Dear You [TXT fanfict]

By Goraenbow

1K 102 0

"Kalau suka tuh bilang, jangan diem aja." ••Pernah kepikiran gak kalau suatu saat bakal deket sama orang yang... More

hello!
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

21

12 1 0
By Goraenbow

Ketua klub bahasa Inggris itu berpikir sejenak. "Hah?! Seriusan lo, Sat? Apanih, gue ketinggalan berita apa?!"

"A-apasih, nyebar gosip lo Rin."

Karina tertawa pelan. "Eum~ gaada apa-apa sih... Ya~ sebagai kakak kelas yang baik, dia-/"

"Ke parkiran bareng aja... "  Satria menyela, berusaha mengakhiri topik guna menjauhkan adanya opini-opini tidak benar.

"Awas aja lo Sat, macem-macem sama ade kelas gue, " kecam Sella.

"Suudzon lagi... Dikata gue orangnya membahayakan gitu??"

"Sttt, udah udah, " lerai Karina. "Mau doi baru lo atau belom pun pokoknya lo ajak  dia juga biar rame."

Satria menghela napas. "Ya~ tau kali, Putri itu sepaket sama Theo."

"So what? Ajak aja Theo sekalian"

"Tapi Rin," sela Sella. "Setau gue Theo agak susah-- susah banget malah! buat diajak keluar. Kayaknya gue gak pernah denger dia main kemana gitu selama ini. Keliatannya anak rumahan banget. Emang dia mau? "

Karina berpikir sejenak. "Yah, kalo kata gue mah sih... Disaat saat gini tuh emang lo yang kudu jago-jago puter otak, Sat, " Ujar Karina, memandangi ketua kelas mereka. "enak! Kalau Putri ikut... "

"... Theo juga harusnya ikut, " tutur Satria pelan.

"Nah!! Kan pinter! Makin rame juga kita, " bangga Karina.

"Jadi... "

Sella yang cukup diam akhirnya bersuara juga. "Lo beneran... beneran Putri, Sat? Demi ap-/"

"G-gue gak ada bilang gitu ya perasaan. Udah ah, gue mau ke kantin. Kalian urus aja jadwalnya kalo bener, urusan... N-ngajak yang lain biar rame tar gue bantu tapi ga janji ya! Gue ngikut rame nya aja."

"Iyadeh... Kalem aja kali Sat, gausah sambil salting gitu dong, ya gak Sel?"

"He'em. By the way, PJ buat gue sama Karina kudu eksklusif ya."

"Udah, jangan ngomongin yang aneh-aneh."

"Sat! Awas ya, lo tetep gaboleh macem-macem sama Putri."

📖

"Teh, aku ijin pulang duluan ya? Bunda udah nunggu di luar tuh."

"Udah ijin wali kelas sama petugas piket?"

Perempuan itu berpikir sejenak. "Ke wali kelas udah diizinin sih, tinggal ke piket." "Jadinya boleh gak nih? Kok kayak setengah-setengah gitu ekspresi nya."

Theo sebetulnya sadar, tentu. Ia hanya sedikit memikirkan sesuatu. "Boleh lah. Ngomong-ngomong pergi berdua aja nih? Siapa tau butuh bantuan nanti."

"...O-oh kamu mau ikut? Boleh aja...sih? Mungkin. "

"Serius banget. Bercanda kok. Lagipula takutnya malah ngerepotin nanti."

"Hahaha, mana mungkin lah Theo bikin repot. Tapi insyaallah aku sama bunda gaakan kesusahan kok, kan cuma jemput ayah aja."

Theo mengangguk. Ia kemudian mengantar Putri ke luar kelas.

"Ayo- eh Theo, umi nya kemana? Perasaan gak ketemu tadi, " ujar seorang wanita.

Setelah memberi salam, Theo bilang bahwa umi nya tadi datang juga ke sekolah. Mungkin sudah pulang lebih dulu. Ia juga tidak tahu karena tidak bertemu.

"Yaudah, tante sama Putri pamit berangkat dulu ya."

"Iya tante, hati-hati di jalan."

Gadis itu berada beberapa langkah di depan ibunya. Tujuan selanjutnya adalah ke petugas piket. Ia harus dapat surat izin supaya bisa keluar dari gerbang sekolah disaat bel pulang belum berbunyi.

"Udah, bun." Anak itu menunjukkan sebuah surat yang baru didapatnya.

"Beneran nih yakin mau ikut? Ayah udah boleh pulang kok, gak akan capek nanti pas nyampe sana langsung pulang lagi? " tanya bundanya.

"Iya, aku mau tetep ikut. Gak capek kok... Kan nanti sekalian bantu-bantu beresin barang juga, bun."

Sebetulnya rencana yang dibuat kemarin-kemarin untuk hari ini adalah Putri mau ikut pergi menengok ayahnya di rumah sakit. Kebetulan di sekolahnya ada jadwal rapat orang tua murid. Dan kebetulannya lagi, ini hari jumat. Meski sekolah memberi embel-embel tetap wajib masuk sekolah, nyatanya tidak ada tanda tanda kegiatan belajar. Maka gadis itu memilih memanfaatkan waktunya dengan izin setengah hari.

"Iya ibu, silahkan. Ruangan rapat buat kelas 11 IPS 4 ada di lantai dua, nanti di ujung koridor disana ada tangga."

Bibirnya melengkung kan senyuman. Langkah kaki yang ringan itu pergi menghampiri sesosok penjaga gerbang sekolah saat ini.

"Kak Satria~"

"Halo Mput~" balasnya ramah. Kala itu, sang ketua OSIS tampak begitu rapih dengan jas OSIS-nya. Senyumnya tidak pernah hilang. Ia selalu siap membantu mengarahkan jalan menuju tujuan para orang tua. Jangan heran, sebutlah ini waktu kaum laki-laki bagian iri. Bila bukan orang tuanya yang bertanya, maka anaknya sendiri yang akan memberi tahu, 'Bu, yang barusan namanya Satria, 'Mah, itu Kak Satria yang suka aku ceritain. Satria, dan selalu Satria.

Siapa yang peduli? Gadis berambut sebahu itu juga pasti melakukan hal yang sama jika ia lebih berani.

"Hm? Apanih?" tanyanya selepas secarik kertas itu diperlihatkan.

"Mau ijin pulang duluan, hehe."

"Wah, mau kemana hayo~ ikut dong-- eh halo tante... "

"Halo... Yang tadi ya?"

Laki-laki itu mengangguk. "Iya, tante." Sayangnya basa basi lebih lamanya tidak sempat terjadi disana. Beberapa orang tua murid yang datang mengharuskan Satria untuk segera kembali menjalankan tugasnya. Sementara itu, ibu dan anak ini juga mesti pamit.

"Gapapa ya Putri nya dipinjem dulu, " ujar sang bunda.

"A-Ah iya tante, gapapa kok," balasnya canggung. "Put, hati-hati di jalan ya."

"Iya. Duluan ya kak, dadah!"

Sementara ibunya sudah pergi lebih dulu, kedua murid itu sama-sama melambaikan tangan.

Aduh, bunda, harus banget gitu pake kata dipinjem? Udah kayak barang aja.

Klek!

Safety belt kursi pengemudi sudah terpasang. Kini penumpang mobil itu siap pergi.

"Yang barusan itu temen kamu juga?"

"Iya. Ketua OSIS, bun."

"Oya? Relasi dibanding di SMP lebih luas disini berarti ya? Gitu dong, sekali-sekali temenannya sama ketua OSIS."

"Eum... Ini juga faktor dikenalin Theo sih, " ujarnya yang diam-diam agak meringis mengingat kejadian lalu bersama kakak kelasnya itu.

Yah, seenggaknya dari insiden sweater itu bisa bikin Kak Satria jadi temen.

"Tadi waktu bunda mau nyari kelas kamu pas selesai rapat, tiba-tiba ketemu dia."

Dari kursi belakang, gadis itu menoleh ke kaca spion dalam. "Oya?"

"Iya. Lagi cuci tangan di wastafel deket aula. Pas dia liat bunda langsung bilang gini, 'eh tante, nyari Putri ya?' Kelasnya ada di lantai tiga sebelah kiri."

"Terus-terus?" Putri penasaran.

"Ya... Udah, bunda bilang makasih, terus pergi ke kelas kamu. Perasaan teh ini siapa? Asa belum kenalan... "

Sang anak hanya tertawa pelan. "Bunda mau aku kenalin sama Kak Satria?"

"Ya~ siapa yang bakal nolak dikenalin sama anak cakep?" canda bunda nya.

"Ih bunda mah."

"Bilangin gitu, makasih udah ngasih tau jalan."

"Iyaa, tar dibilangin."

Kak Satria
|Ah gapapa kok..
|Kan emang udah tugasnya buat ngarahin jalan
|Eh maaf juga ya, tadi lupa gak ngenalin diri dulu
|Jadi gaenak sama mama kamu

Ih gapapa kak|
Tar aja kalau ketemu lagi|

|Okedeh 😄
|Oh iya Put

Kenapa kak?|

|Kamu sabtu atau minggu ini ada jadwal gak?

Besok banget?|
Masih di luar kota mungkin kak|

|Eh jadi barusan kamu izin pulang duluan tuh buat ke luar kota??

Iya|

|Ah gitu ya
|Yauda deh

Kenapa gitu kak?|

|Engga

Iiih|

|Nanti aja deh kalo kamu udah pulang
|Selamat jalan-jalan ~
|Ditunggu oleh-oleh nya

Hahaha|
Siap|

"HIYYAA! Hayooo lagi nge chat siapa~"

Satria menghela napas. Entah dari mana bocah kepala merah itu datang secara tiba-tiba. "Kepo. Mau kemana lo? Udah bawa tas aja."

"Balik dong, " jawabnya santai.

"Lah, belum bel mana boleh balik?"

"Bolehin aja lah, gak belajar juga, ngapain lama-lama di sekolah?"

"Aturan tetep aturan."

"Halah, bilang aja lo juga sebenernya mau balik."

"I-itu tau. Pokoknya gerbang gaakan gue buka sebelum bel," kekeh Satria.

"La-/"

Kalimat nya belum selesai, handphonenya berbunyi. Arjuna sedikit cemas melihat nama kontak yang tertera di sana.

JuWIB
00:01

"Hal-/"

"JUNAAAAA! DIMANA LO? JANGAN KABUR! BANTUIN GUE GAK?!"

"I-iya iyaaa gue kagak jadi balik. Bentar! "

"Semenit ga dateng bayarin uang kas gue 5 minggu!"

"Buset! Seminggu aja gue ogah!"

"Cepetan!"

Sambungan terputus. Dengan gusar, Arjuna menyimpan kembali HP nya ke dalam saku. Ia bisa melihat ekspresi Satria yang menertawakan nya dengan bahagia.

"Asisten lu bahagiain dulu, baru balik."

"Iya dah terserah. Gue mau nenangin harimau ngamuk dulu, bye."

📖

"Ini bu uangnya."

Keduanya menoleh, menyadari kesamaan kalimat yang diucapkan bersama.

"Eh, Juwita ya?"

"Iya. Lo Kai kan? Temennya Juna," tebak Juwita.

Kai mengangguk. "Lo belum pulang? Sekolah udah ampir kosong."

Kai memang benar. Rapat orang tua sudah selesai. Murid-murid juga dipulangkan meski dengan jadwal yang tidak semestinya.

"Biasa, abis rapat sama presiden."

"Widih,  kelas lo rajin ya."

"Ah gak juga kok... Ini juga hasil maksa bestie lo," ucap Juwita, melirik seseorang yang duduk tenang di pojok kantin sambil memainkan sebuah game.

Kai terkekeh. "Kebalik ya, di gue malah wakilnya yang kabur-kaburan mulu."

"Oiya? Pas kalo gitu, lo tukeran kelas aja deh sama Arjuna," canda Juwita. "Gue duluan ya, kalo mau gabung gabung aja ke meja gue."

"Oh iya, thanks."

📖

"Ibu gue udah pulang duluan dari tadi."

Arjuna mengangguk mengerti. Ia berniat menghabiskan bubble tea yang Juwita belikan sebelum pergi ke parkiran dan pulang. Sesekali ia melirik seseorang yang kini sedang fokus menatap layar handphone. "Lo mirip ya sama ibu lo."

Gadis itu tersita perhatian nya. "O ya jelas, kan gue anak ibu."

"Tapi gue kok kayaknya gak mirip mama ya? Apa jangan-jangan gue anak yang tertukar?" tanya Arjuna penasaran.

"Heh, mulut lo. Ngasal banget ngomongnya."

Laki-laki itu terkekeh. "Tapi ya seandainya emang iya, lo kudu bersyukur. Karena akhirnya bisa ketemu gue."

"Dih, apa untung nya."

"Oh jelas dong? Kapan lagi lo bisa ketemu orang seganteng gue?"

Juwita memutar bola matanya." Pede banget."

Disamping itu, satu orang lagi akhirnya datang menghampiri keduanya.

"Eh? Sejak kapan lo disini?"

"Sejak tadi, lah! Ikutan duduk dong, " pinta Kai.

"Perasaan kursi meja kosong semua, kenapa harus ikutan?? "

"Ohh gue ditolak nih? Fine-/"

"Ehh Kai! Duduk aja disini, gausah dengerin orang ini," Juwita mempersilakannya duduk.

Jadilah Arjuna membiarkan motor kesayangannya terparkir lebih lama karena kedatangan Kai membuat ketiganya sedikit berbincang-bincang.

"Gue denger, yang tadi dirapatin sama orang tua itu tentang info staditur ya?"

Arjuna mengangguk, menanggapi teman dekatnya.

"Kalian ikut?"

"Ikut dong!" Jawab Kai dan Arjuna bersamaan. "Lagian bukannya wajib ikut ya kalo staditur?"

"Kalo kata ibu gue sih, nggak wajib."

"Masa? Boong kali, dimana-mana staditur itu biasanya wajib buat nilai tambahan, " kata Kai.

Arjuna mengangguk setuju. "Kalo gak wajib namanya piknik! Pake embel-embel staditur segala."

"Ya mana gue tau." Juwita hanya menyampaikan informasi yang ia dapat dari ibunya.

"Tapi Ju, lo tetep ikut kan nanti?"

"Iya Ju, ikut kan? Kalo engga, tar si Juna ngegalau di Jogja."

Arjuna menepis lengan Kai yang mengalungi lehernya tiba-tiba. "Ngomong apa lo barusan??"

"Engga. Gak ngomong apa-apa."

Sementara keributan itu, satu diantaranya hanya diam memikirkan sesuatu.


Continue Reading

You'll Also Like

812K 84.7K 57
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
40K 3.8K 41
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
188K 9.2K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
378K 4.1K 83
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...