About Everything [END]

By fairytls

934K 119K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

40. Boyfriends?

13K 1.7K 5.4K
By fairytls




Banyak pasang mata melihat ke arah Orion serta Luka yang keluar berbarengan dari satu mobil. Mereka menganga tak percaya. Seorang Orion Ivanka Mahendra ketua dari geng Slytherin itu benar-benar dekat dengan seorang gadis? Apalagi Orion dekat dengan gadis seperti Luka.

"Makasih," ucap Luka.

"Hm, sana masuk." Setelah melihat Luka memasuki asrama, Orion kembali masuk ke dalam mobil, ia melesat pergi meninggalkan kawasan asrama.

Luka berdiri di depan ruang kepala asrama, ia segera melangkah masuk ke dalam. Di dalam Luka bertemu dengan Bu Jeni, seorang wanita dengan tubuh berisi, berkacamata tebal, serta bibirnya dihiasi lipstick merah menyala. Bu Jeni mengantarkan Luka ke kamar nomor 40, di sepanjang koridor Bu Jeni menjelaskan beberapa peraturan yang harus Luka patuhi selama tinggal di asrama SMA Angkasa.

Bu Jeni pergi meninggalkan Luka setelah mengantar Luka sampai di depan pintu kamarnya. Luka memegang gagang pintu lalu ia pun masuk. Di dalam kamar terlihat ada dua tempat tidur, dua meja belajar, dua kursi serta satu kamar mandi. Luka meletakkan tas bawaannya ke atas kasur. Ia tampak berpikir apakah ia punya teman sekamar? Karena rata-rata barang besar yang ada di kamar semuanya ada dua. Ia sedikit khawatir, bagaimana jika teman sekamarnya tidak suka dengannya.

Luka menatap sekeliling, kamar asrama yang akan ia tempati sangat bagus. Sudah mirip hotel bintang lima dengan kasur empuk dilengkapi AC, rak minimalis berisi beberapa buku, sofa luas untuk bersantai. Semuanya tampak nyaman.

"Luka?" sapa seorang gadis yang baru saja masuk ke dalam kamar. Dia adalah Mira, masih ingat Mira? Petugas PMR yang membantu Luka mengobati lengannya. Almira Maheswari ia sekelas dengan Orion.

"Mira?" sapa Luka balik.

"Jadi lo teman sekamar gue?" tanya Mira mendekat ke aran Luka.

"Jadi, ini kamar kamu?" Pertanyaan Luka dibalas anggukan kepala oleh Mira.

Mira bukan murid yang mendapatkan beasiswa seperti Luka, ia dari keluarga berada. Mira sengaja meminta keluarganya mengizinkan ia untuk tinggal di asrama karena rumah Mira berada diluar kota.

"Oohh." Luka mengangguk kikuk, ia bingung harus bicara apa lagi dengan Mira. Luka tidak begitu pandai bergaul, tahu sendiri ia selama ini tidak punya teman akrab.

"Ayo duduk." Mira mengajak Luka duduk di atas kasur. "Gue seneng sekamar sama lo, temen sekamar gue yang lama itu berisik banget. Untung aja dia udah pindah ke kamar lain," ungkap Mira blak-blakan. Teman sekamar Mira yang lama memang sengaja Orion pindahkan ke kamar lain. Dengan begitu ia bisa percaya Luka akan baik-baik saja bersama Mira, walaupun Orion tidak mengetahui banyak tentang Mira, Orion tahu gadis itu sekelas dengannya.

Luka hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan Mira. "Oke, mulai sekarang lo jadi temen gue." Mira memeluk lengan Luka dengan akrab.

"Kamu mau temenan sama aku?" tanya Luka.

"Iya, kenapa enggak? Kita sekarang temen sekamar, kalo lo butuh sesuatu lo tinggal bilang ke gue."

"Lo rapihin aja barang lo dulu, gue mau mandi. Nanti kita cerita-cerita lagi." Melihat Mira masuk ke dalam kamar mandi Luka bergegas merapihkan buku serta beberapa baju ke tempatnya. Ia juga menyimpan barang penting ke dalam laci. Luka lega ternyata teman sekamarnya adalah Mira. Mira terlihat seperti gadis baik yang ceria.

Baik Mira mau pun Luka sudah selesai membersihkan diri, kini mereka berdua sedang bersantai disofa panjang. "Lo kayaknya dekat banget sama Orion, lo pasti punya hubungan kan sama Orion?" tebak Mira memicing curiga.

"Ayo ngaku, lo pacaran sama Orion ya?" tanya Mira dengan ekspresi lucunya.

"Nggak ... aku nggak pacaran sama Orion. Emang Orion suka sama aku?"

"Kalo Orion nggak suka sama lo ... terus kenapa Orion repot-repot pindahin temen sekamar gue biar lo bisa sekamar sama gue, itu udah jelas Orion suka sama lo."

"Masa' sih?" Luka menatap Mira tak percaya.

"Feeling cewek tuh jarang salah, fiks gue yakin Orion suka sama lo," tegas Mira.

"Nggak mungkin, Orion pasti cuma kasihan sama aku," balas Luka.

"Lagian cowok kayak Orion emang mau sama cewek kayak aku?" sambung Luka.

"Heh! Cinta itu nggak mandang mau lo kayak apa pun itu. Buktinya kenapa seorang jasmine bisa-bisanya jatuh hati sama seorang pencuri? Nah ... itu artinya kita nggak bisa memilih kepada siapa kita akan jatuh cinta. Sama kayak Orion walaupun lo ... maaf ya, kasta lo sama kasta Orion beda nggak nutup kemungkinan dong kalo Orion suka sama lo, lagian lo itu cantik," puji Mira membuat Luka tersenyum malu.

"Coba dong lo ngomong pake lo gue, biar gaul biar keren dikit gitu," gurau Mira.

"Tapi aku nggak terbiasa," balas Luka, ia anak panti dari kecil biasa menggunakan aku kamu kerena terkesan sopan dan santun.

"Coba dulu," paksa Mira memegang lengan Luka.

"L-lo orangnya asik," ucap Luka ragu.

"Iiihh ... cocok tauk, pokoknya mulai sekarang lo harus pake lo gue, dibiasain biar lo gak cupu!" tegas Mira.

Mereka lanjut ngobrol santai sampai larut malam. Hingga akhirnya Luka menguap ia sudah mengantuk tapi Mira masih betah mengoceh dari tadi membuat Luka tidak enak jika pergi tidur duluan. Luka menutup mulutnya lagi ketika menguap, Mira berhenti berbicara saat melihat Luka menguap dengan mata sayu.

"Lo udah ngantuk, Ka?" tanya Mira.

"Gapapa lanjut aja." Luka memaksakan matanya agar tetap terbuka.

"Lo tidur aja, mata lo tinggal dua watt lagi tuh kayaknya," ejek Mira.

"Tapi ... l-lo belum selesai cerita," balas Luka. Meski belum terbiasa, ia mencoba saran Mira agar terus menggunakan lo gue ketika berbicara mulai sekarang.

"Udah gapapa, lain kali kita bisa lanjut lagi cerita, sana lo tidur."

"Lo ... nggak tidur?"

"Duluan aja, gue mau ngerjain tugas bentar," jawab Mira.

"Ya udah, gue tidur duluan." Luka beranjak dari sofa menuju kasurnya.

***

Paginya Luka dan Mira baru saja keluar dari asrama. Mira melihat Orion sedang duduk di atas motornya sambil memainkan ponsel, wajah Orion datar tanpa ekspresi tak memperdulikan banyak cewek yang menatapnya.

"Eh ... itu Orion." Mira memegang lengan Luka agar Luka melihat ke arah Orion.

"Ngapain Orion di sini," gumam Luka tetapi masih bisa didengar oleh Mira.

"Mau ngapain lagi kalo bukan jemput lo," goda Mira menaik-turunkan kedua alisnya. Luka tersenyum malu menanggapi ucapan Mira.

"Sana samperin," suruh Mira.

"Terus lo?"

"Udah lo jangan mikirin gue, bentar lagi pacar gue jemput."

"Lo udah punya pacar? Kok nggak bilang?" tanya Luka penasaran.

"Semalam kan lo udah ngantuk padahal gue belum selesai cerita," balas Mira. Semalam Mira dan Luka menghabiskan waktu menceritakan tentang diri mereka masing-masing dengan begitu mereka sekarang bisa dikatakan dekat.

"Maaf ya." Luka menggaruk tengkuknya, ia merasa tidak enak semalam ia tidur duluan padahal Mira belum selesai cerita.

"Iya-iya gapapa, udah sana samperin Orion, kasian tuh nungguin lo." Mira mengibaskan tangannya pada Luka seperti mengusir kucing.

Orion memasukkan ponselnya ke dalam saku saat melihat Luka mendekat. Orion menjemput Luka pagi ini telah mengundang tatapan iri dari para kaum hawa kepada Luka.

"Naik."

Tanpa banyak protes Luka naik ke atas motor Orion, mereka melesat di tengah keramaian kota Jakarta. Kali ini jalanan begitu padat dengan kendaraan sehingga mereka terjebak macet cukup lama. Seperti biasa, jakarta memang sering macet. Orion tersenyum dibalik helmnya, kemacetan ini bukanlah masalah namun berkah untuknya, ia bisa berlama-lama dengan Luka.

Di tengah kemacetan, mata Alexa memicing menatap gadis di atas motor Orion, tidak salah lagi itu Luka. Tangan Alexa mencengkeram stir mobilnya kuat, darah Alexa mendidih emosi melihat tangan Luka melingkar indah dipinggang Orion.

"Lo liat aja Luka, gue bakal nyingkirin lo secepatnya dari Orion." Alexa bergumam, sorot matanya tajam menatap Luka.

Orion perlahan-lahan melaju menyalip mobil di depannya. Karena Orion pakai motor memudahkan ia untuk bergerak di tengah kemacetan. Alexa berdecak kesal. Ia harus merelakan Orion menghilang dari pandangannya karena motor Orion sudah melaju.

"Sialan!" umpat Alexa kesal.

Sesampainya di sekolah semua pasang mata terjutu kepada Orion dan Luka.

"Huaa gue iri, mau juga berangkat bareng Orion."

"Apa gue harus jadi cewek miskin plus korban bullying ya? Biar disukain juga sama Orion."

"Apa aku harus open BO biar Orion suka."

"Tuh cewek kan simpanan om-om, kok Orion mau sih."

"Gilak! Selera Orion rendahan banget, nyesel gue pernah suka sama dia."

Rumor tentang Luka beberapa hari lalu masih sangat hangat diperbincangkan. Semua orang menatap jijik ke arah Luka. Namun Luka tidak terlalu memperdulikan mereka.

"Wiuhh ... berangkat bareng ayang nih," sindir Fino.

"Eh btw kita belum kenalan secara resmi sama lo," kata Arkan menatap Luka.

"Kenalin, nama gue Arkan." Arkan mengulurkan tangannya ke hadapan Luka, Luka menyambut tangan Arkan canggung.

Fino menghampiri Luka ia juga berkenalan dengan Luka, begitu pun dengan Fano serta Elang mereka juga melakukan hal yang sama.

"Sekarang kita punya bu ketu nih." Arkan tanpa tahu malu merangkul bahu Luka layaknya teman akrab, hal itu membuat Arkan mendapatkan tatapan tajam dari Orion.

"Eh iya-iya, biasa aja dong Bos matanya, kayak mau nelan gue hidup-hidup aja." Arkan perlahan menurunkan tangannya dari pundak Luka sebelum mendapat amukan dari Orion.

"Luka!" Luka menoleh ketika ada yang memanggilnya. Tak jauh dari tempat mereka berkumpul terlihat Axel melambaikan tangan pada Luka. Di sebelah Axel juga ada Damian serta Reyan.

"Ngapain tuh sel tahanan melambai-lambai kayak lagi fashion show," celetuk Fino.

"Dia ngelambai ke Luka kali bukan ke elo," kata Arkan.

"Wah ... lo belain sih sel, musuh kita?"

"Siapa yang belain," sewot Arkan.

Axel menghampiri Luka. "Gue tadi jemput lo, kata ibu kost lo udah lama pindah." Axel menatap Luka butuh penjelasan.

"Iya, gue udah pindah," balas Luka.

"Gue?" heran Axel karena tidak pernah mendengar Luka menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'gue'

"Aneh ya kalo aku ngomong pake gue?" tanya Luka.

"Enggak kok, nggak aneh," balas Axel.

"Lo kenapa nggak bilang sama gue kalo lo udah pindah?" tanya Axel.

"Memang lo siapa?" Bukan Luka yang menjawab tetapi Orion, laki-laki itu menatap Axel datar.

"Gue nggak ngomong sama lo, gue calon pacarnya, emang kenapa?" ujar Axel songong.

"Baru calon, gue pacarnya,"balas Orion sengit. Luka menatap Orion heran, sejak kapan mereka pacaran? Lagipula Orion tidak pernah menyatakan cinta kepadanya. Ia berpikir mungkin Orion mengatakan itu karena ingin mengusir Axel pergi.

"Halah nggak percaya gue, lagian mana mau Luka sama modelan kayak lo."

"Mau lah, gue kan tampan."

"Nampan kali maksud lo," ejek Axel sambil tersenyum miring. Para anggota geng mereka menatap bingung ke arah ketua masing-masing. Begitu lah Orion dan Axel jika sudah bertemu pasti adu bacot. Orion menarik kerah baju Axel.

"Apa, nggak terima lo, muka lo emang kayak nampan, datar." Axel juga menarik kerah baju Orion.

"Udah ... nggak usah ribut." Luka menghentikan perdebatan Orion dan Axel ketika mereka sama-sama mengarahkan tinju membuat tangan mereka yang terkepal menggantung di udara.

"Axel." Luka menatap Axel membuat Axel melepas kerah baju Orion kasar begitu pun dengan Orion. Axel menatap tajam Orion sambil merapihkan sedikit kerah bajunya yang kusut gara-gara Orion.

"Kalian berdua kenapa sih kalo ketemu pasti ribut, nggak bisa sehari aja akur?" tanya Luka heran menatap Orion dan Axel bergantian.

"Dia duluan yang mulai." Axel berkata di depan Luka sambil memanyunkan bibir layaknya anak kecil yang sedang mengaduh kepada ibunya, ekspresi Axel sangat Lucu membuat beberapa siswa perempuan yang lewat menahan pekikan karena gemas kepada Axel.

"Najis! muka lo sok imut," sindir Fino dari tempatnya berdiri.

"Sirik aja lo pin atm," sahut Axel.

"Maksud lo gue yang duluan ngajak ribut?" Orion menaikkan sebelah alisnya.

"Ya jelas lo lah, lo yang suka ngajak Axel ribut," sahut Damian.

"Heh Dam-Dam, lo nggak usah ikut campur," tunjuk Arkan pada Damian.

"Lo juga nggak usah ikut campur, ngapain lo nyaut omongan gue." Damian menatap sengit Arkan.

"Serah gue lah, gue punya mulut," balas Arkan santai.

"Ini yang ribut siapa sih?" Reyan menggaruk belakang kepalanya bingung.

"UDAH!" teriak Luka membuat mereka terdiam, sunyi seketika.

"Kalian kalo mau ribut ya udah lanjut aja, gue mau ke kelas," pamit Luka, lama-lama ia pusing jika terus berada di tengah perdebatan geng Slytherin dan Gryffindor.

"Dinda jangan tinggalkan kakanda," ucap Axel berdrama ala-ala film kolosal jaman kerajaan.

"Huekk, alay banget lo." Fino mau muntah mendengar ucapan Axel.

"Jatuh cinta membuat gue 1000 kali lebih alay," sahut Axel masih menatap punggung Luka yang semakin jauh.

"Cabut," ajak Axel kepada kedua temannya.

Setelah Axel pergi Orion menyuruh Arkan serta sih kembar mengikuti Luka, menjaga Luka serta memastikan Luka tidak diganggu karena rumor tentang foto Luka dan Papanya masih hangat diperbincangkan.

Sepanjang Luka melangkah orang-orang menatapnya dengan berbagai pandangan, sebenarnya ia tidak terlalu peduli dengan rumor itu. Karena dalam foto tersebut memang dirinya, yang salah adalah orang yang membuat rumor tersebut seakan-akan menggiring opini buruk tentang dirinya.

Arkan melotot tajam pada siswa yang memberikan tatapan jijik ke arah Luka membuat siswa itu segera menunduk, takut kepada Arkan. "Kita harus lindungin bu ketu," kata Arkan.

"Yoi, harus itu," balas Fano setuju.

"Emang Luka spesies hampir punah harus dilindungi?" celetuk Fino membuat Arkan jengah lalu menjitak keningnya.

"Bukan gitu konsepnya! Lo kalo nggak mau jagain Luka siap-siap dimarahin Pak Bos," kata Arkan serius.

"Aelah bercanda doang, serius amat lo," balas Fino. Mereka berjalan di belakang Luka memastikan Luka sampai di kelas dengan selamat sesuai perintah Orion.

Shipper Orion spam 🍨→

Shipper Angkasa spam🍦→

Shipper Axel spam 🍧→

Spam next di sini→

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 925K 89
[END | PART LENGKAP] #1 in teenlit [28 Oktober 2021] #1 in receh [08 November 2022] #1 in sekolah [03 Desember 2023] Azalea Alyosha Rahardian, gadis...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
5.2K 3K 72
Budayakan membaca deskripsi sebelum terjun ke cerita🔪 Ada satu insiden yang membuat Rea, si anak baru yang kelakuannya lumayan buruk, terpaksa harus...
2.1K 113 33
seorang pria yang cuek dengan keadaan di sekitarnya namun menjadi ketua tim voli pria tersebut tergolong tampan tinggi, mancung, pakaian selalu rapi...