Please, Marry Me

By Beoness

14.5K 1.7K 856

Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!! Naruto yang seo... More

01✈️{P,MM!}
02✈️{P,MM!}
04✈️{P,MM!}
05✈️{P,MM!}
06✈️{P,MM!}
07✈️{P,MM!}
08✈️{P,MM!}
09✈️{P,MM!}
10✈️{P,MM!}
11✈️{P,MM!}
12✈️{P,MM!}
13✈️{P,MM!}
14✈️{P,MM!}
15✈️{P,MM!}
16✈️{P,MM!}
17✈️{P,MM!}
18✈️{P,MM!}
19✈️{P,MM!}
20✈️{P,MM!}
21✈️{P,MM!}
22✈️{P,MM!}
23✈️{P,MM!}
24✈️{P,MM!}
25✈️{P,MM!}
26✈️{P,MM!}
27✈️{P,MM!}
28✈️{P,MM!}
29✈️{P,MM!}
30✈️{P,MM!}
31✈️{P,MM!}
32✈️{P,MM!}
33✈️{P,MM!}
34✈️{P,MM!}
35✈️{P,MM!}
36✈️{P,MM!}
37✈️{P,MM!}
38✈️{P,MM!}
39✈️{P,MM!}
40✈️{P,MM!}
41✈️{P,MM!}
42✈️{P,MM!}
43✈️{P,MM!}
44✈️{P,MM!}
45✈️Bonus Chapter {P,MM!}

03✈️{P,MM}

316 42 10
By Beoness

(⁠☞⁠^⁠o⁠^⁠)⁠ ⁠☞ Vote and Coment

🛫📍🛬

Keadaan Mall begitu ramai di sana. Hinata berjalan santai, pikirannya tidak jauh dari kata uang, nasib buruk, dan pernikahan! Wanita itu terus berjalan lesu sedikit menunduk hingga ke pintu keluar Mall. Brugg ... Baru saja bahu kanan Hinata bertabrakan dengan bahu kekar seorang pria pirang yang mengenakan kemeja putih. “Haisshh!!!” Dengus kesal Naruto saat merasa bahu kanannya di trombol begitu saja, apalah dengan seorang wanita mungil.

“Semua wanita sama saja.” Gerutu Naruto saat melihat punggung wanita itu yang seolah tidak terjadi apapun. Pria itu kembali berjalan, sedikit memutar bahu kanannya. “Tenaganya kuat juga.” Masih datar dengan penuh keheranan.
.
.
.

“Naruto!” Panggil Ino yang sedari tadi menunggu si pirang datang. Pria itu berjalan mendekat sampai Ini hendak memeluk tubuhnya sekedar melepas rindu sesama sahabat masa kecil. “Tidak perlu! Itu memalukan.” Tolak Naruto membuat Ino sedikit mencibirkan bibirnya.

“Haahh. Kau masih sama ya!” Mereka mulai duduk berhadapan.

“Katakan! Aku masih sibuk, jadi cepat.”

“Dia baru saja pergi! Aku punya saran dan aku sudah menjelaskannya pada teman ku itu!” Naruto menatap bingung, berharap saran Ino tidak sekonyol dulu, saat dimana wanita itu menyuruh Naruto bersembunyi dari para penjaga kakeknya di tong sampah, lalu apa yang terjadi? Tong sampah itu diangkut dan di bawa ke pusatnya-- tentu yang banyak sampahnya dan semua itu salah saran dari Ino.

“Aku harap saranmu tidak lebih konyol lagi, Ino.” Peringatan mutlak keluar dari mulut Naruto. Ino tertawa kecut.

“Tidak, dan ini akan berhasil! Aku yakin!” Ino tersenyum lebar. “Jelaskan.” Wanita itu mencoba nafas dalam-dalam karena tahu akan watak si pirang itu.

“Kau dan temanku akan menikah!”

“NANIIIIIIIIII????”

***

Berada di rumah panti asuhan, Hinata dapat melihat suasana ramai di sana, ada kakak Hanabi dan bibi Kurenai juga di sana. Wanita berponi itu menarik nafas lalu tersenyum selebar-lebarnya. "Halo semua!!" Sapanya dengan penuh semangat.

“Selamat ulang tahun Kisame! Wah, kau sudah bertambah besar ya!” Seperti biasa Hinata selalu bersikap ramah. “Apa yang bertambah besar? Kami masih umur 6 tahun.” Ketus Deidara. “Kakak juga terlambat, pestanya sudah selesai!” Lanjut Itachi. Hinata tersenyum remang, nampak peluh yang keluar dari pelipisnya.

Wajah datar anak-anak nakal itu selalu memojokkan Hinata. “Ah, tidak masalah! Kakak tahu, aku minta maaf ya Kisame! Dan TA-DA....” Hinata mengeluarkan sebuah boneka hiu berwarna kuning, sedikit membungkuk menunjukkannya ke arah Kisame.

“Aku yakin ini boneka hiu satu-satunya yang kau punya' kan! Oh, panggil dia Baby Shark!

“Kakak tidak lihat. Ituuu!!” Tunjuk Sasori, Hinata mengikuti arah tunjuk itu dan melihat betapa banyaknya hadiah berupa boneka hiu. Lagi, wanita itu kalah dari anak-anak nakal itu. Hanabi, Kurenai dan Mami Madara tertawa kecil melihat Hinata malang yang selalu kalah dari anak kecil.

“Hfffuuu!” Hinata menghela nafas panjang, membuat anak-anak tadi menertawainya.

Hari semakin larut. Setelah bercakap ringan dengan orang-orang dewasa di panti, Hinata memilih bersantai di sofa sebelah ia pulang. Rasa penasaran akan marga Uzumaki membuat Hinata mulai melihat biodata lengkapnya di Mbah Google!

“Tidak ada foto pemiliknya.” Gumam Hinata masih menscroll ponselnya, melihat betapa kaya-nya keluarga Uzumaki itu, yang merupakan pemilik bisnis alat-alat elektronik canggih yang berhasil mereka ciptakan sendiri. Tentu saja jiwa misquen Hinata meronta saat membaca detail harta keluarga tersebut sampai sebuah foto pemilik perusahaan Uzumaki Corp terpampang di akhir cerita.

Mata Hinata seketika melebar melihat foto seorang pria tua bersurai panjang dengan senyuman lebar. “Jika dia pemiliknya, berarti aku akan menikah dengan pria tua??” syok Hinata menatap sedih.

“Hahahaha!!!! Kakak Hina akan menikah!” Terkejut saat suara seorang anak berteriak kencang serta berlari keluar menuju Mami Madara, kak Hanabi dan bibi Kurenai berada. Hinata langsung panik dan ikut berlari keluar.

“Kakak Hinata akan menikah!” Ucap Obito kepada ketiga orang dewasa yang awalnya asik berbincang kini menatap bingung ke arah Hinata yang terlihat panik.

“Kau akan menikah?” tanya Hanabi kepada adiknya.

“Tentu ti-- ”

“I--ya! Dengan seorang kakek!!” potong Obito yang masih tersenyum lebar tanpa dosa. Ikkk!! Hinata benar-benar apes malam ini. Sebisa mungkin wanita malang itu menjelaskannya kepada ketiga orang tadi, ya! Meski harus dengan berbohong dan merasakan siksaan di perutnya. --'Dasar mulut anak kecil! Jujurnya kelewatan.' Batin Hinata menutup kedu matanya dengan kaki lemas dan senyuman miris.

Malam ini, wanita itu memilih menginap di panti karena besok dia akan pergi ke Uzumaki Corp atas perintah Ino, juga keinginan teman prianya yang ingin bertemu dengannya. Apakah dia benar-benar harus menikah hanya karena ingin pergi ke London?

Rumah panti menjadi sepi dan hening di saat semua anak sudah tertidur lelap setelah puas mempermalukan Hinata. Tak berselang lama Mami Madara keluar, menghampiri Hinata yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Pria normal itu duduk di sebelahnya, tersenyum sambil menatap ke langit malam.

“Soal pernikahan itu, benar' kan?” teba'kan yang benar. Hinata tak bisa berbohong pada pria itu, sejak tinggal di rumah panti, ia selalu melontarkan semua ceritanya kepada Mami Madara. Anggap saja pria tua itu seorang duda, dan hal mengejutkannya adalah.... Anak-anak panti itu adalah anak kandung Madara, namun setiap anak berbeda ibu.

Dan ibu dari anak-anak itu sudah meninggal dengan gaya dan cara masing-masing. Ada yang meninggal karena tersedak bubur, meninggal karena jatuh ke selokan ada banyak lagi cara meninggal mereka dan tersisa lah Mami Madara, lebih tepatnya Papa Madara.

“Mencari uang itu sulit. Jangan miskin, karena tidak akan ada yang menamparmu dengan uang. Begitulah aku.” Jelas Hinata menerima nasibnya. Madara terkekeh kecil.

“Aku akan menikah, tapi ini pernikahan kontrak.” Hal itu membuat Madara terkejut dan saling tatap dengan manik rembulan itu.

“Kau yakin. Pernikahan bukan mainan, mungkin saja yang menjadi mainan akan menjadi milikmu! Apa kau sudah siap?!” Hinata diam, sejujurnya dia tidak siap. Tapi, keadaan sudah terlanjur.

“Tolong jangan beritahu kakak dan bibi.”

Madara menyentuh puncak kepala Hinata. “Baiklah!” Pria itu tersenyum tipis.

***

Sementara itu, di kediaman keluarga Uzumaki. Naruto baru saja pulang dari kerjanya dan sang kakek sudah mencegatnya di tangga. Melihat itu, Naruto sudah peka, menghela nafas panjang lalu tersenyum miring.

“Kakek tidak tidur? Nanti gula darah Kakek semakin tinggi!” Tegur Naruto yang sudah sangat lelah.

“Kakek hanya ingin melihatmu setiap pulang kerja!”

“Berhenti menghawatirkan ku! Aku sudah besar!” Naruto menuntun kakeknya duduk di sofa panjang bersamanya. Hanya berdua di heningnya malam.

“Tentu saja. Kakek selalu bermimpi kau akan menjadi seperti Salman Khan!”

“Berhenti Bollywood! Naruto akan menikah! Aku sudah berjanji' kan!” Pria itu tersenyum menatap sang kakek yang kini terlihat sendu.

“Maafkan Kakek! Sebenarnya waktu itu-- Kakek dan lainnya hanya bersandiwara supaya kau mau menikah.” Seketika raut wajah Naruto yang awalnya tersenyum tulus menjadi tersenyum bodoh saat mengetahui dia di tipu.

“Naruto!” panggil kakek Hasirama saat tidak melihat adanya pergerakan dari cucunya yang masih tersenyum bodoh.--- 'Hanya sandiwara? Aku di tipu! Hehehe!! Sungguh miris!' pria itu mulai berdiri tenang. “Hahhh!!” Teriaknya seketika, membuat Hasirama yang sudah mengenal cucunya itu sedikit kaget dan menahan tawanya.

***

Esoknya. Hinata sudah berdiri di depan perusahaan besar Uzumaki Corp. Hanya rasa kagum yang terlontar di mulut Hinata saat kali pertamanya dia berada di perusahaan terbesar nomor 1 di Jepang.

Wanita itu mulai masuk dengan senyuman lebar, matanya di manjakan dengan alat-alat canggih di sana bak di negeri abad 21 Doraemon.

“Permisi! Saya mau bertemu dengan tuan-- ” Sejenak ia melihat ke catatan di ponselnya. “Tuan Uzumaki Naruto!” Wanita cantik di sana tersenyum manis.

“Apa Anda sudah ada janji temu dengan tuan Naruto?”

“Emm-- aku tidak yakin, tapi... Aku temannya Yamanaka Ino!”

“Tunggu sebentar!” Pinta resepsionis di sana. Hinata mengangguk faham. Tak lama setelah wanita berpenampilan rapi itu menelfon seseorang, tiba-tiba seorang pria menghampiri Hinata.

“Hyuga Hinata!” seorang pria bersurai bak nanas baru saja menghampiri Hinata. “I, iya!”

“Mari ikut saya!” Hinata masih tersenyum tipis dan mulai mengikuti langkah pria asing itu. Bisa Hinata tebak kalau pria itu pasti orang kepercayaan pria bernama Naruto. Bahkan datang di sana sedikit membuat Hinata minder akan penampilannya, lantai mengkilat nya seolah tak berpadu dengan alas kakinya yang hanya mengenakan sepatu kets biasa.

Sampai mereka di berhenti di sebuah pintu bertulis CEO Room melekat di pintu hitam. “Kau bisa langsung masuk!” ujar pria bernama Nara Shikamaru. Hinata mengangguk dan berucap “Terima kasih!”

Menarik nafas dalam-dalam dan berharap bukan seorang kakek-kakek. -- 'Jangan kakek-kakek, jangan kakek-kakek, jangan kakek-kakek...' Batin Hinata bergumam tak karuan sambil melangkah masuk, lu menutup kembali pintunya.

Aura di sana sangat pekat hingga terasa sesak bagi Hinata, namun sebisa mungkin ia bersikap tenang. Hinata mulai tersenyum lebar sebisa mungkin menunjukkan wajah manisnya, mendongak menatap lurus ke arah sosok pria tampan bersurai pirang pendek rapi, kulit Tan, guratan tiga garis di masing-masing pipinya, rahang tegas dan jangan lupakan tubuh berototnya juga kacamata khusus kerja yang saat ini pria itu pakai. Tapi ada yang aneh akan ketakjuban itu.

Hinata mencoba melihat lebih detail wajahnya yang tak asing di matanya. Sementara pria itu masih fokus mengisi dokumen kerjanya, meski sadar akan keberadaan seseorang saat ini.

“Mppkk!!” Segera Hinata menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat mengingat akan wajah si pirang itu. Matanya membulat sempurna, menggerai surai-nya dan segera berbalik membelakangi Naruto. “Hiii!! Kenapa aku harus bertemu dengannya??” Gumam Hinata menggerakkan giginya sambil berwajah panik. Tak hanya itu, ia sadar akan perbuatannya kepada wajah tampan pria itu.

Sadar akan tingkah aneh. Naruto mulai melihat ke arah seorang wanita yang membelakangi dirinya, kedua alis pirangnya berkerut tak suka. “Hey! Kau tahu tata cara kesopanan?” Hinata tersentak saat mendengar suara pria mesum itu mulai melihatnya.

-- 'Apa yang harus ku lakukan, apaaa? Huh, benar, aku akan berlari kabur melewati pintu itu tanpa menoleh. Iya! Ini sudah bulat.' Batin wanita itu tak hentinya mengekspresikan wajah panik serta tekad kaburnya.

“Ayo Hinata, go!” Bak seorang petinju, Hinata sudah bersiap. Hendak melangkah tiba-tiba suara bariton begitu dekat di telinganya. "Apa yang kau lakukan?"

“HAHH!!” teriak kaget Hinata membuat keduanya sama-sama terlonjak kaget. Hinata masih berpaling membelakangi Naruto.

“Ma-maaf! Sa-saya sedang sakit-- Uhukk, uhukk!!” Tipu Hinata mulai meremas perutnya yang keram.

“Suaramu tidak asing.” Naruto berusaha melihat wajah wanita itu, namun Hinata masih menghindari nya alhasil mereka jadi berputar-putar tak jelas. Naruto yang muak mulai meraih kedua bahu wanita aneh itu, menghadapkannya paksa ke arahnya. Kini Naruto mengutuk Ino dalam batin, karena sudah mengirimkan wanita aneh seperti nya.

Rasa takut menyelimuti Hinata, ia memilih menunduk hingga surai panjangnya menutupi wajahnya.

“Haissh!! Tunjukkan wajahmu, atau aku akan menyeret mu keluar dari jendela.” Ancam Naruto. Pria itu yakin akan suara yang betul-betul dia kenali, apalagi bersangkutan dengan harga dirinya. Hinata masih menutup rapat matanya, sampai suara auman <<Uang! Uang! Uang!>> Terngiang di telinga Hinata, wanita itu mulai memegang kedua lengan Naruto yang masih berada di bahunya, sehingga pria itu bertambah heran akan sikap anehnya.

Hinata tersenyum kecut, mendongak memperlihatkan wajahnya dan senyumannya. “Kau!” seketika emosi melanda Naruto saat tahu wajah menyebabkan yang akhir-akhir ini menggantinya di saat dia tertidur.

“Hai!” sapa Hinata masih tersenyum menunjukkan giginya. Segera ia mulai melepaskan diri dari Naruto berlari menghindari pria itu. Sementara Naruto mulai marah dan mengejarnya dengan emosi.

“KEMARI KAU!” sentak Naruto masih berusaha mengejar Hinata.

“Tidak mau! Kau akan memperkosaku' kan! Dasar pria mesum, mengambil kesempatan kepada gadis polos seperti ku!” balas Hinata terengah-engah karena larian. Tak hanya berlari saja, semua barang yang di lihat Hinata, akan dia lempar ke arah Naruto hingga ruangan bersih tadi menjadi tak karuan.

Sementara dari arah luar pintu. Shikamaru mencoba menguping saat mendengar kegaduhan di dalam sana. “Pasti sudah di mulai!” sudah hafal akan bosnya itu, Shikamaru hanya tersenyum tipis dan berlalu pergi.

“Mesum? Kau wanita menjijikan dan aneh yang pernah ku TEMUI!” BUGG, PYARR... Semuanya sudah tak karuan. Sampai Hinata berada di kursi kerja Naruto sementara si pirang berada di hadapannya dengan meja kerja sebagai penghalang keduanya.

“Kemari! Aku tidak akan melepaskan mu!!” Teriak Naruto sudah sangat lelah serta emosi. “TIDAK!!” lagi Hinata mulai meraih kertas-kertas dokumen serta berkas Naruto, melemparnya ke arah pria pirang itu.

“HEI!! Hentikan, hentikan! Baiklah, baiklah-- hah, hah, aku tidak akan melakukan sesuatu padamu, hentikan.” Akhirnya pria itu menyerah juga.

“Kau bohong.” Satu kertas penting berada di tangan Hinata, siap untuk dia lempar.

“Aku janji. Hentikan, jangan merusak kertas penting itu.” Naruto berucap sungguh-sungguh. Hinata perlahan mulai meletakkannya kembali ke atas meja, sedikit was-was melihat ke arah Naruto yang masih menatapnya dengan emosi lelah.

Pria itu meraih dokumen berharganya yang berserakan di lantai, mendengus kesal sedikit berteriak membuat Hinata kaget, merasa tak enak. Pada akhirnya mereka sama-sama membersihkan kekacauan itu, ya meski saling menatap dengan tak suka dan penuh rasa dendam.

BERSAMBUNG.

🛫📍🛬

Visual Uzumaki Naruto!

Visual Hyuga Hinata!
...
...
...
Thanks and See you ^^

Continue Reading

You'll Also Like

MY LIFE By amel

Fanfiction

40.1K 3.1K 16
Seohyun menyukai Kyuhyun itu fakta, dan Kyuhyun menyukai Seohyun adalah sebuah kebenaran yang mutlak. Perjodohan memang hal terburuk yang harus merek...
41.3K 1.4K 11
WARNING!! CERITA INI MENGANDUNG KATA KATA KASAR. TIDAk DISARANKAN DIBACA OLEH USIA UNDER 17. JUGA TIDAK MENGUSUNG AGAMA MANAPUN. JUST RELAX & ENJOY...
45K 5.3K 15
Tentang seungmin randika nursal dan ketua osis sang pujaan hati [Complete] End ;1/1/2020 -An short story by noturby
26K 3.2K 25
Cerita 21+ ⚠️ Harap bijak dalam membaca sebuah cerita. Ini kisah ada adegan yang tidak patut dibaca oleh anak di bawah umur. Sudah diberi peringata...