My Favorite Gama (Tamat)

By laju19

283K 31.9K 10.3K

Update setiap hari!!! Young Adult Story!!! FOLLOW DULU SEBELUM BACA JANGAN JADI PLAGIAT, DOSA. Warning 17+ (Y... More

Prolog
The Characters | Gama vs Jales
Landasan Kewenengan-Boleh Lewati yang Tidak ada Niat Plagiat
Chapter 01 : Unfortunately
Chapter 02 : Undetected
Chapter 03 : Cicakophobia
Chapter 04 : Sweet Tattoo
Chapter 05 : Valuable Lessons
Chapter 06 : Keep The Crazy
Chapter 07 : Toxic
Chapter 08 :Blow Up
Chapter 09 : Addictive
Chapter 10 : Do Not
Chapter 11 : One House
Chapter 12 :Listen
Chapter 13 : Attack
Chapter 14 : Offspring
Chapter 15: Gama Time
Chapter 16 :Gerombolan Started
Chapter 17 : NEW
Chapter 18 : Towards Ear
Chapter 19 : Brother
Chapter 20 :One Purpose
Chapter 21 : Malignant
Chapter 22 : Sleep Baby
Chapter 23 : Not Self-Sensitive
Chapter 24 : Gama is a Liar
Chapter 25 : Gama is the Landlord
Chapter 26 : Smells like Dragon
Chapter 26 : Swimming
Chapter 27 :Need and Need
Chapter 28 : The Power of The Queen
Chapter 29 : Bacot is Delicious
Chapter 30 : My Girlfriend is Sick
Chapter 31 : Boss Failed to Marry
Chapter 32 : Durian Garden
Chapter 33 : Not Notified
Chapter 34 : Favorite Bad Luck
Chapter 35 : Mama and Pray
Chapter 36 : Is That Fair
Chapter 37 : If I'mSmart
Chapter 38 : Happy
Chapter 39 : Lessons for Gama
Chapter 40 : Talk to The Sleeping Beauty
Chapter 41 : Towards Teaching
Chapter 42 : Peace
Chapter 43 : Romance is Not The End
Chapter 44 : "Bos! Jales!!!"
Chapter 45 : Not Funny
Chapter 46 : Raju
Chapter 47: Gemoi
Chapter 48; Ring
Chapter 49: Tapi, Boong
Chapter 50; KTP
Chapter 51; OTW Kaya
Chapter 52; Gama Ngambek
Chapter 53; Dibuang ke Hutan
Chapter 54; Kalo Bukan Gue
Chapter 55; Ubun-Ubun
Chapter 56: On Your Behalf
Chapter 57: Suspected
Chapter 57; Want To Go
Chapter 58; Puzzles
Chapter 59; First
Chapter 60; Don't Stop
Chapter 61; Karma
Chapter 62: Intan dan Jales
Berita, Noh! Harus Baca
Chapter 63: Saksi Kehlan
Chapter 64: Frustrated
Chapter 65: Tired
Chapter 66: Another Karma
Chapter 67: Letter
Chapter 68: Farewell
Chapter 70: Eternal Dream
Chapter 71: A Liberation Story
Chapter 72: The Last Enigm
Ekstra Part

Chapter 69: Two Years Passed

3.4K 354 428
By laju19

!!! Young Adult Story!!!

Warning 19+ (Yang belum cukup umur mundur woi. Adult bukan melulu karena ada adegan skidipapap-nya. Di dalam cerita ini banyak sekali orang bertengkar, marah-marah, kata-kata kasar. Jadi untuk yang emosinya kurang stabil menjauh.)

Gais, terima kasih sudah hadir. Dan maaf untuk segala hal yang jahatin kamu hari ini

🤪🤪🤪

***

"Meskipun jadi paling beruntung, aku tidak tetap bisa merasakan sakit."

__ My Favorite Gama__

***

Jalesveva Alfa, yang meski dianggap sial tidak pernah menyerah pada hidupnya. Jalesveva Alfa, gadis cantik kesayangan Gama, yang teranyata betah menutup mata. Jalesveva Alfa, begitulah yang tertulis rapi di sana.

Gama Bhayangkara, tidak sungkan dia tersenyum menatap nama gadis favoritnya tertera terang di depan matanya.

Makasih, udah bikin aku bertahan sejauh ini, Jales, ucap Gama dalam hati sembari menarik napas panjang, seolah melakukannya dapat membantu mengangkat beban pikiran.

Tidak banyak yang berubah sejak dua tahun lalu. Selain air mata cowok itu yang berhenti mengalir setiap mengingat Jales sejak satu tahun lalu, tidak banyak metamorfosis yang terlihat jelas.

Anehnya, Gama tidak kebosanan, meski hidupnya berjalan terlalu monoton, tidak ada keinginan untuk menjalani setiap waktunya dengan sia-sia. Walaupun Gama Bhayangkara kehilangan setiap warna cerah dalam hidupnya, Gama tidak keberatan sama sekali.

Semua ini tentang dua tahun lalu, waktu yang tak terasa sudah bergulir selama itu, yang entah menjadi awal atau akhir dari cerita Gama Bhayangkara. Pastinya, jika diingat dua tahun lalu adalah masa paling sulit yang dihadapi banyak pihak.

Di mana dua tahun lalu, waktu terseret-seret hingga terlalu lambat dan berat untuk dilewati. Napas yang ditarik ulur suka rela dengan pesakitan, nyatanya mereka tetap terpaksa hidup.

Dua tahun lalu, saat dokter menyatakan dua pasien gawat darurat dengan luka berat gugur di meja operasi.

"Bos, lo ada janji ketemu sama komisaris, satu jam lagi kita berangkat, ya." Abdi yang mulanya menatap Gama dari jarak beberapa meter akhirnya mendekat sebab alarm di ponsel mahalnya berdering tenang.

Tanpa menoleh Gama mengangguk satu kali, sungguh tidak mau dan tidak mampu mengalihkan pandangan dari objek di hadapannya.

Dia memang Abdi yang sama, yang dua tahun lalu absen dari pertarungan besar tanpa jejak dan kabar, sekarang pemuda itu menjadi sekretaris pribadi Gama. Dia mengajukan diri suka rela sebab percaya bahwa hanya dirinya yang mampu mengemban tugas tersebut pasca semua perubahan dalam diri tuan tanah di hadapannya.

Mengingat kembali bagaimana cara Abdi datang dua tahun lalu, cowok itu beruntung Gama masih mau menerimanya.

"Hei Bro, abis bentrok sama siapa kali ini kita?" Begitu kurang lebih kalimat Abdi saat menepuk pundak Imam yang menahan tangis setelah mendengar berita yang disampaikan dokter, tepat dua tahun lalu.

Salah membaca situasi sebab suasana hatinya teramat bahagia, Abdi malah haha-hihi padahal orang di sekitarnya terlihat nyata berwajah pias.

"Kenapa? Ada yang operasi? Siapa, sih?" Karena tidak mendapat jawaban dari Imam, Abdi maju mendekati Abu yang berjongkok di dekat pintu operasi. "Jangan bilang Bos!" Abdi sudah memasang wajah panik ketika matanya mengedar dan berhasil menemukan Gama sedang melamun seakan kehilangan jiwa di kursi tunggu.

Abdi terus mendekati Gama, sembari mengusap dada dia tersenyum menghembuskan napas legawa.

"Bos, untung bukan lo yang dioperasi." Abdi nyengir kemudian, dia menunduk mengintip wajah Gama yang pucat pasi. "Maaf ya, Bos. Gue ilang kemarin juga kerja kok. Sekarang pohon yang diminta Jales buat peristirahatannya dia udah tertanam rapi dan sehat di halaman belakang rumah lo."

Masih salah membaca situasi, Abdi tetap menyengir ketika Gama perlahan mengangkat kepala dan menatapnya.

Namun, dia berangsur mengerti saat bukan hanya Gama yang menolehnya, tetapi semua orang di sana mengacungkan pandangan ketika nama Jales meluncur santai dari bibirnya.

Seketika kesadaran menghantam Abdi, wajahnya berangsur panik dan khawatir.

"Mana Jales, Bos?" Abdi menatap Gama, bahkan dia mengguncang tubuh cowok di depannya saat tidak mendapat jawaban. "Mana Jales!"

Semua orang membuang wajah mendengar teriakan Abdi. Sudah rahasia umum bahwa perasaan Abdi pada Jales bukan sekadar guyonan.

"Bangsat, gue kaga ultah! Gak lucu!" Abdi tersentak berdiri. "Mam, mana Jales, Mam!" Abdi sudah akan beranjak menghampiri Imam saat Gama ikut berdiri di sampingnya, memegang puncak cowok itu dengan tangan gemetar.

"Makasih," gumam Gama dengan riak kesedihan di matanya. Mendadak Abdi merasakan tangannya berkeringat dingin, dia benci pikirannya.

"Apasih anjing!" Abdi menepis tangan Gama di pundaknya tanpa ragu.

"Makasih karena udah menuhin keinginan Jales." Setelah itu air mata Gama menetes tanpa bisa ditahan.

"Sakit Di, gue belum siap." Kalimat Gama yang meluncur saat dia berlutut dengan tnagis tersedu-sedu.

Cukup sampai di situ ingatan Abdi di dua tahun lalu, karena terlalu rumit dan sakit untuk diingat, maka Abdi sering tidak kuasa saat dipaksa menyimpan ingatan itu.

Teleponnya berdering beberapa kali saat Abdi menjauh dari Gama yang masih fokus sedikit melamun di tempatnya.

"Kenapa?" tanyanya kepada orang di seberang telepon.

"Bos mana?" Ternyata Abu adalah orang yang melakukan panggilan dari seberang telepon.

"Kayak biasa aja di mana." Ogah-ogahan Abdi menjawab, karena hanya orang bodoh yang tidak tahu jawaban untuk pertanyaan itu.

"Gue otw, sama bocil, gue udah pesenin makanan bocil tadi, lo terimain, bye!" Setelah itu telepon dimatikan sepihak.

"Dah, pasti gue suruh bayar, ck. Laknat emang temen gue, udah mau jadi bapak padahal si anying."

Tidak, kalian tidak salah baca. Abu memang masih "mau jadi bapak" sebab ini masih tentang akibat dua tahun lalu.

Fatimah adalah dokter kompeten dengan rasa loyalitas kepada pekerjaannya yang sangat tinggi, apalagi saat itu pasiennya seorang ratunya gerombolan, gadis yang dia anggap adik sendiri. Sudah pasti loyalitas itu berkali-kali lipat dia berikan.

Itulah sebab utama Fatimah jadi kelelahan, hingga tidak sama sekali merasakan keanehan terhadap kandungannya. Saat dia sadar, semua sudah terlambat.

"Kami tidak bisa merasakan detak jantung bayinya, maaf Fatimah." Kurang lebih begitu kalimat yang meluncur miris dari bibir tipis seorang bidan yang menangani Fatimah setelah wanita itu ditemukan pingsan di koridor rumah sakit.

Bayi dalam kandungannya sudah tidak lagi bernyawa.

Hari-hari paling berat bagi gerombolan tidak ada habisnya. Fatimah tidak menyesal karena mendedikasikan diri untuk pekerjaannya. Apalagi jika itu bisa membuat Jales sehat kembali. Dengan cepat dia mengikhlaskan segala hal.

Namun, tak ayal kejadian tersebut membuat trauma mendalam, Fatimah merasa sudah membunuh anaknya, takut hal itu akan terjadi kembali.

Setiap malam Fatimah bersedih, sedangkan Abu dengan sabar menjalankan perannya menjadi suami yang baik di depan istrinya. Memeluk, menenangkan, dan mengingatkan terus Abu lakukan.

Meskipun di dalam hatinya sebenarnya Abu memendam emosi yang sangat berat. Dia adalah pria yang harus kuat saat hatinya hancur lebur dimakan rasa sakit.

Itulah sebab dua tahun lalu, Abu dan Fatimah nyaris berpisah. Abu kedapatan kembali kepada habitatnya yang tidak menyehatkan.

Fatimah kecewa, bukan hanya kepada Abu, tetapi juga pada dirinya sendiri.

Lagi-lagi wanita berhati malaikat itu menyalahkan dirinya sendiri yang larut dalam kesedihan, padahal selain harus dikuatkan, dia juga harus menguatkan suaminya sendiri.

Beruntungnya, sampai saat ini proses perceraian itu terus berantakan hingga tidak lagi terdengar kabar mereka akan berpisah.

"Ayah!" Suara itu, yang memanggil dan sukar untuk ditolak telinga. Membuat Abdi menoleh instan kepada gadis mungil di beberapa langkah darinya.

"Jangan teriak-teriak atuh," bisik Abdi pada bocah itu.

Lalu, gadis mungil itu putri siapa?

"Ayah mana?" Ya, putri pertama Gama Bhayangkara.

"Itu, di sana." Abu menunjuk Gama yang masih berdiri di tempatnya.

"Yayang au asyuk, Om." Pintanya ragu sembari memanjangkan leher untuk melihat Gama. "Au ihat antik."

Abdi sudah membuka mulut untuk menyela saat gadis itu melompat turun, dengan langkah mengendap mendekati Gama.

"Ayah," bisiknya, menarik-narik celana kain Gama.

Gama terkesiap, menoleh kepada putri kecilnya, bibirnya tertarik ringan ke atas melihat putrinya yang menggemaskan dan ... menyebalkan.

Tangan bocah itu terjulur merentang, meminta dengan isyarat untuk digendong Gama.

Dengan senang hati Gama memeluknya dalam gendongan aman. Untuk ke sekian kalinya, Gama mengusap wajah putrinya, visual yang nyaris mirip Jalesnya. Sering mengobati kerinduan Gama, sekaligus membuat cowok itu semakin menyedihkan dan bersedih-sedih ria.

"Antik," ujarnya pelan, kemudian menyentuhkan tangan mungilnya untuk mengusap ke depan.

Ya, cantik adalah panggilan putrinya kepada dia di depan sana.

"Unda ...." Putri cantiknya meneteskan air mata, setelah mengatakannya.

Kemudian suara mesin terdengar meraung-raung, membuat hati Gama mencelos seketika, tanpa sengaja dia melonggarkan gendongan hingga putrinya meluncur turun.

Gama merasa ingin muntah saking paniknya, tangannya bergetar, matanya membola ketakukan.

Gama panik, dia segera memencet tombol darurat, karena melakukan itu tidak membuatnya tenang, Gama segera berlari keluar ruangan. "Dokter!" Saat itulah dia melihat beberapa perawat dan Kristan berlari ke arahnya.

"Tenang Gam, tenang." Abu menarik Gama menjauh dari ruangan itu, untuk duduk di kursi tunggu, tetapi Gama tidak mau juga tenang, dia berdiri mondar-mandir sembari meremas-remas tangannya. Bahkan saat Abu menyodorkan air mineral, Gama hanya minum tetapi tidak juga mau tidak.

Sementara, bocah kecil itu sudah dalam gendongan Abdi, memeluk leher Abdi erat-erat sembari menangis dalam diam.

"Nengayang kenapa?" tanya Abdi saat merasakan bahunya basah.

Gadis kecil yang rambutnya dicepol ke atas itu melengkungkan bibir ke bawah untuk menahan isak tangis.

"Kenapa, Sayang?" tanya Abdi lagi.

"Antik akit, Om. Unda akit ...."

Kemudian entah mengapa mendengar kalimat itu, Abdi, Abu, maupun Gama ikut kesakitan, belakang leher mereka merinding khawatir, tenggorokan mereka seketika kehausan. Belum lagi, tangan mereka yang kedinginan dnegan keringat.

***

Beberapa part akan diprivat, jadi silakan follow akun Wattpad aku. Kalo chapternya hilang, berarti diprivat ya, gais. Jangan tanya lagi.

yaoloh, kangen banget gaseh? Kalo gue kangen cong. Maaf yaaa, aku lama banget update, satu tahun pas gaseh? Ya gimana, orangnya baru respons sekarang.

Sumpah kalian belom follow Instagram gue? Padahal biasanya gue spoiler dulu ke sana sebelum update lho.

Coba, 400 comment, gue update besook. Mau tidak? gasssss.

Gais, aku perwakilan dari orang-orang yang nyakitin kalian hari ini mengucapkan, mohon maaf lahir dan batin. Maafin mereka, untuk diri kalian sendiri, ya.

***

Sorry if typo was around.

So sorry it's such a disappointing.

Thank you for all the support you give to laju19 (👈klik nama ini biar langsung follow) kalo susah, coba deh tap namalaju19 (👈klik nama ini biar langsung follow) di cerita ini, itu bisa langsung menuju kolom follow, serius

Jangan lupa vote, commnet, and follow:

Instagram _laju19

Wattpad 👈klik ini biar langsung follow

Follow biar nggak ketinggalan berita ya gais. Terima kasih.

Bagikan juga cerita ini jangan sungkan-sungkan.

11 November 2022

Jadi, akan ada cerita baru di lapak gue, yang akan tamat dalam sehari, one shoot untuk menggantikan cerita Bed for The Eyes yang akan pindah ke aplikasi Dreame.

Judulnya Babblegum Barberll Bar

Continue Reading

You'll Also Like

3.6M 289K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
So(ur)sweet By ayliv

Teen Fiction

2.7K 565 34
[Tamat] -Terinspirasi dari album 'SOUR' Olivia Rodrigo.- Terkadang sebagai manusia kita tidak pernah merasa cukup atas apa yang kita miliki. Melihat...
6.8K 870 59
#SERIES KEDUA UNEXPECTED PSYCHOPATH# [Follow, vote, dan komen dibutuhkan] Pertama kali publish : 5 Maret 2021 . Mereka selalu bertengkar. Di kantor...
2.3M 127K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...