus berbuat apa untuk bisa meyakinkan para Uzumaki itu.

"Tidak usah khawatir! Aku dan si Rubah emmp ma-maksudku Naruto, akan memberikan cicit untuk kalian! Kami sudah merencanakannya!" seketika Naruto meremas paha Hinata karena sudah berbicara tanpa rundingan. Sontak Hinata meremas balik tangan Naruto yang sudah berani memegang pahanya meski kasar tapi hei! Hinata masih bisa merasakan sensasi lainnya.

"Berapa banyak?" tanya polos Moegi.

"100 cicit untuk Kakek dan Nenek!" Bruuzzz! Sangat terkejut mendengarnya, sampai-sampai Naruto menyemburkan air putih yang baru saja hendak dia telan.

"Oi Naruto! Kau ini kenapa?" tegur Jiraiya saat kena siraman air mancur.

"Ma-maaf paman! Ucapan Hinata membuatku sedikit terkejut." Menoleh dan menatap tajam ke dalam mata Hinata yang hanya bisa tersenyum remang. -'Maafkan aku, aku bingung harus bicara apa?';Dalam hati Hinata.

"Tenang saja Naruto. Aku akan memberimu novel lagi dengan berbagai macam gaya membuat anak!" bug! satu pukulan mendarat. "Diam dan segera habiskan makanan mu." Geram Tsunade.

"Hohohoho! Kakek tidak sabar menunggunya!" balas Hasirama tersenyum lebar. Saat semuanya kembali sibuk melahap hidangan yang ada, Naruto menatap Hinata dengan ancaman mematikan membuat wanita itu menciut.

.
.
.
.

Beberapa jam kemudian. Nenek Mito, Tsunade, Jiraiya, Moegi dan Nawaki sibuk melihat album foto Naruto dan Hinata yang baru saja selesai. Tak sesekali mereka tertawa kecil sambil berbincang ringan. Sementara di tempat perapian, Naruto dan Hinata duduk bersama sang kakek yang berada di kursi goyang.

"Kakek senang melihat cucu kakek menikah! Dulu sempat terlintas dan takut jika Naruto tidak mau menikah, secara... Dia tumbuh tanpa ada ibu dan ayahnya-- "

"Kakek cukup." Hinata diam, menatap sejenak ke arah Naruto yang masih duduk dengan dua siku menempel di lututnya. Wajah datar Naruto menandakan bahwa dia tidak ingin mendengar tentang orang tuanya.

"Hinata!"

"I-iya Kakek?"

"Jika boleh tahu, penyebab kematian orang tuamu..." Tak sempat berbicara lengkap, Hinata sudah memotongnya.

"Ibu meninggal karena sebuah kecelakaan saat bekerja sebagai TKW di luar negeri. Saat ayah mendengar berita kematian ibu, ia terkena serangan jantung dan meninggal." Wanita itu menjelaskan penyebab kematian kedua orang tuanya sambil menunduk dengan jari-jarinya yang bertaut.

Naruto melihat wanita aneh itu, kebetulan mereka duduk di lain sofa membuat Naruto mudah melihat Hinata. "Aku rasa tidak perlu mengingat orang yang sudah meninggal Kakek, itu hanya akan membuat sedih." Sangat pelan hingga membuat Hinata sedikit tak percaya saat menyadari kalau pria itu sengaja mengalihkan pembicaraan lain.

Saat Hinata menatapnya bingung, Naruto salah tingkah dan memilih berpaling dengan wajah gugup. Tak lama manik Hinata menemukan sebuah foto yang berdiri tegak di atas nakas bundar. Foto seorang wanita cantik bersurai merah panjang yang cerah.

"Apakah itu ibumu?" tanya Hinata sambil menunjuk ke arah foto yang berada di belakang sofa Naruto sedikit ke samping. Pria itu tak menoleh, bahkan wajahnya menjadi datar dengan alis sedikit berkerut.

"Iya!" jawab kakek Hasirama.

"Benarkah! Dia wanita yang sangat cantik dengan rambut merah cerahnya." Puji Hinata tidak bohong. Hasirama masih diam memandang cucunya.

"Aku... Aku tidak melihat ibu dan ayah Naruto, apa-- "

"Aku akan ke kamar." Tanpa banyak basa-basi lagi, Naruto langsung saja berjalan pergi ke kamar. Hinata yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa menatap bingung dan polos.

"Nak Hinata! Ada yang harus kau ketahui."

"...."

"Naruto sangat membenci ibunya. Khusina pergi meninggalkan Mansion sejak Naruto umur 8 Tahun, dia juga pernah meninggalkan Naruto di panti asuhan secara diam-diam dan itu membuatnya merasa sedih dan kecewa akan perilaku ibunya yang seolah tidak menginginkan kehadirannya." Hinata terdiam, mendengar dengan rinci kisah masa lalu si Rubah menyebalkan itu.

"Anggap saja Naruto adalah anak haram, anak di luar nikah. Minato, ayah kandung Naruto meninggalkan Khusina di saat dia mengandung Naruto. Beberapa tahun kemudian, dia kembali menemui Naruto diam-diam, entah apa yang sudah dia katakan ke Naruto sehingga bocah itu semakin membenci ibunya." Tangan Hasirama mencengkram erat kayu sanggahnya saat mengingat bajingan tampan bersurai kuning itu.

"Saat ini dimana ibu dan ayah Naruto pergi?"

Sang kakek menghela nafas panjang. "Aku tidak tahu Khusina pergi kemana? Sedangkan Minato, dia pergi ke London setelah terpergok selalu memeras Naruto dengan jumlah uang tak terhitung, membuatku marah dan mengusir nya jauh-jauh."

"Itu sebabnya Kakek melarang Naruto pergi ke London."

"Hm! Aku tidak ingin dia berbuat aneh-aneh setelah mengetahui perbuatan ayah yang selalu dia rindukan dan puji-puji." Miris! Hinata pikir orang kaya seperti Naruto tidak memiliki beban hidup karena sudah di kelilingi oleh pekerjaan yang enak dan harta melimpah. Tapi itu salah.

Masalah akan tetap datang dan ada selagi kamu masih hidup.

Hinata berada di depan pintu kamar, ia pikir Naruto mungkin butuh hiburan, meskipun dalam lubuk hati Hinata begitu emosi dan tak suka dengan si pirang menyebalkan itu tapi hei! Dia juga manusia.

Cklek! Pintu terbuka, dengan senyum lebar Hinata melihat Naruto tengah bersama kucing abu-abu berbulu lebat. "Jacob!!" panggil Hinata yang tiba-tiba hendak berjalan mendekat.

"Namanya Edward." Ketus Naruto tak terima. Hinata berdiri tegak menatapnya sinis.

"Oh, benarkah? Sekilas kau mirip dengan Jacob. Kucikkucikkucik!" sambil menggendong Edward serta memeluknya bak bayi. Naruto hanya tersenyum miring sangat tipis.

"Kau pasti sudah tahu sekarang."

"Tahu apa?" masih lugu menggendong Edward.

"Jangan bersikap bodoh." Hinata tahu maksud Naruto, ia segera menurunkan Edward, menatap ke arah Naruto yang masih diam seperti anak kecil yang merajuk.

"Hey, ayolah kau sudah tidak imut lagi! Kita akan pergi ke London dan melakukan tujuan kita bersama-sama!" wanita itu tersenyum lebar mengangkat kedua alisnya atas dan bawa, berusaha mencairkan suasana.

Tanpa menjawab ataupun membalas Hinata. Naruto langsung melempar satu bantal tepat ke Hinata, lalu berbaring di atas ranjang. "Kau tidur di sofa."

"Apa?"

"Jangan membantah." Hinata menekuk wajahnya, hendak melempar bantal ke pria pirang yang saat ini tidur membelakangi dirinya tapi Hinata urungkan dan memilih berbaring di atas sofa. Setidaknya di pagi hari mereka tidak akan berpelukan lagi. "Seharusnya aku tidak perlu menghiburnya." Gerutu Hinata masih tak terima.

Dari balik tidurnya, sudut bibir Naruto melengkung sedikit.

***
Paris

Masih berada di Paris. Sebelum kembali ke asalnya, Ino pergi ke Paris menemui sahabatnya Sakura. Wanita cantik bersurai pirang itu tahu, apa yang ingin dikatakan oleh Sakura nantinya. Seperti saat ini, kedua wanita cantik itu tengah menikmati secangkir kopi di sebuah cafe terbuka yang berada di pinggir jalan.

"Aku tahu dari berita kalau Naruto baru saja menikah." Sakura membuka omongan pertama kali, mencoba menahan rasa sedih dan kecewanya.

"Ya, kau benar!" jujur saja, Ino juga tak tega jika harus berbohong, apalagi kepada sahabat masa kecilnya. Tapi ini sebuah rahasia besar, tidak boleh ada yang tahu soal pernikahan palsu Naruto.

"Apa wanita itu cantik?!" sedikit tak enak saat bertanya soal itu.

"Hem! Dia wanita yang cantik, Hinata juga teman sekolahku. Dia gadis yang baik, lugu, manis, polos dan--- "

"Eh, maafkan aku Sakura! Aku kelewatan hehehe!" tertawa remang. Sakura sedikit sendu setelah mendengar betapa cantiknya istri Naruto. Lalu bagaimana dengan hubungan antara dia dan Naruto?

"Naruto pasti sangat senang mendapatkan istri seperti itu!" Ino tahu senyuman Sakura itu palsu, sebisa mungkin wanita musim semi itu menahan rasa sedihnya.

Di sisi lain. Hari yang semakin menjelang malam dan hendak ke pagi, Naruto ternyata terbangun, merapikan pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper. Dia meraih satu foto masa lalunya bersama sang kekasih.

Ia melihat senyuman Sakura dan wajah cantik yang tidak pernah bisa dia lupakan. Pria itu segera memasukkan foto tersebut ke dalam kopernya. Hanya satu yang di harapan, semoga ia tidak bertemu dengan Sakura sampai kontrak pernikahannya dengan Hinata selesai.

Setelah selesai berkemas, ia kembali menutup pintu lemari dan.. "WHAAA!" Naruto berteriak kaget dan hampir jantungan saat melihat sosok wanita dengan Surai tak karuan tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya saat pintu lemari tertutup.

"Tidak bisakah ucapkan satu kata? Kau membuatku kaget." Kesal Naruto dengan suara tinggi ke rendah sambil mengusap dadanya. Hinata malah tersenyum tak berdosa.

"Kau, mau pergi kemana?" bingung saat melihat beberapa koper sudah tersusun rapi. Tanpa ada jawaban, Naruto berpaling dari Hinata.

"Caaaaaa!" pria itu mengeluarkan dua tiket pesawat menuju ke London dengan senyuman konyol. Dua bola mata Hinata berbinar tak percaya saat melihat lekat dan membacanya, lalu meraih tiket tersebut dengan penuh haru serta kegembiraan.

"Ini... Ini.... Benar-benar tiket pesawat?! Aku akan pergi ke London!" Naruto menatap Hinata sedikit begidik, entahlah tapi wanita itu terlihat lucu di matanya. Meskipun aneh.

Hinata masih mensejajarkan tiket tersebut tepat di matanya. "Aaaaaaaaaa!!!! London i'm coming!" Teriak wanita bersurai indigo gelap dengan girang sambil melompat-lompat di atas sofa.

"Hei diamlah. Kau bisa membangunkan yang lain nanti!" namun seolah bodoh amat, Hinata begitu senang akhirnya impian dan tujuannya akan terlaksanakan.

Tanpa henti ia melompat-lompat menghindari kejaran Naruto yang hendak meraih kembali tiket itu, sampai mereka terjatuh di atas kasur dengan posisi Hinata yang berada di bawah dan Naruto di atas. Rona merah langsung menjalar di pipi keduanya. Tubuh mereka begitu dekat dan menempel.

Dengan cepat Naruto mengambil kembali tiket tadi sambil membuang muka. "Jika ingin tidur, tidurlah dulu. Kita masih punya waktu 7 jam." Setelah mengatakannya ia berdiri dan berjalan keluar kamar.

"Pergi ke London!" gumam Hinata tersenyum lebar melupakan kejadian tadi dalam sekejap.

***
Tokyo airport

Sebelum pergi, Naruto dan Hinata berpamitan terlebih dahulu kepada keluarganya, sangat ramai sekali.

"Hati-hati di sana!" ucap Hanabi.

"Jangan lupa foto makam Hikari, Bibi juga ingin melihatnya!"

"Iya!"

"Naruto, jaga istrimu dengan baik. London sangat liar kau mengerti!" tegas sang nenek.

"Baik Nek!"

"Satu hal lagi. Jangan terlalu di pikirkan jika sudah bertemu dengan pria itu." Jelas sang kakek. Naruto mengangguk faham.

Setelah membuang waktu dengan berpamitan, akhirnya mereka bisa lepas dari ikatan pura-pura romantis di depan keluarga. Mereka melambaikan tangan bersamaan, tangan Hinata dan Naruto saling bergandengan agar keluarganya tahu, mereka juga menjalankan bulan madu serta pekerjaan di sana.

Keluarga Uzumaki memiliki cabang di London, jadi Naruto juga bekerja, mengurus kerja sama antar perusahaan lain yang sempat tertunda karena larangan dari sang kakek dan--- mencari keberadaan ayahnya.

Saat memasuki pesawat, Naruto melepaskan tangan Hinata membiarkan wanita itu berjalan sendiri di belakangnya sambil sibuk mengagumi isi dalam pesawat. Sampai mereka duduk di bangku VIP, Naruto hendak duduk tapi dengan cepat Hinata menerobos lebih dulu hingga hampir saja membuat si pirang terjatuh. "Haisshh! Kau--"

"Hihihi! Maaf, aku ingin duduk di dekat jendela!"

Pria itu memejamkan matanya berusaha tenang lalu tersenyum tipis dan duduk. Senyuman Hinata masih melekat, tak sesekali ia melihat ke luar jendela.

"Kenapa kau melepas cincinnya?" tanya Hinata bingung saat melihat Naruto melepaskan cincin pernikahan mereka dan memasukannya ke dalam dompet.

"Untuk apa memakai cincin? Tidak ada kakek ataupun nenek di sini!" dengan santai pria itu mulai bersandar lega, sementara Hinata mengangguk pelan namun ekspresi wajahnya masih terlihat sedikit tak suka dan senang.

Pesawat mulai bergerak, di saat kendaraan bersayap itu mulai terbang, Hinata panik sampai-sampai mencengkram erat dan kuat pergelangan tangan Naruto. "Ap-apa yang-- "

"Tenang saja, kita terbang. Kau' kan Wonder Woman yang biasa melompat-lompat!" sambil menutup mata dengan senyuman puas mengerjai Hinata yang benar-benar merasa takut karena kali pertama naik pesawat.

"Tapi ini tidak seperti yang ku kira."

Tangan Hinata mulai merambat berusaha mencari pegangan yang kuat hingga ke wajah Naruto sampai membuat si pirang gelagapan. "Kau ini kenapa? Tenanglah!" sentak Naruto langsung meraih tangan Hinata, menjepitnya dengan lengan kekarnya lalu kembali tidur.

BERSAMBUNG.

🛫📍🛬

Lanjutan foto album Naruhina!
.

..
...
...

Maaf, nanti akan aku berikan foto tambahan di sini, di karenakan ada kendala dalam my phone jadi saya hanya bisa memberikan foto di atas saja ☝️.

Dan juga, update di usahakan setiap hari Selasa, Rabu, Sabtu dan Minggu

Thanks and See you ^,^

Continue Reading

You'll Also Like

378K 19.7K 14
Budayakan follow dulu ya pembaca sayang, agar kita saling mengenal dan tahu kalau aku update ๐Ÿ™‚๐Ÿ™๐Ÿ™‚ Kalau sudah baca jangan lupa tinggalkan jejak (vo...
1.6K 154 12
"Aku tidak akan mengucapkan perpisahan, karena aku selalu berharap akan bertemu denganmu lagi" Choi Siwon "Maafkan aku oppa, aku tidak bisa menepati...
1M 63.1K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
41.7K 4.1K 33
Cerita ini Fiksi Penggemar Lee Min Ho dan Kim Go Eun ๐Ÿ–ค Jika ada kesamaan nama, karakter, latar dan jalan cerita itu murni ketidaksengajaan. Semua wa...