FLOWERSTAR - [Regulus Black]

By luzzoei

20K 3.1K 484

"Jika aku harus berhadapan dengan semua orang gila itu agar kau bisa tinggal di dunia yang damai, maka aku ak... More

Bab 1: The Next Heir of Black
Bab 2: Back To Hogwarts
meet them
Bab 3: The Flower
Bab 4: Pekan Hogsmeade
Bab 6: Ular, Elang dan Singa
Bab 7: Pesta Slug Club
Bab 8: Afterglow
Bab 9: Astronomy Tower
Bab 10: Pure-Blood
Bab 11: Knockturn Alley
Bab 12: The Mark
Bab 13: Hogwarts
Bab 14: Helios
Bab 15: Forever & Always
Bab 16: Bloody Christmas
Bab 17: Heart of the Lion
Bab 18, King: The King
Bab 19: Beautiful Flower
Bab 20: Us
Bab 21: Midnight Rain
Bab 22: The Darkness Comes
Bab 23: The Great War
Bab 24: Timeless

Bab 5: Potions Partner

918 157 6
By luzzoei

15 Desember 1976

Suasana kamar asrama Slytherin itu sangat kacau, dengan baju dan perkamen yang berserakan. Suara umpatan berkali-kali terdengar membuat siapapun yang melewati kamar mereka akan tahu bahwa sedang ada perkelahian yang terjadi di kamar itu.

"Sial Evan, Bantu aku bodoh," Barty berteriak marah kepada pemuda yang sedang duduk di tempat tidurnya.

"Kenapa kau hanya meminta padaku? Minta pada Reg juga!" Evan berteriak sama marahnya.

"Reg sudah membersihkan bagiannya, sekarang ini hanya tersisa milikmu dan aku, sialan!"

"Minta saja pada peri rumah Hogwarts!"

"Kita tidak dapat melakukannya, idiot!"

Regulus memutar matanya malas mendengar teriakan marah yang bersahutan terus menerus. "Silencio." Regulus mengarahkannya tongkatnya bergantian ke arah Barty dan Evan.

"Diam dan perhatikan bagaimana aku membereskan, dasar idiot," Regulus berkata datar, mengarahkan tongkatnya kearah baju dan perkamen yang berserakan.

Evan mendengus begitu mantra Silencio telah pudar, "aku tidak akan melakukan itu, itu pekerjaan peri rumah," katanya acuh.

"Kau tidak perlu melemparkan Silencio padaku! Lakukan saja pada si bodoh Evan!" marah Barty.

Evan baru akan membalas tajam perkataan Barty ketika pintu kamar mereka terbuka dengan keras, menampakkan Prefect Slytherin yang sedang menatap mereka dengan cemberut.

"Cepat keluar kalian bertiga, jangan sampai tertinggal Hogwarts Express!"

"Oh Nott, jangan cemberut seperti itu, tidak baik cemberut didepan adik iparmu ini," goda Barty menepuk pundak Evan membuat baik Evan ataupun Nott mendengus kesal.

Evan mendengus jijik dan menatap tajam pemuda Nott, "seolah dia akan menikahi kakakku," ujarnya singkat lalu pergi keluar dari kamar mereka.

"Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Barty kepada Regulus yang tengah menatap datar kearahnya.

Regulus menyeret kerah jaket hitam milik Barty dan berjalan keluar menuju Great Hall untuk berkumpul dengan siswa Hogwarts lainnya. Regulus telah melepaskan kerah jaket Barty ketika ia berjalan menuju Evan yang sedang duduk di meja Ravenclaw bersama dengan Pandora dan Edelweis didepannya.

"My flower Edelweis, kau benar-benar tidak akan ikut kami untuk liburan dan merayakan natal dirumah Dora?" tanya Barty begitu ia dan Regulus telah mendudukkan diri mereka disamping Evan. Mereka bertiga memang memilih untuk pulang kerumah Pandora pada kesempatan kali ini.

Edelweis tersenyum penuh permintaan maaf dan berkata, "maafkan aku karena tidak bisa bergabung dengan kalian berempat, keluarga Macmillan ingin aku ada bersama mereka kali ini."

"Jangan membuat Edellie merasa bersalah seperti itu Barty!" seru Pandora marah, "jangan pikirkan apa yang dikatakan bocah menyebalkan itu, Edellie. Aku mengerti keluargamu pasti ingin bersamamu," Pandora tersenyum lembut kepada Edelweis yang juga tersenyum kecil kearahnya.

"Jangan lupa kirimi kami surat, atau Dora akan memarahimu saat kau kembali ke Hogwarts nanti jika kau tidak melakukannya," ujar Evan.

Barty tertawa geli dengan Evan, "Yeah, Dora memarahi Reg di tahun ketiga kami ketika Reg tidak mengiriminya surat saat musim panas," katanya.

Regulus mendengus mengingat kenangan menggelikan itu, Pandora mamarahinya sepanjang tahun ketiga sebelum akhirnya berhenti ketika Regulus membelikan Pandora banyak buku tentang fantastic beast yang salah satunya ditulis oleh Newton Scamander.

"Itu karena dia tidak membalas suratku sama sekali dan membuatku khawatir!" Pandora berseru kesal, wajahnya memerah menahan malu.

Edelweis tertawa mendengarnya, "oh tenang saja, Panda. Aku akan mengirimimu surat setiap hari jika perlu!" ucapnya menggoda Pandora, membuat mereka tertawa keras sedangkan Pandora hanya menatap kesal mereka berempat.


° ° °

25 Desember 1976

"MERRY CHRISTMAS, EVERYONE!" Barty berteriak senang, berlari cepat kebawah dimana Evan, Regulus, Pandora dan orang tua Pandora tengah duduk mengelilingi pohon natal yang telah dipenuhi dengan banyak hadiah natal.

"Apa ini milikku?" Barty bertanya menunjuk hadiah yang ada didepannya. Mrs Moon tersenyum menatap pemuda Crouch itu dan berkata, "Ya, Dear. Itu milikmu."

Mereka dengan cepat membuka semua hadiah yang mereka miliki, natal tidak akan menjadi natal tanpa adanya hadiah.

"BLOODY HELL, INI BRILLIANT! Lihat, Edelweis memberiku sepatu dengan kulit basilisk yang sangat aku inginkan!" Evan berteriak senang, berdiri menunjukkan hadiah dari Edelweis pada semua orang di ruangan itu. Basilisk adalah hewan yang sangat sulit ditemukan, butuh beratus-ratus Galleon untuk mencari kulitnya.

Barty melihat dengan kagum hadiah natal yang diperoleh sahabatnya dari Edelweis, dengan cepat membuka miliknya, "Blimey, ini mengagumkan. Dia memberiku satu set permainan Quidditch!" serunya senang. Mengalihkan fokusnya ke Pandora dan Regulus dan bertanya, "apa yang kalian dapatkan dari my flower Edelweis?"

Regulus menunjukkan hadiah natal dari Edelweis yang berisi satu set perlengkapan keamanan untuk bermain Quidditch dan Alat untuk membuat Ramuan beserta Buku panduan Ramuan tingkat lanjut, "Dia sangat tahu yang kita perlukan," gumam Regulus.

"Dora, ada apa?" tanya Tertius Moon melihat putrinya yang hanya diam saja memandangi hadiah natal miliknya.

Pandora kini mengalihkan pandangannya dan mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu tersenyum lebar, "Edellie memberikanku miniatur Thunderbird dan Demiguise, ini menakjubkan! Aku selalu ingin membeli ini tapi ini hanya bisa didapatkan disalah satu tokoh sihir yang berada di Amerika, Aku ingin memeluknya sekarang!" Pandora menunjukkan hadiah natal miliknya yang sekarang bisa terbang, membuat gadis itu memekik senang.

° °

"Woah, siapa yang memberikanmu itu?" tanya pemuda dengan surai kecoklatan kepada sang adik yang kini tengah memegang sarung tangan biru keperakan dengan bunga edelweiss dan berlian-berlian kecil yang menghiasinya.

Edelweis mendengus memandang sang kakak, berseru malas, "tidak usah tahu, Edric!"

Pemuda dengan panggilan Edric itu menyeringai, "MUM! EDELLIE MEMILIKI KEKASIH," teriaknya pada sang ibu yang berada di ruangan lain.

Edelweis dengan cepat melemparkan bantal yang berada disampingnya kepada Edric yang tengah tertawa keras, "Aku. tidak. memiliki. kekasih. kau. sialan," desisnya jengkel.

° ° °

22 Januari 1977

Libur natal dan tahun baru telah selesai, mereka telah kembali ke Hogwarts satu minggu yang lalu dan sudah mulai kembali belajar untuk O.W.L yang akan dilaksanakan akhir tahun kelima nanti.

Edelweis dan Pandora berjalan cepat ke kelas Ramuan yang berada di menara yang berbeda dari menara Ravenclaw. "Oh Merlin, Profesor Slughorn pasti akan memberikan kita detensi karena terlambat," Pandora berujar khawatir ketika mereka telah sampai didepan kelas ramuan.

"Tidak akan, Panda. Ayo," ajak Edelweis memasuki kelas ramuan terlebih dahulu, semua mata melihat mereka begitu mereka membuka pintu kelas itu.

"Ah anakku Edelweis, Masuk masuk dan Miss Moon, aku baru akan memulai kelasnya," Profesor Slughorn berujar ramah. Edelweis menganggukkan kepalanya sembari berterimakasih dan meminta maaf, menarik Pandora untuk duduk dibelakang Evan dan Regulus.

Evan melirik mereka dengan penasaran, "kenapa kalian terlambat?" tanyanya penasaran. Edelweis melirik Profesor Slughorn yang tengah menjelaskan mengenai kelompok ramuan yang akan dibuat, "akan aku jelaskan nantinya," jawabnya berbisik.

"Setiap kelompok akan terdiri dari dua oramg yaitu seorang dari Slytherin dan Ravenclaw, itu berguna untuk meningkatkan kerjasama antar Asrama," Profesor Slughorn melanjutkan, "aku akan menyebutkan nama-namanya, setiap kelompok yang disebutkan sekarang akan bekerja sama untuk membuat ramuan tingkat lanjut sebagai syarat untuk mengikuti OWL."

Edelweis mendengarkan dengan seksama begitu Slughorn menyebutkan nama-nama orang yang akan menjadi menjadi partner ramuan sampai OWL nanti.

"Lalu, Evan Rosier dan Pandora Moon. Dan terakhir, Regulus Black dan Edelweis Macmillan. Itu dia yang akan menjadi partner kalian, bekerja samalah dengan baik anak-anakku," ucap Profesor Slughorn, melipat perkamen yang ia bawa dan lanjut berkata, "berkumpulah dengan partner kalian, sekarang kita akan membuat Calming draught."

Edelweis mendudukkan dirinya disamping Regulus yang kini tengah menatapnya, "aku tidak akan mentolerir segala kesalahan saat pembuatan ramuan nanti, Macmillan." Regulus berujar datar, Edelweis mendengus mendengar ucapan peringatan dari pemuda itu.

"Seolah aku pernah membuat kesalahan dalam pembuatan ramuan," cibir Edelweis, Regulus mengangkat bahunya tidak peduli, "itu hanya sebuah tindak pencegahan," ucapnya.

Edelweis memilih untuk menghiraukan ucapan pemuda itu, mendengarkan dengan saksama penjelasan Profesor Slughorn mengenai calming draught atau ramuan penenang, ramuan itu digunakan untuk menenangkan seseorang setelah mereka mengalami syok, trauma, atau ledakan emosi.

"Sekarang anak-anakku, kita akan mulai membuatnya," ujar Profesor Slughorn, semua peralatan untuk membuat ramuan telah muncul di meja para siswa.

Edelweis mengambil bukunya, membaca bahan apa saja dibutuhkan untuk membuat Calming draught, "kita membutuhkan lavender, hati buaya dan peppermint," Edelweis membacanya dengan saksama dan melihat kearah Regulus yang sudah pergi mengambil bahan-bahan tadi.

Regulus kembali membawa beberapa bahan ramuan yang dibutuhkan, meletakkannya diatas meja, "aku pernah membuat ramuan ini, kau ambilah lavender dan pisahkan bunganya lalu iris kecil-kecil. Aku akan mengurus hati buayanya." perintah Regulus.

Edelweis melakukan yang diperintahkan Regulus, memisahkan bunga lavender dari batangnya dan mengirisnya sekecil mungkin. Melirik kecil Regulus yang tengah serius mengeprek hati buaya dengan daun belati perak miliknya.

"Aku akan memasukkan lavender ini dalam kuali dan mengaduknya, kau masukan hati buaya jika aku sudah mengaduk sebanyak 10 kali," ucap Edelweis, memasukkan lavender kedalam kuali dan mengadukannya terus menerus.

Adukan kesepuluh telah selesai, Regulus dengan cepat memasukkan hati buaya yang telah mengeluarkan banyak cairan hitam, "bisakah kau aduk lagi sebanyak 5 kali? kita akan memasukkan sedikit peppermint jika sudah," ujar Regulus, melihat ramuan milih mereka yang mulai berubah warna kecoklatan.

"Bukankah dalam buku membutuhkan setidaknya 10 daun peppermint?" tanya Edelweis.

"Tidak, 3 atau 4 sudah cukup, itu sudah menghasilkan sedikit minyak peppermint yang kita butuhkan. Jika menggunakan 10 daun, itu akan terlalu banyak menghasilkan minyak peppermint dan akan membuat peminum merasakan sensasi terbakar dimulutnya," jelas Regulus.

Edelweis menganggukkan kepalanya mengerti. Di seberang meja, Barty mengutuk pelan. Ramuannya tampak seperti lumpur coklat yang sangat kental dan mengerikan. Edelweis mencuri pandang ke arah sekitarnya. Sejauh yang dilihatnya, banyak anak lain yang kesusahan mengurus hati buaya yang merupakan salah satu bahan dari ramuan.

"Aku sudah mengaduknya sebanyak 5 kali, kau bisa memasukkan peppermint itu," Edelweis berujar, menghentikan mengaduk ramuan yang berubah menjadi coklat terang. Regulus tanpa ragu memasukkan peppermint itu kedalam ramuan milik mereka, kini ramuan itu telah berbau peppermint dengan sedikit bau lavender.

"Bagus sekali, anakku. Berapa peppermint yang kalian gunakan?" tanya Profesor Slughorn pada mereka, memperhatikan ramuan yang telah selesai dibuat.

"3 daun, Sir" Regulus menjawabnya dengan tenang.

"Brilliant, anakku. Ah kalian selalu menjadi yang terbaik dikelasku, 25 poin untuk Slytherin dan Ravenclaw." puji Profesor Slughorn senang, berjalan pergi melihat anak yang lain.

Barty mendekati Edelweis dan Regulus begitu Slughorn sudah pergi, "bagaimana kalian melakukan itu?" tuntut Barty, rambut coklat terangnya telah acak-acakan.

"Baca saja bukumu, Barty," jawab Regulus.

"Aku sudah melakukannya, tapi ramuan itu menjadi mengerikan!"

"Cukup gunakan tiga bahan yang paling atas, jangan gunakan dua lainnya," ucap Edelweis, telah bergabung dengan percakapan dua pemuda Slytherin itu.

Barty mengerutkan keningnya dan bertanya, "maksudmu cukup lavender, hati buaya dan peppermint?", Edelweis menganggukkan kepalanya. Barty langsung kembali kemejanya begitu telah mengetahui jawaban dari Edelweis.

"Apakah ada bahan lain selain tiga tadi di buku?" tanya Regulus bingung.

"Ada kacang hitam dan merah, tapi kacang-kacangan akan sulit untuk memberikan efek penenang,"

"Aku baru tahu ada bahan itu dalam pembuatan ramuan penenang, kacang hitam dan merah bisa dipakai akan tetapi akan sulit untuk digunakan dalam membuat ramuan penenang." gumam Regulus bingung. Sepanjang dia membuat ramuan penenang, dia hanya memakai lavender, hati buaya dan peppermint saja.

Edelweis mengangkat bahunya tidak tahu, berjalan keluar kelas ramuan bersama dengan Regulus disampingnya. "Kau hendak kemana? Perlukah kita ke perpustakaan untuk mendiskusikan ramuan apa yang kita buat nanti?" tanya Edelweis kepada pemuda Black disampingnya.

Regulus menganggukkan kepalanya, "kita lakukan sekarang saja," jawab Regulus.

Mereka berjalan beriringan menuju perpustakaan yang berada di menara lain yang tak jauh dari menara kelas ramuan. "Bagaimana kau tahu mengenai ramuan penenang?" Edelweis bertanya penasaran.

Regulus menunjukkan buku yang tengah ia pegang, itu adalah buku yang Edelweis berikan setelah pekan Hogsmeade dimana Edelweis marah padanya. "Buku darimu, aku telah mencoba membuat berbagai ramuan dari buku ini di tempat pembuatan ramuan asrama Slytherin," jelas Regulus.

"Aku sangat iri kepada Slytherin yang memiliki tempat untuk membuat ramuan," Edelweis berkata iri.

"Bukankah Ravenclaw memiliki perpustakaan pribadi? Itu lebih menakjubkan dari tempat pembuatan ramuan," Regulus berkata acuh.

Edelweis tertawa kecil, berjalan memasuki perpustakaan dengan Regulus dan mendudukkan dirinya di kursi yang berada dekat pintu masuk bagian terlarang.

"Ada ide ramuan apa yang akan kita buat?" tanya Edelweis kepada Regulus yang duduk didepannya.

Regulus membuka buka ramuan tingkat lanjut miliknya yang merupakan hadiah natal dari gadis yang duduk didepannya, menunjukkan kepada Edelweis lembar yang berisi daftar ramuan tingkat lanjut, "Polyjuice dan ramuan pelupa, itu yang kupilih," Regulus berkata tenang.

"Akan berbahaya jika kita menyeduh ramuan pelupa tanpa bantuan ahli ramuan, bahkan lebih buruk lagi ramuan itu akan berdampak pada kita meskipun kita tidak meminumnya," Edelweis melanjutkan, "dan Polyjuice, ini mungkin rumit dan Knotgrass yang dipetik pada malam bulan purnama, bulan purnama bulan ini telah terlewat, kita harus menunggu bulan purnama bulan depan."

"Ya, dan itu memberi kita waktu untuk merebus serangga sayap-renda," ujar Regulus, menunjuk pada cara pembuatan yang pertama. Dimana disitu tertulis untuk merebus serangga sayap renda selama 21 hari.

Edelweis menganggukkan kepalanya setuju, "baik kalau begitu, kita pilih Polyjuice," finalnya, "kapan dan dimana kita akan membuatnya?" tanya Edelweis.

"Pertama-tama kita akan mencari bahan ramuannya terlebih dahulu, aku akan meminta peri rumahku untuk mencarinya. Dan tempat membuatnya, kita bisa memakai tempat pembuatan ramuan di asrama Slytherin," Regulus melanjutkan, "ada sekitar 7 ruangan kosong ditempat pembuatan ramuan Slytherin, setiap ruangan memiliki sekat untuk mencegah orang lain selain yang memakainya masuk, jadi aku akan meminta izin kepada Profesor Slughorn terlebih dahulu untuk memakai salah satu ruangan itu."

"Brilliant. Senang bekerja sama denganmu, Black."

Regulus mendengus geli mendengar perkataan gadis itu, "kita bahkan belum mulai membuat ramuannya, Macmillan."

Edelweis mengangkat bahunya acuh, "Hei, bukankah akan ada pertandingan Quidditch antara Slytherin dan Ravenclaw minggu depan?" tanya Edelweis.

"Ya, dan aku akan dengan mudah mengalahkan asramamu."

"Oh, Black, jangan terlalu percaya diri."

"Aku disebut legenda Seeker Slytherin bukan tanpa alasan, Macmillan."

"Baru Slytherin, bukan Hogwarts!"

"Itu akan berubah menjadi Hogwarts ketika aku mengalahkan tim Quidditch Ravenclaw minggu depan."

Edelweis cemberut memandang Pemuda yang masih menampilkan wajah datar didepannya, "Terserah, Black. hanya... Well semoga sukses dan jangan terluka," ujarnya pelan tapi masih mampu
didengar Regulus yang duduk didepannya.

Regulus tertegun mendengar ucapan yang keluar dari mulut gadis itu. Selama ini semua orang hanya akan berkata "semoga sukses" atau "kau akan melalui pertandingan ini dengan mudah" padanya, tidak ada satupun dari mereka yang meminta Regulus untuk jangan terluka. Ucapan yang keluar dari mulut Edelweis mungkin terdengar remeh akan tetapi itu telah membuat dinding tinggi yang Regulus bangun menjadi retak, menunggu untuk dihancurkan.

Continue Reading

You'll Also Like

195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
49.6K 10K 12
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
75K 3.3K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
242K 36.3K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...