FLOWERSTAR - [Regulus Black]

By luzzoei

22.3K 3.3K 492

"Jika aku harus berhadapan dengan semua orang gila itu agar kau bisa tinggal di dunia yang damai, maka aku ak... More

Bab 1: The Next Heir of Black
Bab 2: Back To Hogwarts
meet them
Bab 3: The Flower
Bab 5: Potions Partner
Bab 6: Ular, Elang dan Singa
Bab 7: Pesta Slug Club
Bab 8: Afterglow
Bab 9: Astronomy Tower
Bab 10: Pure-Blood
Bab 11: Knockturn Alley
Bab 12: The Mark
Bab 13: Hogwarts
Bab 14: Helios
Bab 15: Forever & Always
Bab 16: Bloody Christmas
Bab 17: Heart of the Lion
Bab 18, King: The King
Bab 19: Beautiful Flower
Bab 20: Us
Bab 21: Midnight Rain
Bab 22: The Darkness Comes
Bab 23: The Great War
Bab 24: Timeless

Bab 4: Pekan Hogsmeade

1.1K 177 3
By luzzoei

10 Desember 1976


Sudah berlalu lebih dari tiga bulan semenjak Edelweis berada di Inggris dan menjadi siswa Hogwarts. Menjadi seorang Ravenclaw dan mempunyai banyak teman selalu menyenangkan bagi Edelweis. Lalu Common Room Ravenclaw yang megah dengan banyak buku-buku bagus yang tidak mudah didapatkan juga telah menjadi salah satu alasan mengapa Edelweis lebih menyukai Hogwarts daripada sekolah lamanya, Ilvermorny.

Hogwarts benar-benar menakjubkan. Setiap asrama yang memiliki ciri khas masing-masing, kunjungan Hogsmeade, Profesor dan kelasnya yang menyenangkan, teman yang menyenangkan dan banyak hal lagi. Edelweis tidak berpikir bahwa Ilvermorny tidak menyenangkan, akan tetapi jika dibandingkan dengan Hogwarts, maka Hogwarts jauh lebih baik.

"Edellie, bisa kau bantu aku?" tanya Pandora yang tengah berada didepan cermin kamar mereka, setiap Ravenclaw memiliki kamar yang berisikan dua orang dengan perpustakaan kecil didalamnya.

Edelweis berjalan mendekati teman pertamanya di Hogwarts, "kenapa, Panda?" Edelweis balik bertanya, melihat pantulan mereka dalam cermin.

Pandora menyentuh rambut pirang panjangnya yang tergerai halus, "bisakah kau membuat rambutku seperti yang waktu itu? Xeno menyukainya," ujarnya dengan senyum cerah.

"Mau berkencan dengan Xenophilius, begitu?" goda Edelweis, membuat semburat kemerahan muncul di wajah Pandora. "Jangan menggodaku seperti itu, Edellie!" Pandora berkata malu, menutup sedikit mukanya agar tidak terlihat sedang tersenyum senang.

Edelweis tertawa kecil, masih sibuk dengan rambut pirang cantik milik Pandora. "Nah selesai, kau sangat cantik Panda!" puji Edelweis melihat pantulan temannya yang masih tersenyum cerah.

"Terimakasih, Edellie. Ini kencan pertama kami saat pekan Hogsmeade dan itu membuatku khawatir, bagaimana jika aku mengacaukannya?" Pandora bertanya khawatir, senyum cerahnya telah hilang memikirkan banyak kemungkinan buruk saat kencan mereka nanti.

"Panda, tenanglah. Kau tidak akan mengacaukannya," Edelweis menenangkan gadis itu dengan lembut, membuat Pandora mengangguk dengan semangat dan tersenyum cerah lagi. Jika Matahari berubah menjadi manusia, maka itu adalah Pandora.

Pandora memeluk singkat teman satu kamarnya, "terimakasih, Edellie. Apa kau akan pergi dengan Smith?" tanya Pandora.

"Oh ayolah Panda! Aku dan Michael hanya berteman!"

"Aku tidak mengatakan kalian berkencan, apakah kau menginginkan itu?"

Edelweis cemberut menatap temannya. Membuat Pandora tertawa keras. "Aku hanya bercanda, Edellie. Kalau begitu aku akan pergi." Pandora berujar senang lalu berjalan keluar dari kamar mereka.

Edelweis menatap pantulan dirinya dicermin, lalu memakai topi baret begitu juga syal Ravenclaw miliknya dan pergi berjalan keluar menara Ravenclaw. Kastil sangat sepi ketika dia berjalan keluar, hanya ada beberapa anak tahun kesatu, kedua dan beberapa anak tahun ketiga dan keatasnya yang berjalan tergesa menuju Hogsmeade.

"Edelweis!" Panggil seorang pemuda dengan syal Hufflepuff yang kini berjalan ke arahnya, itu adalah Michael Smith.

Edelweis mengangkat alisnya melihat pemuda itu dan rombongan Hufflepuff tahun kelima yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kau sendiri?" Michael bertanya ketika telah berdiri didepan gadis cantik Ravenclaw itu.

Edelweis menganggukan kepalanya singkat sebagai jawaban dari pertanyaan itu. "Bagaimana kalo bergabung dengan kami?" tanya Michael sembari menunjuk rombongan Hufflepuff yang kini tengah melambai ke arah mereka.

Belum sempat Edelweis menjawab, suara lain telah membuat dua orang itu mengalihkan fokusnya. "My flower!" seru Barty sembari berlari kecil kearah mereka.

"Apa yang kau lakukan, Smith?" tanya Barty sinis kepada pemuda tampan yang kini terlihat kebingungan melihat Barty, begitu juga Evan dan Regulus yang tengah menatapnya.

"Mengajak Edelweis untuk bergabung dengan kami," jawab Michael jujur.

Barty mengibaskan lengannya dengan bosan, "pergi saja, Smith. My flower akan pergi denganku." Barty berkata sambil melakukan gerakan tangan mengusir kepada pemuda Smith itu. Michael melirik Edelweis yang menganggukkan kepalanya, "baiklah, sampai nanti Edellie," katanya dengan senyum manis, lalu pergi berjalan kearah rombongan Hufflepuff yang terlihat penasaran.

"Apa itu, Edellie katanya?" Barty mencibir jijik. Edelweis hanya memutar matanya malas, berteman dengan Barty selama tiga bulan membuat Edelweis tahu bahwa pemuda itu tipikal yang cemburu jika temannya memiliki kekasih.

"Dimana Dora?" tanya Regulus, ketika tidak menyadari kehadiran dari gadis berambut pirang.

Edelweis cemberut menatap mereka. Pandora telah memberitahunya bahwa mereka akan mengacaukan kencan Pandora dan Lovegood jika mereka mengetahuinya. "Aku tidak akan memberi tahu kalian, khususnya kau dan kau," Edelweis berkata sembari menunjuk Barty dan Evan secara bergantian.

"Dia pergi berkencan dengan si aneh itu bukan?" simpul Evan. "Tak masalah jika kau tidak mau meberitahuku, aku akan mencari ke seluruh Hogsmeade," lanjutnya, disertai dengan anggukan setuju Barty.

"Bukankah kalian ada kencan dengan salah satu gadis kalian?" tanya Regulus.

Evan dan Barty terdiam begitu saja mendengar pertanyaan dari Regulus. Wajah mereka tersirat bahwa mereka sedang mempertimbangkan sesuatu.

"Tidak masalah, aku bisa membatalkannya. Aku masih memiliki banyak gadis yang mau berkencan denganku pada pekan Hogsmeade selanjutnya," jawab Barty percaya diri. Evan juga menganggukan kepalanya setuju.

Edelweis mendengus dan berkata dengan jengkel, "Kalian tidak bisa begitu saja membatalkannya kencan kalian dan merusuh di kencan teman kalian," dia meneruskan, "cobalah pikirkan dengan otak cemerlang kalian itu, jika gadis kalian tahu bahwa kalian membatalkannya karena mencari Pandora, maka mereka akan membenci Pandora karena hal tersebut!"

"Aku akan mencari Pandora, pergilah dengan kencan kalian," Regulus berkata lebih dahulu sebelum Evan dan Barty sempat memberikan pembelaan atas perkataan Edelweis.

Evan menghembuskan nafasnya pasrah, "baiklah, Reg. Kau yang mencari," katanya, kedengarannya setengah tidak setuju. "Ayo pergi, Barty" lanjutnya lalu menyeret Barty dengan paksa.

Edelweis kini menatap pemuda Black disampingnya dengan tajam dan berkata menantang, "aku tidak akan memberitahumu apapun!"

"Aku juga tidak akan bertanya apapun," kata Regulus tenang.

"Oh ayolah, tidak bisakah kau biarkan Panda dan Xenophilius menikmati kencannya? Demi Merlin! Sekali saja biarkan mereka menikmati kencan mereka."

Mata Regulus tertuju pada gadis yang kini tengah menjelaskan bahwa kencan bukan hal yang dilarang dan biasa dilakukan oleh remaja. Regulus harus menahan dirinya agar tidak tersenyum melihat wajah berapi-api gadis Macmillan didepannya.

"Apakah kau mendengarkanku?" desis Edelweis jengkel.

"Tidak, apakah kau sudah selesai berbicara?" tanya Regulus, Edelweis menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Bagus, karena aku akan bilang padamu bahwa aku tidak akan mencari Dora ataupun si aneh itu," jelas Regulus, lalu berjalan pergi meninggalkan Edelweis yang masih terkejut.

"Kau tidak akan mencari mereka?"

"Tidak."

"Benarkah?"

"Ya."

Edelweis bersorak dengan senang, "akhirnya Panda memilki teman yang waras, oh rasanya aku ingin memelukmu, Black!" serunya gembira, "apakah kau akan pergi berkencan juga?" tanya Edelweis.

"Tidak."

"Bagus, kalau begitu aku akan mengikutimu! Barty sialan itu muncul ketika aku akan memilih bergabung dengan Michael, tetapi ternyata dia punya kencan!" ucap Edelweis kesal.

Regulus mengangkat alisnya dan berkata, "aku belum mengizinkanmu untuk pergi denganku."

"Seolah aku butuh izinmu, lagipula lebih baik berdua daripada sendirian, kan?" Edelweis bertanya tenang, masih berjalan dengan santai disamping Regulus sembari memperhatikan perjalanan menuju Hogmeade.

"Lakukan apapun yang kau mau," kata Regulus akhirnya.

Hogsmeade telah terlihat didepan mereka, desa non-muggle yang juga merupakan pemberhentian bagi kereta api Hogwarts Express. Desa kecil itu sangat indah dengan lilin-lilin sihiran yang menggantung di pohon, apinya tidak mati walaupun sekarang adalah musim dingin.

"Kita akan kemana?" tanya Edelweis. Regulus melirik sebentar pada gadis disebelahnya, "Scrivenshaft's Quill," jawabnya singkat.

Edelweis memutar matanya malas, "ini adalah pekan Hogsmeade dan kau akan memilih pergi ke tokoh alat tulis dibandingkan bersenang-senang? yang benar saja!" ucapnya.

"Oh bagus, Hogwarts memiliki Ravenclaw yang tidak suka tokoh alat tulis," Regulus berujar datar.

Edelweis tertawa kecil mendengar nada datar yang keluar dari pemuda Slytherin disampingnya. Pemuda Black itu selalu menjadi yang paling kejam dan realistis diantara dua pemuda Slytherin lainnya dan Pandora. Terkadang karena terlalu realistis membuat banyak orang menjadi sedikit tidak menyukainya.

"Ravenclaw juga butuh bersenang-senang," gurau Edelweis, menghentikan langkahnya ketika melihat tokoh bunga yang berada tak jauh dari mereka. "Bukankah tokoh itu tidak ada saat pekan Hogsmeade kemarin?," tanya Edelweis pada Regulus yang hanya mengangkat bahunya tidak tahu.

Tokoh itu kecil dengan desain ala penyihir yang sangat kental tapi sangat cantik, dengan banyak bunga yang berjejeran diluar dan bunga cantik berwarna kuning yang belum mekar tumbuh disekitar tokoh yang bersalju, bisa ditebak itu menggunakan sihir. Edelweis berjalan mendekati tokoh itu meninggalkan Regulus yang masih berdiri di tempat mereka tadi.

"Selamat datang, Dear. Mau mencari bunga untuk orang terkasih?" Penyihir wanita tiba-tiba saja muncul ketika Edelweis memasuki pintu tokoh bunga yang telah terbuka.

Edelweis memandangi tokoh yang telah disihir sedemikian rupa sehingga sangat besar dan bertanya, "bisakah aku melihatnya dulu?". Penyihir wanita itu tersenyum kecil, "oh tentu saja, Dear. Pilihlah bunga yang kau mau atau kau mungkin bisa meminta penyihir tampan dibelakangmu untuk memilihkannya," jawabnya lembut, melirik kearah Regulus yang telah berdiri dibelakang Edelweis dengan wajah datar.

Edelweis melirik kearah Regulus dengan bingung ketika penyihir wanita itu telah pergi, "bukankah kau ingin pergi ke Scrivenshaft's Quill?" tanya Edelweis bingung.

"Ya, jika tidak ada orang yang tiba-tiba saja pergi ke tokoh dengan penuh bunga." jawab Regulus.

"Oh maafkan aku, Black. Aku akan mentraktirmu saat di Scrivenshaft's Quill nanti." Edelweis berkata dengan nada penuh permintaan maaf. Lalu dengan cepat Edelweis berkeliling tokoh itu mencari bunga yang ia inginkan.

"Bunga lily kuning ini akan cocok untuk Lily," Edelweis berkata senang ketika menemukan bunga yang telah ia cari sejak tadi.

"Untuk Mudblood Gryffindor? Aku tidak tahu kau berteman dengan orang seperti itu," Regulus berujar bingung.

Edelweis memandang tajam pemuda Black itu dan berujar dengan begitu dingin, "jangan pernah berani menyebut temanku dengan kata itu lagi, Black. Dan apa maksudmu orang seperti itu? Aku tidak peduli dengan status darahnya, dia temanku dan dia sangat baik juga cerdas. Bukankah kau ingin ke Scrivenshaft's Quill? Pergilah, aku tidak akan pergi ke Scrivenshaft's Quill."

Edelweis pergi berjalan meninggalkan Regulus yang masih terdiam mendengar nada dingin keluar dari mulut gadis Macmillan itu, Edelweis Macmillan adalah orang yang pandai menyembunyikan emosinya, dan ini adalah kali pertama Regulus mendengar nada dingin keluar dari mulut gadis itu selama dia menjadi siswa Hogwarts.

° °

Regulus kini telah berada di Scrivenshaft's Quill sendiri, membeli beberapa pena bulu dan perkamen. Edelweis telah pergi begitu saja ketika mereka keluar dari tokoh bunga tadi. Regulus tidak merasa bersalah karena menyebut Lily Evans dengan sebutan Mudblood, hanya saja kemarahan Edelweis yang terlihat jelas sangat mengusiknya dan membuatnya memikirkan gadis itu sepanjang dia berada Scrivenshaft's Quill.

"Sialan, jangan memikirkan hal yang tidak perlu bodoh!" bentak Regulus kecil pada dirinya sendiri.

Regulus pergi membayar barang miliknya dan memilih pulang kembali menuju Hogwarts, duduk dibawah pohon yang berada disamping danau hitam akan menyegarkan pikirannya dibanding berlama-lama di Hogsmeade. Regulus menghentikan langkahnya ketika netra abu kelamnya secara tak sengaja bertabrakan dengan netra hitam milik Edelweis Macmillan yang telah menyita pikirannya sejak tadi, gadis itu langsung memalingkan wajahnya dan bergabung dalam pembicaraan dengan gadis Gryffindor berambut merah dan pirang.

Regulus tidak peduli, melanjutkan langkahnya untuk kembali ke Hogwarts. Akan tetapi pikiran Regulus kembali tersita oleh gadis Macmillan itu ketika ia melewati tokoh bunga tempat Regulus tanpa sengaja membuatnya marah. Tokoh itu kini telah dipenuhi beberapa siswa Hogwarts, Regulus pergi ke arah tokoh itu dan mengambil beberapa tulip putih yang berada didepan tokoh.

"Ah, bukankah kau pemuda tampan yang bersama Miss Macmillan tadi?" tanya Penyihir Wanita ketika Regulus hendak membayar bunga tulip putih yang telah ia ambil.

Regulus menganggukan kepalanya singkat, "berapa?" tanya Regulus menunjuk beberapa tulip putih yang ia bawa.

"Hanya 5 Sickle, Dear." jawab Penyihir wanita itu.

Regulus mengeluarkan beberapa Galleon dari kantong yang ia bawa dan memberikannya kepada penyihir wanita yang melihatnya dengan terkejut, "bisakah kau memberikan bunga ini pada Macmillan ketika dia melewati tokohmu nanti?" tanya Regulus, penyihir wanita itu menganggukkan kepalanya pertanda ia bisa dan hendak mengatakan sesuatu ketika Regulus pergi begitu saja meninggalkan tokoh bunga miliknya.

° ° °

11 Desember 1976

"Bunga tulip?" tanya Pandora melihat bunga tulip yang berada dimeja samping tempat tidur Edelweis. "Apakah Smith memberikannya padamu dan kalian berkencan?" tanya Pandora lagi.

"Tidak, itu bukan dari Michael," Edelweis menjawab tanpa mengalihkan perhatiannya dari kantong kecil hitam yang ia genggam.

"Oh benarkah? Apakah ini dari orang yang kau suka?" Pandora bertanya dengan penasaran.

"Panda, apakah kau tahu dimana Black?" tanya Edelweis membuat Pandora mengernyitkan alisnya bingung. "Hm? Regulus? Dia biasanya berada dibawah pohon yang berada tepat disamping danau hitam atau berada di perpustakaan." jawab Pandora.

Edelweis menganggukan kepalanya, berlari kecil meninggalkan asrama Ravenclaw dan pergi menuju ke danau hitam. Edelweis tidak perlu kesulitan mencarinya karena pemuda itu sedang duduk ditempat yang Pandora katakan tadi, membaca buku dengan serius dan mengabaikan tatapan memuja dari para gadis yang berada tak jauh dari pemuda Black itu.

"Black," panggil Edelweis, Regulus langsung mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca ketika suara yang ia kenal itu memanggilnya.

"Macmillan? Ada apa?" tanya Regulus bingung.

Edelweis mendudukkan dirinya disamping pemuda itu dan mengeluarkan kantong hitam kecil yang sedari tadi ia bawa, "ini, seperti janjiku kemarin," Edelweis berujar sembari menyerahkan kantong hitam itu kepada Regulus yang kebingungan.

"Ini alat tulis dari Scrivenshaft's Quill dan ada buku yang mungkin kau suka, seperti janjiku kemarin," Edelweis melanjutkan, "Well, dan terimakasih untuk tulipnya. Pemilik tokoh itu memberikannya saat aku pulang dan berkata itu darimu."

Regulus menganggukkan kepalanya, menerima kantong hitam itu. Regulus melirik kearah Edelweis yang tengah mempertimbangkan untuk mengatakan sesuatu, "ada yang ingin kau katakan?" tanya Regulus.

Edelweis tersentak mendengar pertanyaan dari Regulus, lalu menggelengkan kepalanya singkat. "Tidak, tidak ada. Kalau begitu, sampai jumpa," Edelweis berkata dengan begitu cepat dan hendak pergi ketika Regulus menahan tangannya, "bisakah kau duduk disini? gadis-gadis itu membuatku tidak nyaman," kata Regulus, menunjuk dengan matanya ke arah gadis-gadis yang tadi memberikan tatapan memuja kepada Regulus.

Edelweis melirik gadis-gadis itu yang kini telah memberikan tatapan tajam kepadanya. Lalu berkata, "yah, tidak ada salahnya aku duduk disini dan membuat para gadis itu sedikit terbakar."

Regulus terkekeh kecil mendengar kalimat dari mulut Edelweis, "kau benar-benar sesuatu." Regulus berkata dengan seringaian khasnya.

"Aku anggap itu pujian."

"Itu memang pujian."

Edelweis hanya mendengus dan memilih untuk melihat danau hitam didepannya. Keheningan diantara mereka tidak terasa canggung, tetapi itu adalah jenis keheningan yang membuat mereka nyaman, seolah mereka telah melupakan kejadian saat pekan Hogsmeade satu hari yang lalu.

Continue Reading

You'll Also Like

87.3K 9.5K 29
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
129K 13.5K 24
Lima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonw...
411K 30.4K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
47.2K 6.4K 30
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...