Dear You [TXT fanfict]

De Goraenbow

1K 104 0

"Kalau suka tuh bilang, jangan diem aja." ••Pernah kepikiran gak kalau suatu saat bakal deket sama orang yang... Mais

hello!
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

18

19 1 0
De Goraenbow

"Umi, umi tau gak keluarganya Putri lagi pergi kemana?"

Sang ibu yang sedang membereskan piring bekas makan malam mendadak heran. "Loh, justru umi juga mau tanya. Putri gak ngasih kabar emangnya?"

".... Enggak, umi."

Chatnya belum dibaca sampai sekarang. Lebih tepatnya gadis itu mendadak tidak bisa dihubungi. Rumahnya kosong sejak kemarin.

Hari ini, anak itu juga absen. Untungnya sekolah masih dalam rangka merayakan kemerdekaan. Padahal yang Theo tau, Putri ingin sekali melihat Bella melakukan story telling di lomba hari kedua tadi. Bella sedikit kecewa karena supporter terdepan nya tidak hadir. Tapi lagi-lagi, Theo tidak bisa membantu.

"Gak lagi marahan kan, kang?"

Theo menepis nya dengan menggeleng cepat. Mereka baik-baik saja.

Iya kan?

📖

Drap!drap!drap!

Langkah kakinya semakin lama semakin melambat. Nyatanya mau jalan terburu-buru atau tidak, matahari sudah terlanjur naik. Keadaan gerbang sekolah yang bisa dibilang sangat sepi dari biasanya, adalah sesuatu yang ia belum pernah rasakan.

Ternyata seperti ini rasanya baru sampai di sekolah setelah jam masuk sudah berlalu jauh.

Dan sepertinya, dia menjadi yang paling akhir dari antara segelintir siswa yang melakukan pelanggaran tersebut.

Pak satpam memang membukakan gerbang supaya ia bisa melangkah masuk. Tapi tidak lama setelah itu, matanya bisa langsung menangkap seseorang yang dikenal, sedang mengawasi siswa-siswa yang tengah menjalani hukuman.

Dari mulai memungut sampah, lari mengitari lapangan, sampai olahraga fisik lainnya harus dilakukan supaya mereka bisa lanjut masuk ke kelas.

Dan ya, mereka telah menyelesaikan hukumannya.

Yang tersisa hanya tinggal Putri, yang keberadaannya belum disadari oleh sesosok yang bertubuh lumayan tinggi itu sejak tadi, terkecuali setelah si gadis  berdeham pelan.

Meski merasa heran pada awalnya, namun anak itu tetap berbicara santai seperti biasa. "Eh? Abis dari negeri mana nih?"

"Sorry, hari ini gue telat."

"Santai, gue tau kok tiap manusia ga luput dari kesalahan, " katanya sambil membuka buku keramat itu kembali. "Udah siap lari?"

"Hah?.... Beneran harus lari?"

"Iya lah, aturannya kan gitu."

"Bukannya lari itu hukuman buat-/"

"Lima keliling dimulai dari sekarang, Go! Kalo berhenti gue tambahin lagi kelilingnya, plus gue laporin pak Yanto."

Gadis itu menekuk wajahnya, tidak bisa menolak. Segera menyimpan tasnya di pinggir lapang, gadis itu kemudian mulai berlari.

Seperempat lapangan, setengah lapangan, ia terus berlari tanpa mengurangi kecepatan.

Arjuna tersenyum simpul. Dilihatnya jam ditangan yang menunjukan pukul delapan pas. "Pak," ujarnya memberi kode supaya pak satpam segera mengunci gerbang. Artinya sekarang sudah tidak ada lagi toleransi bagi siswa yang telat.

"Siap!" jawab pak satpam, tidak peduli jika ada siswa lain yang baru datang, sama seperti Arjuna. Fokusnya kembali ke sesuatu yang terus bergerak mengitari lapang.

"Satu!" hitungnya.

Terkesan jahat bukan?

Tapi nyatanya, anak itu malah ikut menyusul si gadis dari belakang.

"Kalo kesusul, puterannya nambah satu ya!" candanya.

"Enak aja!" ujar Putri, menambah kecepatan larinya.

Namun, mudah saja bagi laki-laki itu menyusul cepat. Arjuna bahkan bisa menyeimbangkan tubuhnya meski ia tidak nelihat kedepan, hanya demi menyamakan langkahnya dengan perempuan di sampingnya yang akan terus ia ganggu.

"Kenapasih harus lari?! Gak mungut sampah aja?" protesnya.

"Kenapa ya??" katanya sok berpikir. "Yang pertama, karena kalo sampahnya lo pungutin tar yang lain gak kebagian mungutin sampah. Kalo orang lain bisa, kenapa harus lo?"

"Bilang aja mau nyiksa gue pagi-pagi, kan? Gue liat yang sebelumnya gak di suruh lima keliling."

"Eh? Lo tuh harusnya bersyukur gue ajak olahraga. Theo aja suka olahraga. Makanya gue bantuin biar kalian semakin menjadi couple goals"

"Apa?!"

"Nah kan galaknya udah sama," gurau Arjuna, mempercepat langkahnya menjauhi Putri yang mulai terpancing geram.

"Arjuna!"

4 keliling terlewati.

Putri menyerah, ia tidak mau menggerakkan kaki nya lagi untuk mengitari lapangan sekolah yang luasnya lumayan.

Sembari mengatur napas, ia malah mendapati laki-laki itu malah tidak berhenti lari mengelilingi lapangan sampai putaran kelima.

Jadi yang dihukum itu siapa?

"Buset, capek juga ternyata, " ujarnya yang baru menyingkir ke tepi lapangan.

Ya lo pikir aja, namanya juga lari- batin Putri.

Penasaran dengan aturan selanjutnya, perempuan itu mulai bertanya disela mengatur napas. "H-habis ini apa?"

"Habis ini? Minta surat izin ke Pak Yanto."

"Kok? Pak Yanto?"

"Ya soalnya guru piket hari ini Pak Yanto."

".... Harus banget pake surat izin?"

"Yaiyalah, Ratu. Tingkat telat lo itu udah stadium akhir," jawab Arjuna sambil berkacak pinggang.

Gadis itu memutar bola matanya. "Nama gue Putri. Lagian, gara-gara lo juga gue makin telat ke kelas."

"Dih, orang tugasnya gitu. Semua OSIS yang kebagian jaga juga pasti gini lah."

"Aren kayaknya enggak," balasnya  pelan.

"Apa?? Siapa??? Ulang lagi coba??"

"Enggak."

Mulai detik itu, sepertinya kedua pihak mulai memasang bendera perangnya masing-masing. Selama beberapa detik keduanya sama-sama memicingkan mata satu sama lain.

"Cukup istirahat nya, masih baik gue mau nganter lo ke Pak Yanto. Bisa berdiri sendiri kan? Jangan manja minta gue bantu juga."

"Gue gaada minta apa-apa. Lo mau pergi, ya pergi aja. gue bisa sendiri, " balas Putri, berjalan mendahului Arjuna.

"Gitukah? Gak masalah sih.... Betewe meja piket bukan ke arah sana. Udah paling bener gue anter. Gue curiga lo jadi amnesia gara-gara ga masuk sekolah dua hari. "

"Sembarangan!"

📖

"Theo! Ieu tugas kumaha?"

Theo yang sebelumnya cukup serius menatap keluar jendela, seolah-olah menyadarkan lamunannya saat Kalandra memanggilnya gusar.

"Tinggal kerjakeun," jawabannya singkat.

Kalandra menghela napas. "Gabisa basa enggres."

"Dipelajari lah Ndra, masih mending belum bahasa Arab juga."

"Sorry, i'm Sunda pride. Can you help me to translate this? And this and this? I'm not paham," ujar Kalandra dengan logat Sunda nya.

Dari kelompok sebelah, Alpharen ikut menyuarakan pendapatnya setelah mendengar itu. "Lo mau tau caranya biar bisa ngerti bahasa Inggris diluar kepala?"

"Gimana tuh?"

"Buku Inggris lo dibikin jus, terus lo minum."

Beberapa yang mendengar ikut tertawa. Meskipun kalau dipikir-pikir lagi cukup membosankan, tapi lumayan untuk hiburan di pagi hari sebelum Pak Yanto datang.

"Heh! Lu coba aja sendiri sono." Omel Kalandra.

Theo menggeleng melihat kelakuan teman-teman sekelasnya. Ia mulai mengambil kertas soal bahasa Inggris itu untuk membantu Kalandra menyelesaikan tugas kelompok mereka, sekalian melupakan apa yang dilakukannya sebelumnya.

📖

"Kok gak ada ya?"

Putri menaik-turunkan bahunya. Seperti yang keduanya lihat, meja piket kosong. Tidak ada siapapun disana.

"Kayaknya... Pak Yanto udah ngajar di kelas gue, " bilang Putri.

"Loh, jadwal pagi ini ke kelas lo ternyata. Yaudah kalo gitu."

Gadis itu agak kebingungan. Maksudnya 'yaudah' apa?

"Jadi gue langsung ke kelas aja nih?"

"Lo mau tambah dipermalukan didepan temen-temen lo? Minta surat izin pribadi aja udah bahaya, apalagi main masuk pas dia ngajar? Kemaren aja temen gue........... "

Dan masih banyak lagi, Arjuna dengan segudang informasinya.

"Yaudah maaf, gue kan gak tau. Terus sekarang gimana?"

Setelah berfikir sejenak, laki-laki itu berkata, "Info kelas gue jamkos sih, lo maen kesana aja."

"Gila kali lo, ngapain?!"

"Kenalan? Lo belom kenal kan sama temen-temen gue?"

"Gausah aneh-aneh deh, tau gitu gue milih gak akan sekolah aja hari ini."

"Nah itu, yaudah, gue anter lo balik lagi ke gerbang buat balik."

Putri menghela napas. Selama beberapa detik gadis itu melayangkan tatapan seriusnya.

"Iya-iya sorry, gue serius sekarang. Lo mau ngelanjutin sekolah tanpa kena semprot Pak Yanto, kan? Ikut gue," kata Arjuna memimpin jalan.

"Gak ke kelas lo atau mabal keluar sekolah kan?"

"Nggak." "Paling... Bolos jam pertama doang. "

"Terus nanti absen gue gimana?? Pak Yanto gimana? Kalo ketauan terus gue kena masalah gimana?"

"Ck! Udah, lo sama gue ini. Gak akan ada yang berani macem-macem," katanya penuh keyakinan, meski diakhir ia akhirnya menyadari. "Kecuali
Theo."

Dan jadilah Arjuna yang gusar sendiri. "Dikasih kesempatan bolos gak mau. Mentang-mentang ceweknya Theo,-/"

"Apa lo bilang??!"

📖

Drap! Drap! Drap!

Sepasang kaki itu berjalan dengan cepat di koridor, melewati kelas-kelas dengan beberapa kerumunan siswa yang masih berbincang setelah jam belajar selesai.

Meski sudah terhitung kurang lebih lima jam lamanya, ia masih merasa kesal semenjak jam istirahat pertama.

Bagaimana tidak, selepas Arjuna mengantarnya ke kelas setelah menjalankan misi rahasia, gadis itu mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan dari teman dekatnya.

"Theo-/"

"Ngapain aja sama Juna?"

Itu kalimat pertamanya, dibarengi dengan nada yang.... Seharusnya dia bisa mengganti semuanya dengan yang lebih baik untuk di dengar .

Atau bila memang suasana hatinya sedang tidak baik, mungkin ia bisa menunggu Putri selesai bicara.

Akhirnya, niat gadis itu untuk menceritakan semuanya dari awal, hilang sudah. Dan ya, kalimat nya itu cukup menyinggung hingga sekarang.

Mungkin saran Arjuna tadi ada benarnya juga. Bagaimana kalau seharusnya ia memilih pulang saja sejak tadi.

"Theo!"

Perempuan blasteran jepang itu berlari kecil, menghampiri Theo yang terpaksa berhenti dikala mengejar seseorang.

"Anter ke Pak Yanto dulu yuk.... Ngumpulin tugas kelompok."

"Aduh Na, boleh sama yang lain aja nggak? Sama Aren gitu?"

"Aren udah pulang duluan, Theo. Tapi....lo lagi buru-buru ya? Yaudah gapapa, gue sendiri aja." Haruna mengalah.

"Enggak, ayo gue anter."

"Ehh, kalo terpaksa gausah, saya bisa sendiri ya pak ketua," kata Haruna.

"Udah, saya tau anda takut di hap sama Pak Yanto."

"Wah gak seru, jangan bongkar kartu dong."

Theo tertawa pelan. Ia membiarkan Haruna berjalan mendahuluinya. Sementara ia dengan cepat mengotak-atik telepon genggam, meng-klik sebuah nama kontak yang berada tidak jauh dari urutan atas.

ARJUNA
00:01

"HALO?"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, why what's wrong ada berita apa?"

"Lo di parkiran?"

"Heu'euh, karek ge diuk di motor. Napa? Mau numpang balik? Gue tunggu."

"Engga, gue mau nitip pesen. Kalo Putri nyampe sana, suruh tungguin gue."

"Lah? Si Putri kan gak bawa motor hari ini?"

"....Oh iya?"

"He'em, lo gak-/"

"Oke makasih, assalamualaikum."

Panggilan terputus. Lagi-lagi anak itu menghela napas.

.
.
.
.
.


Asiiik besok agustusan! Eh, ada yang baru ulang taun nih.... Biasanya Anak Kamis AU suka ngerayain HBD di GC.

Kalau kata Juna,

'Congrats Repeat Year,
Congrats Repeat Year,
Congrats Repeat Year,
Congrats Repeat Year,
(Pake nada hepibesdey tuyu)

Kangen ga sih sama Beo sampe si Anak Kemarin Sore?

Ngomong-ngomong, sebenernya sejarah ke bentuknya Anak Kamis itu... Eh, salah book ya??

Lanjut di sebelah aja dehh, hehe...
(Mampir yhh)

Pokoknya, hepi Kai day!

Continue lendo

Você também vai gostar

98.5K 16.8K 25
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
617K 61.2K 48
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
48K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
464K 8.6K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.