About Everything [END]

By fairytls

935K 119K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

37. Rumors

11.9K 1.7K 1.5K
By fairytls




Malam berganti pagi, semalam Arkan menginap di rumah Fano dan Fino setelah pulang dari pesta. Pagi ini mereka datang ke sekolah seperti biasa. Fano memasuki kelas diikuti oleh Fino serta Arkan.

"Lesu amat, kenapa lo?" tanya Elang menatap Fino.

"Capek banget gue habis belalang semalam," jawab Fino.

"Belalang?" Dahi Elang mengeryit penuh tanya.

"Belalang apaan?" tanya Arkan.

"Itu yang melek sampai pagi," jawab Fino.

"BEGADANG!" balas Arkan emosi sambil tangannya seperti ingin memukul wajah Fino.

"Nah itu lo paham." Fino nyengir tak berdosa kepada Arkan.

"Nah itu lo paham, nah itu lo paham. Ngomong dibolak-balik aja lo!" ucap Arkan ngegas.

"Lagian lo begadang semalam ngapain?" tanya Elang.

"Biasa... nonton," sahut Fino.

"Nonton apaan?" Kali ini Fano yang bertanya kepada sang adik.

"Nonton kebakaran."

"Hah!" Wajah Fano kaget mendengar ucapan Fino.

"Semalam markas Gryffindor kebakaran," ungkap Fino dengan muka serius.

"Lah buset, markas orang kebakaran lo nonton doang lo." Arkan menatap tak percaya pada Fino

Fino tertawa. "Mau gimana lagi. Soalnya gue lupa bawa hp. Kalo bawa hp gue pasti sambil nge-vlog."

"Bukan gitu! Malah niat nge-vlog lo!" Tangan Arkan rasanya benar-benar ingin menabok muka polos Fino.

"Maksudnya lo tolongin, lo bantuin kek," sambung Arkan.

"Udah gue bantu niup tiga kali, tapi nggak mati, ya udah mending nonton aja."

Elang dan Fano menepuk keningnya capek melihat kelakuan Fino.

"Eh! Itu rumah kebakaran. Lo kata lilin kue ulang tahun, ditiup mati."

"OTAK DIPAKE OTAK!" emosi Arkan rasanya sudah diubun-ubun dan siap meledak kapan saja.

"Lah, masih mending gue bantu tiup. Nah lo sendiri semalam di mana? Gak keliatan di tkp?"

"Gue sibuk di belakang rumah lo," jawab Arkan santai.

"Ngapain?"

"Ngubur korek ama botol bensin." Jawaban Arkan sontak membuat Fino ngebug dan kedua temannya spontan menatap ke arah Arkan tak percaya.

"Arkan," Panggil Fino sambil menahan tawa.

"Jadi elu yang bakar nyet?"

"Iya," jawab Arkan dengan entengnya membuat Fino serta Fano tertawa ngakak sambil memukul meja.

"NGAK ADA OTAK!" maki Fino mememangi perutnya, sakit karena tertawa bahkan sudut matanya sudah mengeluarkan air.

"Lagian gue gedek sama Axel pipi gue ditonjok sama dia waktu di club, jadi ya udah gue bakar aja markas kumuh mereka," beber Arkan membuat tawa mereka perlahan-lahan mereda.

"Sih anjir nggak ada otak lo!" maki Fano.

"Bisa-bisa Axel ngamuk ke markas kita kalo tau lo bakar markas mereka," sambung Fano.

"Udah tenang aja, lagian markas mereka semalam kosong, jadi gue pastiin nggak ada korban jiwa. Sekali-kali kasih pelajaran sama Axel biar nggak songong amat jadi manusia. Lagian dulu dia juga ngerusakin pager sekolah kita, anggap aja impas," ujar Arkan.

Pletak...

Fano menjitak kening Arkan membuat sang empunya meringis. "Pokoknya kali ini gue nggak ikut-ikutan, lo berdua yang ngadepin Axel kalo ketauan," ucap Fano.

"Lah... gue cuma nonton doang kena juga," kata Fino.

"Halah... santuy aja, nggak bakal ketauan," balas Arkan.

Singkat cerita ketika Fano, Fino, serta Arkan sampai dikediaman Vernandes mereka masuk ke kamar untuk beristirahat. Arkan tidur di kamar Fino sedangkan Fano di kamarnya sendiri. Pukul satu malam Arkan bangun, ia sudah memastikan Fino tertidur setelah itu ia bergegas pergi keluar. Namun tanpa Arkan sadari ternyata Fino mengikutinya, tetapi sayangnya Fino kehilangan jejak.

Arkan di kawasan markas Gryffindor Sayup-sayup mata Fino menangkap kobaran api kemudian ia menghampiri kobaran api tersebut, sampai di sana Fino melihat markas Gryffindor terbakar, tidak ada satu pun orang di sana. Pukul tiga pagi Fino baru pulang, ia merasa heran ternyata Arkan sudah pulang dan tertidur pulas di atas kasurnya. Jadi begitu lah cerita singkatnya.

"Btw Orion belum dateng?" tanya Arkan.

"Jemput Luka katanya," sahut Elang.

"Oh... lah, kok lo tau?"

"Tadi dia ngechat gue," balas Elang santai, ia meraih buku yang sempat ia baca sebelum Fano, Fino dan Arkan masuk ke dalam kelas. Mata Fino memincing melihat tangan Elang.

"Lang, itu ... tangan lo kenapa?" tunjuk Fino ke arah pergelangan tangan Elang. Elang buru-buru menarik lengan hoodienya.

"Biasalah, lecet dikit jatoh dari motor," jawab Elang santai.

"Ohh... lain kali hati-hati bro." Fino menepuk pundak Elang.

"Thanks," balas Elang melihat sekilas ke arah Fino lalu kembali fokus membaca buku.

"Woii-woii, cek hp lo pada," desak Fano.

Mereka segera mengecek hp masing-masing, mereka menganga tak percaya dengan postingan yang baru saja diupload lima menit yang lalu di grup sekolah mereka, akun yang membuat postingan barusan bernama 'secret_5'

"Itu beneran Luka?" tanya Fino penasaran.

"Mukanya keliatan emang Luka," sahut Arkan.

"Gila hate komennya coy, parah sih." Fano geleng-geleng kepala membaca beberapa hate komen yang mengatakan Luka jalang, Luka open BO, Luka murahan, dan sebagainya.

***

Luka mengucek matanya saat terbangun. Perutnya terasa mual-mual. Ia berlari memasuki kamar mandi lalu muntah di depan wastafel. Kemudian ia memijat kedua pelipisnya yang terasa pusing.

"Apa yang terjadi sama aku semalam?" Luka bertanya-tanya jam berapa ia pulang dari pesta?

Luka berusaha mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam, tapi sekeras apa pun ia mengingat, ia tetap tidak ingat apa yang terjadi sebenarnya. Hal terakhir yang ia ingat saat pesta adalah ketika ia meminum air putih yang rasanya sangat aneh dan membuat tenggorokannya tidak nyaman.

Tok tok tok

Terdengar ketukan pintu. Luka segera keluar dari kamar mandi lalu membuka pintu. Di sana sudah ada Angkasa yang berdiri. "Gimana keadaan kamu?" tanya Angkasa.

"Pusing," jawab Luka pelan.

"Om ... sebenarnya apa yang terjadi sama aku semalam?" tanya Luka.

"Kamu minum vodka lalu pingsan, jadi saya membawamu pulang," ungkap Angkasa.

"Cepat mandi, setelah itu turun ke bawah. Kamu harus menerima hukuman karena minum vodka semalam." Angkasa pergi begitu saja membuat Luka berdiri dengan muka bingung. Luka mendengus kesal, kenapa ia harus dihukum padahal ia tidak tahu bahwa yang ia minum adalah vodka.

Selesai memakai seragam Luka turun ke bawah untuk menemui Angkasa. Ia memasuki ruang makan terlihat Angkasa berdiri di depan pantry. Ia menghampiri Angkasa.

"Ini." Angkasa memberikan apron pada Luka.

"Buatkan saya sarapan, itu hukuman untukmu," sambung Angkasa.

Karena tidak mau berdebat dipagi hari dengan Angkasa akhirnya Luka meraih apron ditangan Angkasa, ia segera mengenakannya. Ia akan membuat roti panggang telur mata sapi.

Tangan Luka terlihat cekatan membalik roti di atas pan, sedari tadi Angkasa memperhatikan Luka yang tampak asik membuat sarapan sehingga ia merasa terabaikan. Perlahan ia mendekati Luka lalu memeluk pinggang Luka membuat Luka kaget serta refleks menoleh, hampir saja bibir Luka menyentuh pipinya.

"Cepetan masaknya, saya laper," rengek Angkasa pelan ditelinga Luka membuat Luka meremang mendengar suara rendah Angkasa.

"Bentar lagi Om, Om jangan peluk-peluk aku susah geraknya," protes Luka sambil membalik roti di atas pan.

"Ekhm!" Dehaman seseorang membuat Angkasa melepaskan pelukannya, keduanya menoleh. Tak jauh dari mereka Orion sedang berdiri dengan pandangan datar. Suasana akward terjadi diantara mereka bertiga.

Orion mendekati Luka. "Udah siap?" tanya Orion kepada Luka.

Luka melihat Orion bingung. "Siap ... kemana?" tanya Luka.

"Sekolah ... bareng gue," sahut Orion.

Luka memasang muka bingung, ia tidak salah dengar? Orion mengajaknya berangkat sekolah bareng.

"Eum... aku lagi buat sarapan, kamu gapapa nunggu," kata Luka tersenyum kaku menatap Orion.

"Hm, gue tunggu." Orion berjalan ke arah meja makan lalu duduk di salah satu kursi, melihat putranya yang tak acuh timbul setitik rasa bersalah dihati Angkasa karena sudah memeluk Luka.

"Om duduk aja," suruh Luka. Angkasa menurut ia menyusul Orion kemudian duduk di depan Orion. Kini Angkasa hadap-hadapan dengan Putranya sendiri.

Luka melepaskan ikatan apronnya, ia membawa dua piring roti untuk Angkasa serta Orion. "Kenapa cuma dua, lo gak sarapan?" tanya Orion.

"Aku gak biasa sarapan pagi, buat kamu aja." Luka meletakan air minum ke depan Angkasa serta Orion. Kemudian ia duduk di tengah-tengah mereka.

Ruang makan lengang beberapa menit. "Apa lo ingat kejadian tadi malam?" tanya Orion akhirnya terlontar setelah ia memikirkan pertanyaan itu cukup lama, semalaman.

"Hm? Emangnya tadi malam ada kejadian apa?" Luka menatap Orion penuh tanya berharap Orion akan memberitahunya tentang kejadian semalam.

"Ya udah. Lupain aja," kata Orion kecewa. Padahal Orion berharap Luka mengingat semuanya meski pun dalam keadaan mabuk.

Angkasa menatap Orion, ia bisa melihat raut kecewa diwajah Orion. Angkasa jadi bertanya-tanya apa yang terjadi diantara Orion dan Luka tadi malam?

Orion memaksa tersenyum kecil pada Luka meskipun hatinya kecewa. "Makan." Orion memberikan piring berisi roti miliknya ke depan Luka.

"Makan punya saya aja," Angkasa juga ikut-ikutan melakukan hal yang sama. Orion menatap sengit kepada Papanya sedangkan Angkasa membalas tatapan Orion biasa saja.

"Tadi katanya Om laper, Om makan aja." Luka menggeser piring ke depan Angkasa.

"Orion, kayaknya kita harus pergi sekarang, nanti telat." Melihat suasana dimeja makan mulai memanas membuat Luka membuka suara mengajak Orion untuk segera berangkat ke sekolah.

Luka dan Orion berdiri dari duduknya. "Om, kami pergi dulu," pamit Luka.

Kini di ruang makan hanya menyisahkan Angkasa dengan dua piring roti yang belum dimakan sama sekali. Angkasa menatap sekilas roti buatan Luka, nafsu makannya hilang seketika, tangan Angkasa terkepal menahan gejolak cemburu dihatinya.

***

"Eh eh... liat tuh."

"Ya ampun nggak tahu malu banget sih tuh cewek."

"Cantik sih, tapi sayang murah!"

"Pro juga dia, deketin om-om kaya habis itu deketin Orion juga."

"Kira-kira semalam berapa ya harga tuh cewek, gue juga mau cobain layanannya. Lumayan kan dia juga cantik."

"Gue juga mau bro."

Bisik-bisik para siswa ketika melihat Luka turun dari motor Orion. Mereka semua menatap Luka dengan berbagai macam pandangan sambil sesekali menatap layar ponsel mereka yang terdapat foto luka sedang dipeluk oleh seorang pria, pria itu adalah Angkasa. Namun karena pengambilan foto tersebut sedikit dari belakang membuat wajah Angkasa tidak terlihat jelas, hanya wajah Luka yang jelas jika di zoom.

Orion dan Luka berjalan bersama di koridor. "Luka, semalam berapa?" tanya seorang cowok yang berpapasan dengan Luka. Orion menatap bingung ke arah cowok itu, apa maksud cowok itu? Pikir Orion.

"Ciee... simpanan om-om," sindir circle cewek yang melewati tubuh Luka. Luka merasa heran kenapa orang-orang melontarkan kata-kata yang tidak ia mengerti.

Pergelangan tangan Luka ditahan oleh kakak kelas, ia cukup ganteng serta penampilan sedikit berantakan. "Semalam berapa, Dek?" tanya laki-laki itu remeh sambil menatap Luka. Kakak kelas itu bernama Vegas.

"Maksud lo?" Orion mencengkeram tangan Vegas yang sudah berani menyentuh tangan Luka.

"Kalem bro, gue cuma nanya tarif dia semalam berapa, boleh lah gue pesan buat nanti mala—"

Bugh

Belum selesai Vegas merampungkan ucapannya ia sudah mendapatkan pukulan dari Orion. "Bacot, maksud lo apa?" Orion mencengkeram kerah baju Vegas. Sedangkan Vegas terkekeh pelan meski pun sudut bibirnya berdarah akibat pukulan Orion barusan. Buru-buru ia mengeluarkan ponsel kemudian menunjukkan foto Luka ke depan wajah Orion.

"Lo liat, cewek yang lo bela ini cuma seorang jalang kecil," remeh Vegas. Orion melihat dengan seksama foto itu. Orion mendorong Vegas membuat Vegas termundur beberapa langkah ke belakang.

"Gue baru tau ternyata selera lo cewek jalang kayak dia, jangan-jangan lo udah nyobain makanya lo belain tuh jalang," ejek Vegas membuat Orion naik pitam.

Bugh

Bugh

"Bangsat lo!" maki Orion menonjok pipi Vegas berkal-kali. Orion berada di atas tubuh Vegas kembali mencengkeram kerah baju Vegas menggunakan tangan kiri sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memukul wajah Vegas tanpa ampun.

Elang yang melihat Orion berkelahi bergegas berlari menghampiri Orion disusul juga dengan teman-temannya yang lain. "Yon udah, kendaliin emosi lo." Elang menarik tubuh Orion agar menjauh dari Vegas.

Vegas terbatuk, mulutnya penuh darah, tak lupa hidungnya juga berdarah karena pukulan brutal Orion. Arkan membantu Vegas berdiri kemudian menyuruh orang membawa Vegas ke rumah sakit. Setelah Vegas dibawa pergi barulah Elang melepaskan pegangannya dari Orion.

"SIAPA YANG BERANI GANGGUIN ATAU HINA LUKA, SIAP-SIAP HABIS DITANGAN GUE!" teriak Orion marah membuat mereka yang menonton perkelahian barusan bergidik takut, ternyata Orion jika sudah marah ngeri juga.

Tim Angkasa spam Lusa→

Tim Orion Spam Lion→

Tim Axel spam Luax→

Spam next di sini→

Kasih semangat buat saya→

Continue Reading

You'll Also Like

16.6K 559 61
Isi beberapa quotes, sajak, dan literasi kata. Jangan lupa tinggalkan jejak😌
327 21 2
Seorang prajurit wanita di markas pelatihan komando pasukan khusus yang...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
6.3K 1.8K 31
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.] • • • DRRUUMMMM~ cklek Seseorang memberhentikan motornya tepat di samping kanan Naza...