Mrs 30

By nyonyahcullen

651K 33.1K 782

Ghendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilk... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Bab 7
Delapan
Sembilan
10
Sebelas
Dua Belas
Empat belas
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27 (revisi)
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40

Tiga Belas

16.5K 874 10
By nyonyahcullen

         Ghendis termenung menatap kamarnya, rasanya sangat berat untuk meninggalkan tempat teramannya. Tangannya memegang koper dengan erat, wajahnya nampak sangat tenang, namun tidak ada yang tahu jika hatinya berkelut kesah. Ada rasa takut dengan pilihannya.

Namun, mengingat dirinya selalu direndahkan, dianggap tidak berguna, menguatkan tekadnya dengan apa yang dipilihnya.

Ia tidak tahu bagaimana ke depannya, tetapi setidaknya saat ini ia mengambil langkah sesuai dengan pilihannya.

Menghela nafas, Ghendis keluar dari kamar. Ia melihat Bi Ema yang sedang mencuci piring di dapur dan mengangguk sopan ke arahnya, Ayahnya sudah berangkat kerja tadi pagi, Chitra juga sudah berangkat, adik bungsunya Abi setelah sarapan pergi ke rumah temannya, dan Mama....

Ghendis melirik Ibunya yang sedang duduk di sofa dengan pandangan lurus menuju TV. Ibunya sama sekali tidak menoleh ke arahnya, bahkan sejak pagi Ibunya tidak mau berbicara dengannya.

Ia tahu jika Mama tidak suka dengan keputusannya. Mama memiliki pemikiran jika anak perempuan yang belum menikah tidak boleh keluar dari rumah. Karena itulah Chitra hingga saat ini tinggal bersama mereka, padahal tempat kerja Chitra harus menempuh satu jam lebih.

Namun Ghendis merasa ia sudah tidak nyaman berada di rumah. Melihat pandangan orang kepadanya membuatnya merasa semakin rendah akan dirinya sendiri.

"Ma, Aku pergi dulu." Ujar Ghendis.

Mamanya tidak menjawab apapun, bahkan tidak menoleh kepadanya. Ghendis menatap kembali Ibunya dan akhirnya menyerah. Ia memantapkan langkahnya dan keluar dari rumah.

Ketika Ghendis hendak membuka pagar rumah, ia terkejut dengan kehadiran mobil range rover biru di depan rumahnya. Lelaki yang ia kenal turun dari mobil tersebut dan membukakan pintu untuknya.

"Silahkan Nona Ghendis,"

Ghendis mengangguk dan ketika ia hendak masuk, matanya melotot melihat dua orang yang tidak ia sangka.

"Tante!!" Akira menyambutnya dengan senyum lebar.

Ghendis tidak menyangka jika Akira ikut menjemputnya bahkan bersama Ayahnya yang hanya mengangguk sebagai tanda sapa. Ghendis duduk di sebelah Akira dan anak itu langsung duduk di pangkuannya, memeluknya erat.

"Dia enggak sabar ketemu kamu dari bangun tidur." Ucap Hiro dengan wajah dingin.

Ghendis memeluk Akira, mencium harum shampo dari rambut anak itu. Memandang Hiro sebentar, bingung harus berbicara apa.

Ghendis teringat sesuatu. Ia mengambil tupperware di dalam tas ranselnya dan membukanya. Pizza yang sudah ia hangatkan tadi pagi. "Mau?" tanya Ghendis pada Akira.

Akira mengangguk dan Ghendis dengan segera menyuapinya. Ghendis melirik Hiro yang menatapnya. "Bapak, mau?"

"Saya sudah kenyang."

...

Ghendis, Akira dan Hiro turun dari mobil. Tanpa kata Hiro memimpin mereka jalan, di mana Ghendis menggendong Akira di sebelahnya. Sekilas dari pandangan orang lain mereka tampak seperti keluarga yang tengah berjalan santai.

Mata Ghendis menatap kolam renang besar di tengah perumahan, matanya berbinar dan ia berencana untuk membawa Akira berenang di sana. Sudah lama juga ia tidak berenang.

"Berat?" tanya Hiro tiba-tiba.

Ghendis terdiam sesaat, sejak awal berangkat Akira terus duduk di pangkuannya dan menempel padanya. Entah sudah berapa lama tangannya kaku memeluk Akira dan ia memang merasa pegal.

Ghendis melirik Akira yang semakin mengeratkan pelukannya di leher Ghendis, seolah anak itu tidak ingin berpisah darinya. Ghendis menatap Hiro yang juga menatapnya, namun pria itu dengan cepat membuang muka.

"Ayo biarkan aku menggendongmu." Bujuk Hiro mencoba mengambil Akira namun anak itu mengacuhkannya. Hiro memegang kedua sisi tubuh putranya, pria itu sedikit gugup begitu mencium aroma parfum lembut dari tubuh Ghendis. "Kare no te ga anata o hakobu no ni kizutsuitanode kare o dōjō shi nasai (biarkan aku menggendongmu, kasihan dia karena tangannya sakit harus menggendongmu)"

"Shitakunai! (aku tidak mau!)" rengek Akira.

Ghendis mengerutkan kening karena ia sama sekali tidak mengerti percakapan kedua orang di hadapannya. Namun yang ia tahu jika tubuh Hiro semakin dekat dengannya membuatnya merasa canggung.

"Anata ga kono yō ni meiwakuna baai, kare wa sugu ni sari, anata ni au koto wa arimasen (kalau kamu menyebalkan seperti ini, dia akan segera pergi dan tidak akan bertemu dengan kamu)"

Akira tampak menegang di pelukan Ghendis. anak itu akhirnya berbalik menatap Hiro dengan wajah cemberut yang menggemaskan, sementara Hiro sedikit melengkungkan bibirnya seakan tanda kemenangan. "Tante aku mau tulun!" pinta Akira sambil menepuk pelan pipi Ghendis.

Ghendis tersenyum dan menurunkan Akira. Mata Ghendis melirik Hiro. "Bapak yang nyuruh Akira turun dari gendongan saya?"

"Kenapa? Mau ngomel?"

Ghendis menggeleng bingung, tadinya ia ingin mengucapkan terimakasih tapi menjadi jengkel dengan respon sewot pria itu. Ghendis menatap Akira yang tampak cemberut, badan gadis itu membungkuk sejajar dengan Akira dan membisikkan sesuatu yang membuat wajah Akira tersenyum lebar dan mengangguk.

"Bilang apa?" tanya Hiro ingin tahu.

"Ajak main."

"Ke mana?"

Ghendis sedikit kesal dengan kekepoan duda di sebelahnya ini. Masa apa-apa harus dilaporin sih? Apakah Ayahnya Hiro takut ia menculik Hiro?

"Kenapa kamu melihat saya?"

"Saya belum tahu nama Bapak."

Hiro berhenti berjalan, menatap kaget Ghendis. "Kamu masih belum tahu siapa saya?"

Ghendis menatap bingung.

Hiro terlihat geli menatap gadis menarik itu. "Hiro, nama saya Hiro."

"Pak Hiro," ulang Ghendis.

Hiro mengerutkan alis, merasa tidak nyaman dengan Ghendis yang memanggilnya 'Pak'. Namun pria itu menatap datar dan kembali berjalan sambil berpikir mengapa moodnya terasa tidak baik.

Akhirnya mereka berhenti di sebuah rumah bercat putih yang letaknya tidak jauh dari gerbang rumah Hiro. "Mulai sekarang ini menjadi tempat tinggal kamu."

Ghendis menatap kagum pada rumah model eropa di mana lantai lebih tinggi sehingga terdapat tangga di teras rumah yang bisa dijadikan tempat nongkrong. Dari depan sudah berwarna putih dengan kusen berwarna hitam memberikan kesan klasik khas eropa dan terdapat jendela loteng yang menjadi khas rumah klasik tersebut.

Hiro membuka pintu rumah dan mempersilahkan Ghendis untuk masuk ke dalam. Masuk ke dalam rumah, mereka terhubung dengan lorong. Membuka sepatu, mengganti dengan sandal rumah mereka masuk ke dalam rumah. mata Ghendis semakin berbinar dengan penampakan ruang tamu yang di hiasi lampu kristal di tengah rumah. perabot besar berwarna krem dan beberapa lukisan tergantung. Lantai ruangan tampak tertutup marmer putih dengan aksen keabuan yang begitu menawan.

"Winda," panggil Hiro.

Seorang wanita berusia 40 tahuna dengan seragam pelayan berwana hitam putih datang menghampiri dan menundukkan kepala tampak hormat pada Hiro.

"Ya Tuan."

Hiro menatap Ghendis. "Ini Winda, saya tugaskan dia untuk mengurusi segala kebutuhan kamu. Nanti saya tambahkan dua ART lagi untuk menemani. Apakah cukup?"

 Ghendis hampir tersedak dengan ludahnya sendiri. Dua ART lagi? Ia harus tinggal dengan orang asing?

"Pak saya rasa, kebutuhan saya enggak sebanyak itu sehingga membutuhkan banyak ART! Anu.. saya bisa mengurus diri saya sendiri dan bahkan saya terbiasa mencuci baju saya atau memasak. Jadi, apa enggak bisa saya tinggal sendiri?"

Hiro berpikir sesaat, membayangkan gadis ini tinggal sendiri... "Terlalu berbahaya. Kamu harus ditemani, malah saya ingin membawa semua pekerja saya untuk tinggal bersama kamu."

"APAA??"






Cusss langsung ke Karyakarsa yaaaa... udah tamat lho! dan mulai update sekuelnya hehehe

Continue Reading

You'll Also Like

764K 77.2K 35
Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putra, ternyata Starky belum juga bisa usai...
1.1M 55.4K 38
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
575K 54.9K 123
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
565K 79.9K 35
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...