GENTHA [END]

By Queenieee11

936K 60.6K 23.6K

‼️NO PLAGIAT‼️ ⚠️JANGAN LATAH, JANGAN MEMBAWA-BAWA CERITA LAIN KE DALAM CERITA INI, DAN JANGAN SAMAKAN CERITA... More

GENTHA | Prolog
GENTHA | Penyusup
GENTHA | Di culik
GENTHA | Private bodyguard
GENTHA | Mabuk
GENTHA | Pembawa masalah
GENTHA | Selingkuh?
GENTHA | Tidak pernah peduli
GENTHA | Hampir di lecehkan
GENTHA | Perdebatan
GENTHA | Benci
GENTHA | Don't be sad
GENTHA | Enjoy, ugly girl
GENTHA | Kamera bukti
GENTHA | Tidak di akui
GENTHA | Pisah rumah?
GENTHA | Cerai?
GENTHA | Kita cerai
GENTHA | Gendra's pet tiger
GENTHA | Jalang?
GENTHA | I'm only yours
GENTHA | Musnahnya musuh
GENTHA | You are mine
GENTHA | Bohong
GENTHA | Pengkhianat
GENTHA | Kebakaran
GENTHA | Satu bulan lagi
GENTHA | Rindu
GENTHA | Pembunuh misterius
GENTHA | Renggang
GENTHA | Penyelidikan
GENTHA | Cousin from London
GENTHA | Déjà Vu
GENTHA | Awal dari kebenaran
GENTHA | Surat perceraian
GENTHA | Psikopat cilik
GENTHA | About MalMey
GENTHA | Keajaiban?
GENTHA | Flight to Germany
GENTHA | This is my fault

GENTHA | Sebuah kehancuran

21.1K 1.6K 498
By Queenieee11

Sudah berhari-hari Gendra belum menemukan keberadaan Thara. Ia sudah memerintahkan seluruh anggota The Tiger dan semua anak buahnya untuk mencari Thara.

Argas dan Gilbert juga ikut membantu mencarinya. Apalagi Gilbert adalah Papanya Thara, pria itu tentu saja sangat khawatir dengan kondisi putrinya yang tengah mengandung.

Malvyn juga tengah berusaha mencarinya. Kali ini sepertinya yang menculik Thara cukup licik, karena orang itu sangat pintar menyembunyikan keberadaannya. Padahal Malvyn itu pintar sekali jika di suruh melacak keberadaan seseorang, namun kali ini ia tidak bisa.

Sebab itulah Thara sulit di temukan, hal itu juga membuat Gendra frustasi. Laki-laki itu bahkan jarang sekali tidur hanya untuk mencari Thara. Di saat tengah malam semua orang sedang tidur, hanya Gendra yang belum tidur.

Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Thara, tidak ada siapapun lagi selain Thara. Bahkan, Gendra tidak memikirkan dirinya sendiri.

Penampilan Gendra juga acak-acakan, seperti orang gila. Selain jarang tidur, Gendra juga jarang makan tepat waktu. Gendra tidak pernah merasa lapar, karena saking fokusnya ia mencari Thara.

Sebelumnya, Gendra belum pernah seperti ini. Bahkan dulu ia biasa saja jika Thara di culik, tidak seperti sekarang. Hanya Thara yang bisa membuat Gendra seperti ini.

Setiap malam, Gendra memikirkan Thara, apakah istrinya itu baik-baik saja atau tidak.

Kini, Gendra tengah berada di basecamp The Tiger, berkumpul membicarakan tentang Thara.

Drttt Drttt

Semuanya menoleh pada Malvyn saat ponsel laki-laki itu berdering.

"Siapa?" tanya Chitto.

Malvyn tak menjawab, ia mengangkat telepon dari nomor yang tak di kenal.

"Speaker," titah Gendra.

"Kasian banget gue sama Tuan Gendra yang keliatan stres banget nyari istrinya, padahal istrinya lagi sama gue," ucap seseorang di iringi dengan tawa terbahak-bahak.

Gendra mematung mendengar suara yang sangat ia kenal, emosinya langsung bergemuruh kala dirinya sadar siapa orang tersebut.

Gadis itu kembali tertawa. "Gue cincang-cincang aja kali, ya, istri lo, biar lo nggak bisa ketemu dia lagi."

"Nathalie?" ujar Malvyn.

Nathalie tertawa. "Ternyata, kalian sadar kalo gue Nathalie?"

Gendra meremas kaosnya kuat-kuat—guna menahan amarahnya, ia lalu merebut ponsel Malvyn. "Kasih tau di mana dia, anjing!!" sentaknya, berusaha mengontrol amarahnya agar tetap tenang.

"Gue bakal kasih tau, tapi gue nggak bakal ngasih gadis malang itu ke lo gitu aja," sahut Nathalie.

"Maksud lo apa, bangsat?!" sentak Gendra, mulai tersulut emosi.

Nathalie tidak menjawab lagi, gadis itu langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak. Tak lama kemudian, dia mengirimkan sesuatu melalui chat.

+62-2445-XXXX-XXXX

|[Sharelock]

Gendra menoleh pada temannya, menatap mereka satu-persatu. "Nathalie ngirim alamatnya."

"Ayo, kita ke sana sekarang."

☠️

Gendra dan anggota inti The Tiger menghentikan motor mereka masing-masing ketika sudah sampai di depan sebuah bangunan tua.

Bangunan tua itu berada di dalam hutan yang terpencil, jarang sekali ada sinyal di sana. Pantas saja Malvyn tidak bisa melacak keberadaan Thara.

Gendra membuka helmnya, dan segera masuk ke dalam bangunan tua itu—di ikuti dengan yang lainnya juga.

Di dalamnya, Gendra tidak mendapatkan siapapun. Bangunan itu juga cukup besar, namun tidak ada seorangpun di dalamnya.

"Lah? kok kosong?" tanya Prince, bingung.

Suara tawa seorang gadis mengalihkan perhatian mereka.

"Gercep juga, ya, kalian," ucap Nathalie, di iringi dengan tawanya.

Di samping Nathalie ada Thara yang duduk di kursi tua dengan kedua tangan di ikat menggunakan tali, serta mulutnya yang di lakban.

Gendra melihat Thara yang begitu berantakan. Mukanya di penuhi dengan lebam-lebam, bajunya yang sobek-sobek, serta rambutnya berantakan.

Sungguh, Gendra sangat merindukan istrinya.

Saat Gendra ingin berlari menghampiri istrinya, teriakan Nathalie langsung membuatnya berhenti.

"SELANGKAH LO MAJU, NYAWA CEWEK INI TARUHANNYA," teriak Nathalie, mengancam dengan pisau di genggamannya.

Gendra menatap Nathalie dengan tatapan penuh amarah dan kecewa. "Lepasin dia!"

"Mau lo apa, Lie? kenapa lo culik Thara?" tanya Malvyn, tak habis pikir.

Nathalie terkekeh. "Lo udah dengan berani ngebebasin bokapnya dia! sekarang biar giliran dia yang gue siksa."

Tatapan Nathalie beralih pada Gendra. "Dan gue sekalian mau bales dendam sama lo, Gen. Gara-gara lo, Vino mati!"

"Apa hubungannya sama lo?" tanya Chitto.

"Asal kalian tau, ya. Gue sama Vino pacaran! gue LDR-an sama dia! pas gue udah janjian mau ketemuan sama dia..." Nathalie menunduk sembari terkekeh. "GENDRA MALAH BUNUH VINO, ANJING!!!"

"Gue pacaran sama Vino udah bertahun-tahun! kita terakhir ketemu 5 tahun yang lalu, DAN DENGAN SANTAINYA BAJINGAN ITU NGEBUNUH COWOK GUE!!!" Nathalie menunjuk ke arah Gendra, tatapan tajamnya tak lepas dari Gendra.

"Jadi... Vino sialan itu cowok lo?" timpal Bastian.

Nathalie menatap Bastian tajam, tidak terima jika Vino di kata-katai.

"Bukan cuma Vino, tapi kak Arion juga!" Nathalie menatap Thara tajam. "PAPA LO UDAH BIKIN KAKAK GUE MASUK RUMAH SAKIT!!"

Thara sedikit merasa terkejut sekaligus bingung. Memang Papanya telah melakukan apa pada Arion? bagaimana Papanya bisa kenal dengan Arion? sedangkan pria itu tiba-tiba menghilang dari kehidupannya.

"Bener dugaan gue, kalo lo sama Arion punya hubungan persaudaraan," ucap Malvyn, ekspresi wajahnya tampak datar.

Gendra mengerti, ternyata ini yang di maksud Argas. Kebenaran tentang Nathalie, dan siapa Nathalie yang sebenarnya.

"Lo licik, Lie. Lo udah khianati gue. Sekarang gue udah tau hati busuk lo itu," ujar Gendra dengan sedikit emosi.

Nathalie menyeringai. "Seandainya lo nggak ngebunuh Vino, gue nggak bakal khianati lo, Gendra!!"

"Sebagai gantinya, gue bakal bunuh dia, biar setimpal! tapi gue nggak bakal ngebunuh pake tangan gue sendiri," senyum licik Nathalie tersungging. "Melainkan tangan lo sendiri, Gen! gunain tangan lo buat bunuh istri lo, kayak apa yang udah lo lakuin ke Vino."

"Berarti selama ini, lo tau kalo dia istri gue?" tanya Gendra.

Nathalie tertawa. "Tanpa lo kasih tau, gue udah tau semuanya!"

"Gue mau liat proses pembunuhan dia di tangan suaminya sendiri," Nathalie menjulurkan tangannya yang masih menggenggam pisau.

"Gue nggak—"

"Kalo lo nggak mau, siap-siap lo bawa pulang mayat istri lo. Gue yang bakal bunuh dia di depan mata lo sendiri, dan jangan ada yang berani menghalangi gue!" ancam Nathalie.

Gendra tidak tega jika melakukan hal bodoh itu pada Thara, namun ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Pikirannya sedang tidak bisa mencerna sesuatu.

Lalu, Gendra menoleh pada Malvyn yang berada di sampingnya untuk beberapa detik, dan ia kembali menatap ke arah Thara. Kemudian, Gendra melangkah secara perlahan mendekati Thara.

Namun sebelum Gendra benar-benar mendekati Thara, tangannya segera di cekal oleh Malvyn. "Lo mau ngapain?" tanya Malvyn yang sudah mempunyai perasaan tidak enak.

"Lo mau menjatuhkan harga diri lo di depan Nathalie?" tanya Heafen.

Gendra menepis tangan Malvyn, ia tersenyum smirk tanpa menjawab pertanyaan Malvyn dan Heafen, lalu kembali melangkah menuju istrinya berada.

Nathalie menyodorkan pisau pada Gendra, dan Gendra langsung menerimanya.

"Do it!" titah Nathalie.

Gendra perlahan berjongkok, menyamakan tingginya dengan Thara. Lalu tangannya terulur menyeka air mata Thara. "Gue bakal bebasin lo," ucap Gendra, lembut.

Nathalie memutar kedua bola matanya jengah. "Cepet, Gen!" titahnya lagi.

Gendra menatap pisau di genggamannya dan Thara secara bergantian, ia tidak tega jika benar-benar melakukan apa yang Nathalie inginkan. Thara adalah istrinya, tidak mungkin Gendra menuruti permintaan gadis lain untuk menyakiti istrinya.

Nathalie yang tidak sabaran pun berdecak kesal karena Gendra tidak segera melakukan apa yang sudah ia perintahkan. "Nggak usah bertele-tele lagi, ayo cepet lakuin!!" desis Nathalie.

Gendra menoleh pada Nathalie, menatap gadis itu dengan tajam. Kemudian, ia berdiri. Kakinya melangkah secara perlahan mendekati Nathalie. "Gue udah janji sama diri gue sendiri waktu Thara hilang, gue bakal ngehukum mati siapapun yang udah berani culik istri gue."

"Sekalipun lo sahabat gue, kalo masalah ini menyangkut nyawa istri gue, gue nggak bakal mandang hubungan gue sama orang yang udah berani-beraninya nyiksa istri gue," imbuh Gendra dengan penuh penegasan.

"Lo ngerti 'kan, apa maksud gue?" Gendra tersenyum miring. "Gue nggak bakal biarin siapapun nyakitin istri gue," kata Gendra dengan penekan dan nada yang begitu tegas.

Nathalie tertawa, meremehkan ucapan Gendra. "I don't care! sebelumnya, gue udah nyiksa dia berkali-kali."

"Dan itu artinya, gue juga bakal ngehukum mati lo berkali-kali!!" sarkas Gendra.

Gendra menoleh ke belakang, ia melihat ke arah Malvyn dan Chitto dengan memberi isyarat pada mereka. Mereka yang paham pun langsung mendekati Nathalie.

Malvyn merampas pisau yang Nathalie pegang, sementara Chitto mengunci pergelangan tangan Nathalie dengan borgol.

"Brengsek, lepasin gue!!" sentak Nathalie, ia memberontak keras. "Gue mau bunuh cewek lemah ini!!"

"Jangan pernah ngatain istri gue, cuma gue yang boleh ngatain dia," sarkas Gendra, tak terima. "Bawa dia," titahnya pada kedua temannya.

Malvyn dan Chitto segera membawa Nathalie pergi ke tempat yang Gendra perintahkan, sementara yang lain mengikutinya.

Gendra beralih pada Thara, ia kembali berjongkok di hadapan istrinya. Gendra membuka lakban di mulut Thara, serta membuka ikatan tali di tangan Thara. Setelah semuanya terlepas, Thara langsung memeluk Gendra dengan erat. Tentu saja Gendra membalas pelukan Thara.

"A-aku kira—"

"Gue nggak bakal nyakitin lo, Thar," potong Gendra sebelum Thara melanjutkan ucapannya.

Hati Gendra lega luar biasa karena Thara sudah kembali padanya.

Thara semakin mengeratkan pelukannya. "Miss you..."

Gendra melepaskan pelukannya, kedua telapak tangannya menangkup wajah Thara yang penuh dengan keringat dan air mata. Gendra lalu mengecup singkat bibir dan kedua kelopak mata Thara dengan lembut.

Tiba-tiba Thara merasakan sakit dan nyeri yang tiba-tiba menjalar di area perutnya.

Rasa sakit di perutnya ini mungkin akibat dari Nathalie tadi yang berkali-kali membanting tubuhnya hingga terbentur ke dinding.

Thara tak kuasa menahan tangisannya saat perutnya semakin terasa sakit. Sakitnya sungguh luar biasa. Tak lama, ia merasakan ada cairan yang mengalir di kedua kakinya.

"Kenapa, Thar? perutnya sakit, hm?" tanya Gendra, panik.

"D-darah..."

Gendra lantas mengalihkan pandangannya ke bawah, kedua matanya sontak membulat sempurna saat melihat darah yang mengalir. Ia mendongak, menatap wajah Thara yang semakin meringis.

"Thara?" Gendra semakin panik.

"Sakit..." lirih Thara, air matanya semakin  mengalir dengan deras. "Perut a-aku sakit, kak..." satu tangan Thara memegangi perutnya, dan satu tangannya lagi mencengkeram kuat tangan Gendra.

Darah kental dan pekat itu semakin deras mengalir di kedua kaki Thara. Begitu banyak darah yang mengalir.

Dengan sigap, Gendra langsung menggendong tubuh Thara, dan membawanya keluar dari bangunan tersebut.

Thara semakin kencang menangis, ia sungguh tidak kuat merasakan rasa sakit di perutnya. "Sakit..."

"Iya, sayang. Sabar, ya?" Gendra memasukkan Thara ke dalam mobil. Dengan tergesa-gesa, Gendra langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

Tubuh Thara mulai lemas. Karena tidak kuat menahan rasa sakitnya, Thara pun mulai tidak sadarkan diri.

Melihat Thara yang sudah tidak sadarkan diri, membuat Gendra panik dan khawatir. "Thar? sayang, please jangan bikin gue tambah panik."

☠️

Sekitar 20 menit lamanya, Gendra dan yang lainnya menunggu dokter Vanya yang tengah menangani Thara itu keluar.

Argas dan Gilbert juga tengah menunggu di depan ruang ICU—tempat di mana Thara masih di tangani oleh dokter Vanya.

Gendra semakin khawatir dengan kondisi Thara, begitupun dengan yang lainnya. Mereka semua berharap tidak terjadi apa-apa pada Thara.

Jujur, Gendra mengumpati dirinya sendiri, karena ia merasa gagal menjaga Thara.

Beberapa menit kemudian, dokter Vanya pun keluar dari ruang ICU. Dokter Vanya tersenyum kecil dengan raut wajah yang membuat Gendra sedikit curiga.

"Gimana kondisi anak saya, dokter?" tanya Gilbert.

Dokter Vanya menghembuskan nafas pelan. "Pasien mengalami keguguran."

"Maksud lo?!" tanya Gendra, sedikit memekik karena terkejut mendengar perkataan dokter Vanya barusan.

"Bayimu tidak bisa di selamatkan," jawab dokter Vanya.

Gendra terdiam di tempat mendengar jawaban dokter Vanya.

"Jadi maksudnya, cucu saya udah nggak ada? menantu saya udah nggak hamil lagi?" tanya Argas, masih tak percaya.

Dokter Vanya mengangguk. "Benar."

"T-terus gimana k-kondisi istri gue sekarang?" tanya Gendra, ia menatap dokter Vanya dengan wajah berharap.

Dokter Vanya menghela nafas panjang. "Istrimu mengidap penyakit kanker rahim. Ada kecil kemungkinan untuk pasien bisa hamil lagi."

Gendra terduduk di lantai, tubuhnya lemas seperti orang yang tidak bertenaga, tatapannya kosong, jantungnya seperti berhenti berdetak, dan hatinya hancur.

Gendra sangat hancur mendengar kenyataan ini.

Bukan hanya Gendra, tetapi Argas, Gilbert, Malvyn, dan yang lainnya pun hatinya juga tersayat mendengar kondisi Thara sekarang.

"G-gue boleh jenguk?" tanya Gendra, menatap dokter Vanya.

Dokter Vanya kembali mengangguk. "Silahkan. Tapi cuma satu atau dua orang aja yang masuk ke dalem."

Gendra menoleh ke arah Argas dan Gilbert.

"Kamu aja yang masuk," ucap Gilbert yang diangguki oleh Argas.

Gendra berdiri, berjalan memasuki ruang ICU dengan tubuh yang lemas.

Mereka sebenarnya ingin sekali masuk ke dalam ruang ICU—melihat keadaan Thara secara langsung. Namun mendengar dokter Vanya yang melarangnya, dan hanya memperbolehkan satu atau dua orang yang masuk, membuat mereka hanya bisa diam.

Lagi pula, Thara lebih membutuhkan Gendra daripada mereka.

Gilbert merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sejak awal, ia tidak pernah tahu tentang kondisi putrinya. Berbulan-bulan lamanya ia di sekap oleh Nathalie dan Arion. Dan setelah kembali lagi, dirinya malah harus melihat kondisi putrinya yang hancur. Hati Gilbert juga ikut hancur mendengar putri satu-satunya menderita.

Di dalam ruang ICU, Gendra dapat melihat Thara yang terbaring lemah di atas hospital bed. Gendra terus berjalan mendekati Thara. Sesampainya, Gendra mendudukkan tubuhnya di kursi yang sudah di sediakan, tangannya langsung terulur untuk menggenggam tangan Thara.

Thara sudah sadar dari pingsannya beberapa menit yang lalu, dan ia juga tahu bahwa dirinya telah keguguran, serta mengidap penyakit kanker rahim.

Mata Gendra berkaca-kaca menatap perut Thara yang tadinya buncit, kini menjadi rata.

"Kak," panggil Thara dengan suara parau.

"Iya, sayang?" sahut Gendra, lembut. Ia mengecup lembut punggung tangan istrinya.

"Keinginan kak Gendra udah terkabul," Thara membawa tangan Gendra untuk di letakkan di atas perutnya yang kini kembali rata. "Dia u-udah nggak ada di r-rahim aku lagi..."

Untuk yang pertama kalinya, Gendra mengeluarkan air matanya. Ia menangis. Dan untuk yang pertama kalinya juga, Thara melihat Gendra menangis. Selama mereka menikah, Thara tidak pernah melihat Gendra menangis.

"D-dia..." nafas Gendra tercekat, dirinya seperti susah sekali hanya untuk bernafas. "Lo... beneran keguguran, Thar?" mata Gendra menatap sendu perut rata Thara.

Thara mengangguk, bersamaan dengan air matanya yang mengalir deras di pipinya. "Iya, a-aku keguguran..."

Kenyataan yang membuat perasaan Gendra tersayat, hatinya juga hancur berkeping-keping.

Jika boleh jujur, Gendra sedikit lega melihat Thara baik-baik saja. Namun tetap saja, ia masih tidak rela menerima kenyataan bahwa istrinya telah keguguran.

Gendra menyeka air matanya sendiri, sebelum menyeka air mata Thara dengan lembut. "Udah, ya, nggak usah nangis. Ikhlasin, ya, sayang?"

"K-kak Gendra seneng 'k-kan?"

Pertanyaan konyol yang Thara lontaran. Mana mungkin ia senang mendengar istrinya keguguran.

Gendra meletakkan telapak tangan Thara di dadanya. "Hancur, Thar..."

Mendengar Thara keguguran saja, sudah cukup membuat Gendra hancur, dan tadi dokter Vanya juga mengatakan bahwa Thara mengidap penyakit kanker rahim. Hati Gendra hancur dua kali lipat.

"Aku p-punya penyakit kanker r-rahim," beritahu Thara. Ia semakin menangis saat mengingat bahwa dirinya keguguran dan juga mengidap penyakit kanker rahim. "Aku u-udah nggak sempurna l-lagi, kak..." lirih Thara dalam tangisannya.

Gendra meletakkan telunjuknya di mulut Thara. "Kata siapa, hm? lo masih sempurna, Thar."

"Tapi, kita nggak b-bakal punya a-anak lagi. Aku udah nggak bisa hamil," ucap Thara, membuat hati Gendra kembali tersayat.

"Dokter tadi bilang kalo lo tetep bisa hamil, Thar," ucap Gendra, berusaha untuk menenangkan Thara.

Thara tak menyahut lagi, ia merasakan sakit yang masih menjalar di tubuhnya. Tubuh Thara rasanya remuk sekali, tulangnya seperti patah semua.

"Ada yang sakit nggak, hm?" tanya Gendra dengan raut wajah khawatir, tangannya membelai rambut Thara dengan lembut.

Thara menggelengkan kepalanya lemah.

"Kenapa, ya, kak? kenapa h-harus aku yang ngalamin i-ini semua? ini terlalu berat buat aku. Aku nggak kuat..." kata Thara, air matanya tak henti-hentinya mengalir.

Setiap kata yang keluar dari mulut Thara, sukses membuat hati Gendra sakit, seperti tertusuk oleh belati tajam.

"Nggak boleh ngomong gitu, sayang. Thara pasti kuat," ucap Gendra, lembut. Tatapan Gendra tak lepas dari manik mata Thara.

"Capek, kak. Capek mental, capek fisik," kata Thara.

Gendra mengalihkan pandangannya ke arah lain, diam-diam menyeka air matanya yang kembali mengalir di kedua pipinya agar Thara tidak melihatnya.

Meskipun Gendra menyembunyikannya, Thara tetap dapat melihat bahwa Gendra kembali menangis.

Gendra kembali menatap Thara, ia tersenyum tipis pada Thara. "Perempuan kuat, kenapa harus jadi istri gue? gue terlalu brengsek buat lo, Thar."

"Karena ini takdir yang udah tuhan tentuin buat kita," balas Thara menatap Gendra dengan tatapan yang begitu lembut. "Kak Gendra nyesel n-nikah sama aku?"

"Gue nggak nyesel, Thar. Yang bikin gue nyesel karena udah nyiksa lo."

"Kak Gendra s-sayang a-aku, nggak?" sebenarnya, Thara sedikit ragu menanyakan hal ini, tetapi ia tetap memberanikan diri untuk menanyakannya. Meskipun Thara tahu apa jawaban Gendra.

Cup!

Satu kecupan lembut mendarat di kening Thara.

Gendra mengecupnya cukup lama, hingga Thara dapat merasakan hembusan nafas Gendra yang menerpa kulitnya.

Kemudian, Gendra menatap manik mata Thara lekat-lekat. Gendra menarik sudut bibirnya ke atas—mengulas senyuman yang begitu manis pada Thara.

Ini baru pertama kalinya Thara melihat Gendra tersenyum setulus ini padanya.

"Makan, ya? badan lo lemes banget karena udah nggak makan berhari-hari."

Thara tersenyum getir ketika Gendra tidak menjawab pertanyaan, tetapi malah menyuruhnya untuk makan.

~TBC~

Continue Reading

You'll Also Like

110K 4K 49
Abyan Bara Wiryamata. Siapa yang tidak mengenal sosok playboy , bad bay, sekaligus tukang gosthing di sekolahnya? Namun hal itu tidak menutupi pesona...
6M 474K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
225K 16.1K 73
Seperti inilah kehidupan pernikahan kami.. Layaknya sebuah kapal yang terus diterpa angin kencang, gelombang laut pasang dan ribuan Batu karang yang...
1.4M 19.6K 12
NEW VERSI DENGAN REVISI Dua orang remaja diikatkan dalam suatu tali suci pernikahan? Akankah pernikahan itu bisa berjalan dengan mulus? Atau malah se...