SEJAJAR

By ItsmeNeii

2.2K 1.2K 2.9K

Fajar itu indah, Fajar itu baik, Fajar itu ramah, Fajar itu cuek, Fajar itu hangat, Fajar itu sulit ditebak... More

BAB 1 Sore Itu
BAB 2 Ulangan Harian
BAB 3 Ulangan Harian 2
BAB 4 Aluka Latashabirupa
BAB 6 Keluarga Fajar
BAB 7 Teman-Teman Fajar
BAB 8 Pulang Bareng
BAB 9 Main Bareng
BAB 10 Weekend
BAB 11 Jenguk Senja
BAB 12 Jebakan!
BAB 13 Tentang Dania
BAB 14 Berantem
BAB 15 Sesuatu yang Mengejutkan
BAB 16 H-1
BAB 17 Cincin?
BAB 18 Random

BAB 5 Bola Basket dan Lapangan Basket

133 105 203
By ItsmeNeii

Fajar dan teman-temannya kini sedang duduk di tribun lapangan, mereka mempersiapkan diri sebelum melaksanakan pertandingan bolas basket melawan SMA Cendrawasih.

Tribun penonton kini sudah ramai dengan siswa siswi dari dua sekolah ternama itu. Mereka akan mendukung jagoan sekolah masing-masing. Senja dan Aluka, kini sudah berada di tribun tengah bersama Alden dan teman-temannya yang lain.

Pertandingan sepuluh menit lagi akan dimulai. Fajar mengedarkan pandangannya di seluruh penjuru tribun. Kini matanya menangkap sosok yang dia cari. Fajar menatap Senja yang kini juga tengah menatapnya. Fajar ikut tersenyum tatkala Senja tersenyum kepadanya.

Pritt!!

Bunyi peluit terdengar, menandakan pertandingan akan segera dimulai. Lapangan begitu ramai dengan suara penonton. Dania tersenyum saat melihat Fajar akan bermain.

"FAJAR!! SEMANGATT!" Ucap Dania dengan lantang, membuat semua menatap ke arahnya.

"Dih, caper banget, kek lo deket aja sama Fajar." Ucap Aluka sembari tetap menatap ke lapangan. Ucapan Aluka membuat Dania tertohok, tetapi Dania tidak peduli. Dania pastikan kali ini dirinya bisa lebih dekat dengan Fajar.

Pertandingan antara SMA Cendrawasih dan SMA Galaksi semakin sengit. Bintang dan Langit membuat strategi permainan yang apik, membuat tim mereka mempunyai skor yang lebih unggul di awal.

Tim SMA Cendrawasih tak mau kalah, mereka membalas strategi permainan yang dilakukan tim lawan sehingga bisa menyamai jumlah skor.

Kini skor antara SMA Galaksi dan SMA Cendrawasih seri. Skor terakhir menentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya. Kini, bola sedang ada dalam penguasaan Bintang. Sedikit lagi menuju daerah lawan.

"Tang, oper gue!" Teriak Fajar menginterupsi Bintang. Bintang mencoba mengalihkan perhatian lawan, dirasa sudah tepat waktunya, Bintang mengoper bola pada Fajar.

Hap!

Fajar berhasil menerima operan Bintang dan mendribble bolanya. Kini Fajar fokus pada musuh yang menghadang pergerakannya. Fajar melakukan sedikit trik yang bisa mengelabuhi lawan, dan berhasil. Kini tinggal satu titik lagi.

Fajar melompat, dan berhasil. Bola itu masuk ke dalam ring lawan. Satu skor lagi telah tercetak untuk SMA Galaksi.

Semua bersorak melihatnya, Tim Fajar berhasil mengalahkan tim lawan, yang artinya SMA Galaksi lah yang kali ini memenangkan pertandingan.

Bintang, Fajar, Langit, dan Biru saling berpelukan, tak disangka hasil latihan mereka selama ini telah terbayarkan.

Semua supporter SMA Galaksi bersorak dan menyanyikan yel-yel kebanggannya. Memang usaha tidak akan mengkhianati hasil.

Kini Fajar, dan kawan-kawannya sedang beristirahat di tribun pinggir lapangan. Sungguh pertandingan tadi sangatlah melelahkan dan terlalu menguras energi mereka.

Fajar mengelap keringatnya dengan handuk kecilnya. Saat sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Fajar. Fajar menoleh melihat siapa yang menepuknya. Dania menyerahkan sebotol air mineral pada Fajar.

"Nih gue bawain minum, lo pasti haus." Fajar menerimanya.

"Makasih," Ucap Fajar.

"Oh iya btw, congrats ya, main lo tadi bagus tau makanya lo layak menang."Fajar menatap Dania, sepertinya ada yang tidak beres pada gadis dihadapannya ini.

"Bukan gue, tapi itu semua karena mereka juga dan kerja tim." Ucap Fajar lalu mengalihkan perhatiannya pada teman-temannya.

"Oh ya,ya, gue percaya, btw gue boleh minta nomor lo ga?" Tanya Dania sekali lagi.

Fajar mengernyit, buat apa Dania meminta nomornya? Tanpa Fajar sadari sedari tadi ada gadis yang memperhatikan interaksi mereka dengan membawa sebotol air mineral.

Sakit, itulah yang dirasakan Senja saat melihat interaksi antara Fajar dan Dania. Senja yang berniat akan memberikan air mineral itu, jadi urung terhadap niat awalnya. Lebih memilih melewati Fajar dan Dania, kini Senja berhenti di hadapan Bintang.

"Nih buat lo, pasti haus." Ucap Senja sembari menyodorkan sebotol air mineral pada Bintang.

Bintang terkejut akan kehadiran Senja yang tiba-tiba dan memberikannya minuman.

Tak hanya Bintang, Aluka dan Alden pun juga sama herannya saat melihat tingkah laku Senja. Sejak kapan Senja kenal mereka?

"Eh, ada neng cantik. Makasih Nja minumnya." Ucap Bintang, lalu menerima pemberian Senja.

"Sama-sama." Ucap Senja.

"Btw, selamat ya buat kalian udah menangin pertandingan, kalian hebat tadi pas main, gue ga nyangka." Lanjut Senja.

"Iya Nja, makasih juga udah dukung kita semua." Jawab Bintang.

Fajar sedari tadi memperhatikan interaksi antara Bintang dan Senja. Ada sedikit rasa tidak terima saat melihat mereka begitu akrab dan dekat.

Dania yang sedari tadi memperhatikan tatapan Fajar, sedikit mengepalkan tangannya.

"Oh iya, Fajar pasti kepanasan dan cape kan?" Ucap Dania, lalu mengeluarkan tisu dari sakunya.

Dania hendak mengelap keringat yang ada pada wajah Fajar, namun ditepis oleh sang empu. Fajar lebih memilih berjalan mendekati Senja. Dania menatap kesal saat Fajar mengabaikannya.

Fajar mencekal pergelangan Senja. Senja terkejut, lalu menepis cekalan Fajar.

"Fajar apaansih?"

"Itu buat gue kan?" Tanya Fajar pada Senja dengan sorot mata penuh menyelidik.

"Bukan kok, orang aku memang mau kasih ke Bintang." Sebenarnya iya itu buat Fajar tadinya- lanjut Senja dalam hatinya.

Sedangkan Bintang, kini hanya melihat mereka dengan ekspresi kebingungan.

"Nja, kalo emang ini buat Fajar kasih aja ke Fajar gapapa kok, lagian gue masih punya minuman yang lain kok." Ujar Bintang sembari menatap Senja.

"Bintang apaansih, itu buat lo, lagian gue kasihnya ke lo bukan Fajar." Balas Senja sembari tetap menatap ke arah Fajar.

Fajar menghela nafas kasar, akhirnya dia memilih kembali bermain bola basket sendirian. Dania melihat mereka dengan ekspresi kesal dan memilih meninggalkan mereka.

Senja mengerucutkan bibirnya saat melihat Fajar meninggalkannya. Dasar cowo gapeka- batinnya. Karena bosan, Senja akhirnya memilih berjalan ke arah tengah lapangan.

"Nja, mau kemana?" Tanya Langit melihat Senja berjalan menjauh.

"Kepo kaya dora!" Ujar Senja sarkas sembari terus melangkah tanpa menoleh ke belakang.

Hal itu membuat Langit menatap tak percaya, apakah benar tadi itu Senja? Percayalah Senja seperti itu karena moodnya yang tidak baik-baik saja.

Senja kini berdiri di samping Fajar yang masih asyik dan fokus mendribble dan memasukkan bola ke dalam ring. Fajar belum menyadari kehadirannya.

"Fajar," Panggilan Senja membuat Fajar sukses menoleh ke arahnya.

"Aku boleh ikutan main?" Tanya Senja. Fajar menganggukkan kepalanya menandakan dia memperbolehkan Senja ikut bermain denganya.

"Fajar ga marah?" Pertanyaan kedua Senja membuat Fajar terdiam.

Bagaimana bisa Fajar marah padanya? Menolak permintaan Senja saja, lidah Fajar kelu rasanya, apalagi sampai marah. Tidak mungkin seorang Aditya Fajar Althairo marah kepada perempuan yang dicintainya.

Fajar menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Senja. Hal itu membuat Senja tersenyum.

"Yaudah ajarin aku kalau gitu!" Ucap Senja pada Fajar.

"Ajarin?" Fajar mengernyitkan dahinya, lalu dibalas dengan anggukan oleh Senja.

Senja mengambil alih bola yang dipegang Fajar. "Jadi, udah siap pelatih?" Pertanyaan Senja sukses membuyarkan Fajar dari lamunannya.

Akhirnya Fajar pasrah dan menuruti kemauan Senja. Fajar menjelaskan cara bagaimana memegang bola sampai trik memasukkan bola agar bisa masuk ke dalam ring.

"Paham?" Tanya Fajar pada Senja.

"Paham kapten!" Seru Senja dengan sangat bersemangat.

"Yaudah, kalau gitu coba dribble bolanya sekarang, pelan-pelan aja." Akhirnya Senja melakukan apa yang diperintahkan Fajar. Melihat Senja yang kesusahan mendribble bolanya, membuat Fajar gemas sendiri.

"Ihh, ini kok bolanya gabisa mantul sih. Tadi liat padahal gampang." Senja menggerutu sembari terus mencoba mendribble bolanya. Fajar geleng-geleng sendiri melihatnya.

Karena, tidak tega akhirnya Fajar menghentikan Senja.

"Cara dribble bolanya salah, bolanya didorong jangan dipukul."

Fajar kini sudah berada di belakang Senja, dan memegang lengan Senja, lalu mengarahkannya ke bola, ia membenarkan cara Senja memegang bolanya.

Sontak hal itu membuat semua perempuan yang masih ada di tribun berteriak histeris. Mereka seakan iri melihat Senja sekarang.

Tak hanya mereka, bahkan teman-teman Bintang, juga Aluka sampai terheran dibuatnya. Biru hanya diam menatap mereka. 

Setelah itu, Fajar menuntun Senja untuk mendorong bolanya dan berhasil, bola itu mau memantul. Senja berteriak kesenangan saat dia berhasil mendribble bola itu.

"Yeyyy, aku bisa, bolanya mau nurut. Gitu dong bola jangan nyusahin." Ucapan Senja membuat Fajar geleng-geleng. Dianya yang salah, tapi bola yang disalahkan, aneh bukan?

Setelah berhasil mendribble bola itu, kini Senja mencoba untuk memasukkan bola itu ke dalam ring, dan berhasil.

"Yesss!!! Bolanya masuk! Aku bisa basket!" Senja berteriak dan meloncat-loncat girang layaknya anak kecil. Fajar menangkap bola yang sudah terjatuh itu. Senja menoleh ke arah Fajar yang kini ada di hadapannya.

"Fajar, Senja bisa main basket sekarang!" Ucap Senja dengan bangga.

"Iya," Respon Fajar setelah itu tangannya beralih untuk mengacak-acak rambut Senja. Hal itu, menambah teriakan perempuan-perempuan yang masih melihat adegan mereka dengan sangat heboh. Mereka seakan juga mau seperti Senja.

Lain hal dengan mereka, Senja malah berdiri mematung. Ia kaget akan perlakuan Fajar barusan. Otak dan pikirannya mencoba mencerna apa yang terjadi barusan.

"Tang, yang gue lihat gasalah? Itu temen lo kan?" Tanya Langit memastikan. Langit takut jika Fajar kemasukan setan yang ada di lapangan ini.

Bukannya menjawab pertanyaan Langit, Bintang juga ikut mencerna apa yang terjadi.

"Gue lagi mimpi kali ya?" Langit mencoba menampar pipi Bintang, sesaat Bintang hanya terdiam.

"Sakit ga Tang?" Tanya Langit.

"Iya sakit." Bintang masih belum sadar, setelah beberapa detik Bintang tersadar akan tindakan temannya. "Lo ngapain nampar gue bego?"

"Definisi lemot yang sebenarnya." Ucap Langit.

"Habisnya gue takut lo kesurupan kaya Fajar."

"Bangke lo, yang ada Setan yang takut sama gue."

"Ya iya orang lo ketua setannya!"

Biru hanya menghela nafas kasar melihat tingkah laku teman-temannya. Bagaimana bisa dulu dia kenal dengan mereka, yang bisa dibilang akhlaknya minus semua.

"Lang, tapi gue tadi ga salah lihat kan? Itu Fajar temen kita?" Tanya Bintang.

"Lo ga salah lihat. Gue juga lihat." Ucap Langit, dan mereka kembali menyaksikan drama yang ada di tengah lapangan.

Kembali lagi pada Fajar dan Senja. Senja masih terdiam di tempatnya tanpa bergerak sedikitpun. Hal itu membuat Fajar kebingungan. Fajar mencoba melambai-lambaikan tangannya dihadapan Senja, tetapi tak mendapat respon apapun.

Tanpa berfikir panjang, akhirnya Fajar menggendong Senja ala brydal style. Sungguh perlakuan Fajar pada Senja sangat membuat semua orang heboh sendiri saat ini terlebih para siswi yang melihatnya.

Dania menyaksikan itu semua, membuatnya panas. Akhirnya dia lebih memilih mengalihkan pandangannya. Tak sengaja netranya menangkap sesuatu.

Gue punya kejutan buat lo, Nja-batinnya, lalu beranjak dari tempatnya sekarang.

Seakan ditarik kembali dari alam bawah sadarnya Senja terkejut.

"Fajar, apa-apaan? Turunin!"

Fajar menuruti perkataan Senja. Dia menurunkan Senja di pinggir tribun lapangan.

"Fajar, apaansih tadi, malu tau dilihatin orang!"

"Maaf, gue kira tadi lo kenapa-kenapa soalnya ga gerak sama sekali." Fajar mengingatkan Senja kembali atas kejadian beberapa menit lalu, dan itu membuat pipinya memerah malu.

Tanpa Senja sadari, kini Dania sudah berancang-ancang akan melemparkan bolas basket pada Senja yang berjarak lima meter darinya. Aluka yang melihatnya mencoba memeringati Senja, tetapi sepertinya terlambat.

"SENJA AWAS!" Belum sempat Senja menoleh, kepalanya sudah terbentur oleh bola basket, membuat Senja limbung dan tidak sadarkan diri. Aluka segera turun menuju lapangan dan menghampiri Senja.

Sukses, rasain lo- Batin Dania lalu pergi meninggalkan lapangan.

Fajar kaget dengan apa yang menimpa Senja. Tidak hanya Fajar, Biru dan teman-temannya juga sama terkejutnya lalu menghampiri Fajar.

"Nja bangun Nja!" Ucap Aluka sembari terus menepuk-nepuk pipi Senja.

"Senja kenapa?" Tanya Bintang saat melihat Senja sudah tidak sadarkan diri. Tanpa menjawab pertanyaan dari Bintang, segera Fajar pergi untuk memanggil bantuan medis.

Kini Senja sudah sadarkan diri setelah pingsan selama setengah jam.

"Nja, lo gapapa kan?" Tanya Aluka menatap khawatir.

"Kepala gue pusing." Ucap Senja sembari berusaha duduk dan memegangi kepalanya.

"Istirahat dulu, jangan banyak gerak."

"Gue mau pulang!" Ucap Senja.

"Nja, mending lo istirahat dulu." Senja menggelengkan kepalanya. Rasanya saat ini dia benar-benar ingin pulang.

"Kita pulang sama-sama." Ucapan Fajar membuat semua yang ada disana mengalihkan atensinya.

"Motor?" Tanya Senja.

"Besok aja!" Jawab Fajar lalu berjongkok di hadapan Senja.

"Ayo naik, gue gendong!" Senja hanya pasrah mengikuti perkataan Fajar, sungguh saat ini tubuhnya terasa sangat lemas. Akhirnya, Senja dan Fajar pulang bersama. Biru juga ikut keluar lapangan bersamaan dengan mereka.

"Terus gue gimana? Kan tadi bareng Senja kesininya." Ucap Aluka saat baru menyadari jika dirinya tadi berboncengan dengan Senja.

"Lo kan bisa bawa motor, pake motornya Senja." Ucap Bintang, Aluka menggeleng. "Kuncinya dibawa Senja,"

"Gue anter!" Ucapan Langit membuat Aluka menatap tak percaya.

"Ga ngerepotin?"

"Ngga, santai aja udah ayok!" Ucap Langit lalu menyambar lengan Aluka dan mengajaknya keluar bersama.

"E-eh, tunggu pelan-pelan jalannya sakit tahu." Mau tak mau akhirnya Aluka mengikuti langkah Langit.

Sesaat Bintang tersadar jika dirinya tadi berboncengan dengan Langit.

"Lahh anjer, terus gue sama siapa bangke?" Monolog Bintang saat melihat teman-temannya sudah keluar dari lapangan.

"Sabar Tang, sabar, cogan emang banyak cobaannya!" Akhirnya Bintang ikut keluar dan memilih berjalan kaki pulang kerumahnya. Padahal jarak antara rumah Bintang dan lapangan cukup jauh. Katanya gapapa jalan sesekali, biar sehat dan makin banyak yang sayang.

****

Continue Reading

You'll Also Like

5M 376K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
577K 42.3K 29
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1M 50.7K 67
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...