SEJAJAR

By ItsmeNeii

2.2K 1.2K 2.9K

Fajar itu indah, Fajar itu baik, Fajar itu ramah, Fajar itu cuek, Fajar itu hangat, Fajar itu sulit ditebak... More

BAB 1 Sore Itu
BAB 2 Ulangan Harian
BAB 3 Ulangan Harian 2
BAB 4 Aluka Latashabirupa
BAB 5 Bola Basket dan Lapangan Basket
BAB 6 Keluarga Fajar
BAB 8 Pulang Bareng
BAB 9 Main Bareng
BAB 10 Weekend
BAB 11 Jenguk Senja
BAB 12 Jebakan!
BAB 13 Tentang Dania
BAB 14 Berantem
BAB 15 Sesuatu yang Mengejutkan
BAB 16 H-1
BAB 17 Cincin?
BAB 18 Random

BAB 7 Teman-Teman Fajar

137 105 222
By ItsmeNeii

Fajar dan teman-temannya sedang berkumpul di rumah Langit, Alden juga ikut karena Fajar yang mengajaknya. Mumpung weekend, mereka memilih bermain ps bersama-sama.

"Ini gaada minum apa woy?" Tanya Bintang.

"Bener, haus banget rasanya." Imbuh Alden.

"Lang, es jeruk bolehlah." Kode Bintang kepada Langit, Langit mendelik.

"Ambil sendiri gausah manja!"

Bintang menggeplak kepala Langit. "Lo tuan rumahnya bego,"

"Ya, apa salahnya? Biasanya juga lo ambil sendiri nyet! Mending lo yang ambil sekalian bawain sama punya gue sama temen-temen yang lain."

"Bangke lo, gue bukan babu!"

"Ya sama, gue juga bukan babu lo!" Sarkas Langit.

Fajar dan teman-temannya yang lain hanya menggelengkan kepalanya.

"Udah, biar gue yang ambil." Ucap Tristan tiba-tiba membuat semuanya menoleh ke arahnya.

"Lo emang temen gue yang the best!" Puji Bintang.

"Khusus buat lo, ambil sendiri!" Ucap Tristan kemudian masuk ke dalam rumah mengambil minuman untuk teman-temannya.

"Sialan lo!" Umpat Bintang membuat semua menertawakannya. Setelah itu Bintang ikut menyusul Tristan.

Fajar dan Alden kini sedang sibuk bermain ps berdua.

"Habis ini ganti gue ya," Ucap Langit yang diangguki oleh Bintang dan Alden.

Tak berselang lama, Tristan dan Bintang datang bersama sembari membawa minuman dan gelas di tangannya.

"Nih buat kalian," Ujar Tristan lalu menaruh nampan minuman di samping Langit.

"Thanks!" Ucap mereka bersama-sama. Langit langsung mengambil segelas es jeruk dan menegaknya sampai habis.

"Eh, eh, dikit lagiii!" Seru Alden saat akan memasukkan bola ke dalam gawangnya.

"Ah Anjir, dikit lagi padahal." Alden mengumpat karena bolanya meleset.

Kini giliran Fajar yang bermain. Fajar bermain dengan santai dan tenang.

"Itu, itu dikit lagi Jar!" Alden histeris, Fajar berhasil memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Akhirnya Fajar memenangkan pertandingan.

"Nice."

Bintang melihat Fajar dan Alden sudah selesai dengan permainannya. "Gue dong gantian!" Ucapnya.

"Gabisa, gue udah ngantri duluan!" Sela Langit pada Bintang.

Fajar menganggukkan kepalanya, lalu menyerahkan remot ps ke Langit.

"Lo mau main sama siapa?" Tanya Bintang pada Langit.

"Noh!" Tunjuk Langit menggunakan dagunya ke arah Biru. Biru hanya diam dan mengambil alih tempat Alden. Setelah itu Fajar dan Alden mundur dan meminum minuman yang sudah disediakan.

Bintang menghela nafas kasar.

"Udah, kita main terakhir aja." Ajak Tristan pada Bintang, yang dibalas anggukan olehnya. "Oke."

"Jar!" Panggil Alden membuat Fajar menoleh.

"Kenapa?" Tanya Fajar pada Alden.

"Lo sama Senja udah kenal lama?" Fajar menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tapi Senja kok ga pernah bilang ataupun cerita tentang lo ya?" Fajar mengedikkan bahu sebagai jawaban tanda dia juga tidak tahu.

"Terus lo sama Senja sekarang pacaran?" Tanya Alden sekali lagi.

"Enggak!" Jawaban Fajar membuat semua teman-temannya menoleh ke arahnya.

"Anjir anak orang lo gantungin Jar, udah kaya jemuran aja." Ucap Bintang tiba-tiba.

"Awas loh nanti keburu diambil orang!" Imbuh Langit dengan masih fokus memainkan ps nya.

"Biarin kalo mau ambil, ambil aja, asal Senja ikut bahagia gue seneng." Jawab Fajar.

Teman-temannya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Fajar. "Emang dasarnya otaknya gawaras ya gini!" Hardik Tristan tidak menyangka atas jawaban temannya satu ini.

"Tapi lo ga kasihan sama Senja? Ntar kalau dia berharap lebih ke lo gimana?" Pertanyaan Alden sukses membuat Fajar terdiam.

"Nunggu waktu yang tepat!" Akhirnya Fajar membuka suara.

"Semoga sukses!" Seru semua teman-temannya. Mereka kembali ke aktivitas masing-masing dan sesekali mengobrol ataupun bercanda membahas hal random.

"Tang, lo mau main ga?" Ucap Langit tiba-tiba.
Bintang yang sedang sibuk memainkan ponselnya beralih menatap Langit.

"Lo udah selesai?"

"Udah," Jawab Langit.

"Kuylah, ganti gue yang main, ayo Tan!" Ajak Bintang lalu menukar posisinya dengan Langit.

"Kuy! Yang kalah traktir di kantin besok." Ucap Tristan membuat Bintang jengah, karena sedari dulu Tristan memang begitu.

Kini Langit, Fajar, dan Alden sedang melihat Bintang dan Tristan yang bertarung dengan sengit.

Tiba-tiba Langit membuka suara, "Oh iya kalian masih inget Dania ga sih?"

"Dania siapa?" Tanya Tristan yang memang ia belum tahu siapa Dania, karena waktu itu dirinya tidak bersama Fajar di kantin.

"Iya gue inget, yang tante-tante itu kan?" Bintang menimpali dengan masih fokus bermain game.

"Palamu tante, dia seumuran kita nyet."

"Bodoamat, orang wajahnya kek tante gitu mana ada ke sekolah makeup setebel itu!"

"Ya, namanya juga cewek!"

"Tapi ya ga kaya gitu juga kali, masih cantikan juga Senja!" Ucap Bintang terang-terang an membuat Fajar menatap tajam dirinya.

Bintang seketika tersadar dengan perkataannya. "Eee, anu ga gitu maksud gue. Maksud gue masih cantikan Senja sama temennya yang waktu itu loh, mereka ga pakai make up tebel kaya si tante itu. Cantiknya natural!"

Fajar hanya menghela nafas kasar mendengar perkataan Bintang.

"Tante mulu lo nyebutnya!" Cerocos Langit.

"Kenyataan!"

"Dania siapa sih? Dikacangin mulu gue!" Sebal Tristan karena sedari tadi tidak ada yang menanggapinya.

"Noh, temen sekelasnya si Alden. Gatel banget tu cewek." Alden mengangguk menanggapi.

"Setau gue, Dania orangnya egois. Apapun yang dia ingin harus dia dapat. Kalau misal dia ga dapetin apa yang di mau, dia bakal nekat halalin segala cara buat dapetin apa yang dia mau." Alden mengatakan sifat Dania yang memang benar adanya.

"Tapi kayanya dia suka sama Fajar deh." Ucap Alden tiba-tiba.

"Iya, ga inget apa pas dikantin sampe ngalungin lengan Fajar kaya gitu." Imbuh Langit.

"Bener sampe bikin Senja salah paham." Tambah Bintang.

Biru yang sedari tadi diam menyimak obrolan mereka membuka suara, "Hati-hati!" Ucap Biru pada Fajar.

"Hati-hati gimana maksudnya?" Tanya Tristan kebingungan.

"Lo sekolah makanya jangan banyak bolos, telmi kan lo jadinya." Sarkas Langit.

"Emang lo sendiri paham?" Tristan menatap Langit curiga.

"Ya, kagak!" Langit nyengir tak berdosa. Tristan menggeplak kepala Langit membuatnya mengaduh kesakitan.

"Bego ko dipelihara!" Ucap Tristan.

"Maksudnya Biru, hati-hati kalau emang Dania suka Fajar, nanti bisa-bisa Senja ikut keseret jadi korban juga. Secara Dania orangnya selalu nekat, apalagi kalo sampai Dania tahu Fajar suka sama Senja." Terang Alden membuat Langit, Tristan, dan Bintang menganggukkan kepalanya paham.

"Lo kok bisa paham sih?" Bintang membuka suara.

"Kayanya emang anak ips pintar main logika ya!" Tristan menimpali.

"Kagak, gue mah cuma nebak doang!"

"Sialan lo!" Ucap Langit, Biru, dan Tristan bebarengan membuat Alden tertawa puas karena berhasil mengerjai teman-temannya.

Tetapi apa yang dikatakan Alden memang benar, yang Biru maksud adalah hal itu. Fajar terdiam memikirkan Senja. Bagaimana jika nanti Senja terluka gara-gara dirinya.

Sepertinya untuk kali ini Fajar harus lebih mengawasi Senja supaya Senja tidak kenapa napa karena ulah teman sekelasnya sendiri.

"Gue cabut dulu! Thanks buat semuanya." Ucap Fajar meraih helm dan kunci motornya.

"Yoi, santai bro!" Jawab Langit.

"Mau kemana lo?" Tanya Tristan.

"Ada urusan penting!" Jawab Fajar lalu menyalakan motornya dan pergi meninggalkan rumah Langit.

"Si bambang, main pergi wae!" Ucap Bintang.

"Paling juga masalah keluarga lagi." Langit menimpali.

"Hust, doain aja ga kenapa-kenapa dia."

"Emang Fajar sama keluarganya kenapa?" Tanya Alden membuat semuanya menoleh ke arahnya.

Alden hanya tersenyum kikuk, karena memang dirinya yang tidak tahu apa-apa tentang Fajar, karena Alden baru kenal sama mereka sebulan yang lalu.

"Gue salah ngomong ya? Yaudah engga jadi deh."
Bintang menggelengkan kepalanya. "Ntar lo juga tahu sendiri, belum waktunya, biar Fajar sendiri yang cerita sama lo."

"Oh iya."

"Yaudah kuy lanjut main!" Ajak Bintang lalu mereka kembali bermain bersama.

Fajar sudah sampai di depan rumahnya. Dia turun dari motornya. Dilihatnya ada mobil yang sepertinya tidak asing untuknya.

Fajar masuk ke dalam rumahnya. Ruang keluarga ramai dengan percakapan dua orang, Fajar hanya menatap mereka datar tanpa ekspresi sedikitpun.

"Itu dia udah datang, Fajar sini!" Perintah Artha, dan Fajar menurutinya. Kini Fajar duduk di samping Artha.

"Anak kamu udah gede ya ternyata."

"Iyalah, kamu aja yang jarang kesini sekarang."

"Hahah, iya yah, maklum sibuk banget sama kerja. Jadi jarang ada waktu bisa kesini."

"Iya, saya tahu. Lagian kamu juga sibuk mengurus anak kamu kan?"

"Benar, punya anak tunggal aja tapi nyusahin mulu." Jawab Clarisa. Clarisa memang sahabat dekat Artha sedari dulu sampai sekarang.

Sekarang Clarisa mempunyai satu anak perempuan, dan dia sendiri yang mengurusnya karena suaminya sudah meninggal sejak setahun yang lalu.

Amanda datang dengan membawa nampan berisi minuman.

"Duh jadi ngrepotin deh." Ucap Clarisa tak enak pada Amanda.

"Santai aja ga ngrepotin sama sekali kok, yuk minum." Jawab Amanda.

"Jadi gimana, kamu setuju ga?" Tanya Artha pada Clarisa.

"Kalau aku setuju, tapi gimana Fajar aja, takutnya dia terpaksa."

Mendengar namanya disebutkan, Fajar menatap papanya dan juga Clarisa secara bergantian.

"Maksudnya?" Tanya Fajar.

"Papa mau jodohin kamu sama anak tante Clarisa." Jawab Amanda.

Hal itu sontak membuat Fajar terkejut. "Fajar ga setuju!"

Fajar berdiri dari tempat duduknya, berjalan menaiki tangga dan menuju kamarnya lalu menguncinya.

"Sepertinya Fajar tidak mau di jodohkan." Ujar Clarisa dengan nada sendu.

"Tidak mengapa, nanti biar saya yang bilang padanya. Sepertinya dia hanya syok mendengarnya secara tiba-tiba." Ucap Artha merasa tak enak hati dengan Clarisa.

Clarisa tersenyum, "Tidak apa-apa jika Fajar tidak mau, jangan dipaksa itu ga akan baik nantinya."

"Iya sekali lagi saya minta maaf karena perilaku anak saya tadi."

"Tidak mengapa, yasudah kalau begitu aku izin untuk pamit, karena harus jemput anak aku sekarang." Ucap Clarisa lalu berdiri disusul Artha dan Amanda.

"Makasih udah datang kesini, kapan-kapan main lagi ke sini sambil ajak anak kamu juga." Ucap Amanda.
Clarisa tersenyum lalu mengangguk. "Yasudah kalau begitu aku pergi dulu."

"Biar aku antar sampai depan." Ucap Amanda, lalu mereka berdua berjalan menuju pintu depan.

Disisi lain, Fajar sedang berada di balkon kamarnya. Cobaan apalagi yang harus Fajar hadapi kali ini. Fajar tidak mau dijodohkan dengan anak dari sahabat papanya sendiri.

Fajar menghela nafas kasar. Mengapa jadi serumit ini. Di dalam hatinya sudah terisi salah satu nama meskipun nama itu belum menjadi miliknya. Dan tidak ada siapapun yang bisa menggantikannya.

Jika bersamamu adalah mungkin, kali ini memang aku harus berjuang lebih keras lagi. 

****

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
611K 29.4K 46
selamat datang dilapak ceritaku. 🌻FOLLOW SEBELUM MEMBACA🌻 "Premannya udah pergi, sampai kapan mau gini terus?!" ujar Bintang pada gadis di hadapann...
890K 87.8K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...