About Everything [END]

By fairytls

935K 119K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... More

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
24. Mrs Mahendra
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

36. Company Party II

12.2K 1.9K 1.5K
By fairytls




Kurang lebih 10 menit berlalu. Musik dansa pun selesai. Semua orang melepaskan diri dari pasangan mereka. Acara kembali seperti semula. Ada yang lanjut berbicara satu sama lain, makan cake, ada pula beberapa pasangan yang memilih keluar dari ballroom untuk menghirup udara segar. Sementara Luka yang baru saja melepaskan tangannya dari pundak Angkasa segera melangkah mundur menjauhi Angkasa lalu berlari menuju kamar mandi.

"Aku udah gila, kenapa jantung ku berdegup kencang kayak tadi?" racau Luka di depan wastafel.

"Iya ... pasti aku udah gila, aku nggak mungkin jatuh cinta sama Om Angkasa. Nggak mungkin banget, bisa-bisa Orion benci sama aku kalo aku suka sama Papanya."

"Tapi kenapa aku ngerasa panas?" Luka berjalan mondar-mandir seraya mengipasi tubuhnya sendiri dengan kedua telapak tangan. Namun sayang, ia tidak bisa meredam rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ternyata berdansa bersama Angkasa mampu membuat tubuhnya panas berdekatan dengan pria itu.

Luka menarik napas dalam kemudian menghembusnya pelan berusaha menenangkan diri berharap panas tubuhnya mereda. Tubuh Luka terasa gerah karena terbawa perasaan dengan perhatian Angkasa. Setelah cukup tenang Luka akhirnya keluar dari toilet. Ia mengambil minuman di atas meja yang ia pikir air putih lalu meneguknya cepat. Luka berhenti minum sejenak, tenggorokannya terasa tidak nyaman. Untuk mengurangi rasa gugup dan gerah tubuhnya Luka tidak memperhatikan lagi apa yang ia minum. Yang jelas, itu bukan air putih.

Seseorang memegang bahu Luka membuat Luka seketika menoleh. Luka tersenyum lebar menatap sosok laki-laki di depannya. "Sama Papa gue ke sini?" tanya Orion.

Luka diam tak menjawab, ia menunduk melihat lantai yang ia injak. "Aku kok make gaun mahal gini?" Luka mulai ngelantur. Ia memegang kedua sisi gaunya lalu memutar tubuh di depan Orion.

"Terus kenapa rambut aku disanggul gini?" Kedua tangan Luka meraba rambutnya sendiri, menguraikan gelung rambutnya, membiarkannya tergerai.

Orion merasa heran melihat tingkah aneh Luka. Orion memegang kedua pundak Luka mengangkat dagu Luka untuk mengamati wajah gadis itu yang sudah memerah. "Orion," rengek Luka sambil tersenyum menatap Orion seperti orang bodoh memperlihatkan deretan giginya yang putih. Orion mencium bau yang tidak asing dari napas Luka. Luka habis minum vodka, pikir Orion.

Orion langsung menggandeng tangan Luka, ia menarik Luka menjauhi kerumunan membawanya keluar dari ballroom pesta. Orion melihat sang Papa celigukan seperti mencari Luka membuat Orion terpaksa menggunakan pintu darurat untuk keluar dari gedung tempat acara pesta berlangsung.

"Orion? Kok kamu ngajak aku ke sini?" Luka mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dia kini berada di taman yang cukup sepi tak jauh dari gedung pesta.

"Lo mabuk," kata Orion menarik Luka untuk duduk dikursi panjang berwarna putih. Orion menggenggam tangan Luka, mereka saling tatap. Namun setelah beberapa detik Orion membuang muka ke arah samping, menatap Luka lama-lama tidak aman untuk jantung Orion.

"Orion, kamu kok ganteng mirip Papa kamu sih?" tanya Luka yang masih ngelantur. Ia tidak sadar dengan apa yang ia ucapkan semua murni secara spontan keluar dari mulutnya.

Orion tersenyum tipis, tapi kenapa harus dimiripin ke Papanya ia kan jadi sedikit kesal karena secara tidak langsung Luka juga memuji Papanya. "Gue emang ganteng dari lahir, jadi nggak perlu diperjelas."

Luka kembali tersenyum seperti orang bodoh. "Iya. Aku tau."

"Apa gue tembak aja ya? Biar dia nurut sama gue, tapi kalo gue ditolak mau ditaruh di mana muka gue nanti?" batin Orion bimbang.

"Orion, kamu tahu nggak kalau aku punya teman ... teman aku namanya jantung," kata Luka sambil menatap Orion membuat lamunan Orion buyar.

"Jantung?"

Luka mengangguk lucu. "Iya. Namanya jantung. Dia suka nakal sama aku."

"Kenapa?"

"Masa' dia bunyi deg deg deg cepet banget kalau lagi dekat sama Orion atau sama Papa Orion," ungkap Luka ngelantur. Rupanya Luka sekarang benar-benar dalam pengaruh alkohol.

Orion diam memasang wajah datar karena lagi-lagi Papanya dibawa dalam percakapan mereka. Namun tak bisa dipungkiri dalam hati ia merasa senang karena Luka juga deg-degan saat berdekatan dengannya.

"Jantung murahan ya? Masa' dia bunyi deg deg deg sama dua laki-laki sekaligus."

"Jantung lo bunyi kalo dekat Papa gue itu tandanya lo sakit jantung," imbuh Orion asal bicara.

"Kalo dekat Orion?" tanya Luka.

"Itu tandanya jantung suka gue," jawab Orion membuat Luka mengangguk paham.

"Kenapa temen lo bunyi saat dekat gue?" tanya Orion.

"Karena dia suka Orion," jawab Luka polos.

"Oh ya? Kenapa temen lo bisa suka sama gue?" Orion kembali bertanya membuat Luka diam sejenak dengan tangan didagu seolah sedang berpikir.

"Eumm... karena Orion ganteng, baik, terkenal, kaya. Meskipun mukanya datar jarang senyum."

Orion tersenyum, ia tidak menyangka bahwa Luka mempunyai perasaan yang sama dengannya.

"Tuh kan liat, Orion tambah ganteng kalo senyum. Liat alis Orion tebal, hidung Orion mancung, mata Orion indah, kulit Orion juga putih. Orion tuh gantengnya nggak setengah-tengah," imbuh Luka sambil menunjuk-nunjuk ke arah Orion.

"Luka," panggil Orion membuat raut wajah Luka berubah seperti menunggu apa yang ingin Orion katakan kepadanya. Orion meraih pipi Luka, membelainya lembut seraya mengamati muka memerah Luka.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" Orion menatap tepat dimata Luka.

Luka diam belum merespon selama beberapa detik. "Kata jantung dia mau jadi pacar Orion," jawab Luka.

Tatapan Orion beralih ke bibir Luka. Perlahan ia mengecup lembut bibir Luka membuat Luka memejamkan mata merasakan sensasi kenyal dari bibir Orion. Sekujur tubuh Luka menegang bahkan tangannya meremas tepi kursi yang ia duduki untuk menghilangkan ketegangan dalam dirinya. Ritme jantung Luka mendadak berdetak lebih cepat seolah mau meledak.

"Itu ciuman pertama gue. Gue harap itu juga ciuman pertama lo," kata Orion setelah melepaskan ciumannya. Orion juga merasakan hal yang sama seperti Luka, jantungnya berdetak kencang.

"Lo sekarang pacar gue, gue nggak akan lepasin lo meskipun harus bersaing sama Papa gue sendiri," sambung Orion.

"Jantungnya nakal lagi, dia bunyi deg deg deg." Luka menekan dadanya sambil menepuknya pelan.

Orion terkekeh, gemas melihat tingkah Luka yang tak berhenti melantur. Tangan Orion terangkat mengelus sayang kepala gadis yang sudah resmi menjadi pacarnya itu.

"Aku jadi ingat Papa Orion juga pernah ngelus kepala aku," celetuk Luka membuat ekspresi Orion langsung berubah datar.

"Jangan bahas Papa gue!" marah Orion. Ia cemburu masih mabuk pun Luka tetap mengingat Papanya.

"Untung sayang, kalo nggak udah gue jedotin kepala lo biar lupa sama Papa gue."

Orion teringat ia juga ingin membicarakan hal pemting dengan Luka. "Luka," panggil Orion namun Luka tak menanggapi karena Luka sibuk melihat bintang di langit.

"Love." Panggil Orion sekali lagi.

"Gadisku." Suara Orion merendah ketika ia berbisik ditelinga Luka.

"Eum?" Luka akhirnya menoleh dengan wajah yang menggemaskan, jarak wajah mereka hanya satu jengkal.

"Lo mau kan tinggal di asrama sekolah?" tanya Orion, ia bertekad membawa Luka keluar dari mansion sang Papa kemudian menempatkan Luka di asrama SMA Angkasa.

Luka memasang wajah bingung. "Ta-tapi kan asrama sekolah udah penuh," balas Luka berbicara lambat dengan mata sayu. Pasalnya saat pertama kali masuk sekolah Luka seharusnya memang tinggal di asrama karena ia mendapatkan beasiswa namun karena asrama untuk anak IPA sudah penuh membuat Luka terpaksa ngekost.

"Nurut sama gue ya," kata Orion lembut.

"Tapi ... Kalo aku pergi dari mansion Papa Orion, nanti aku harus ganti uang Papa Orion dua kali lipat." Luka mengerucut bibir sedih.

"Lo tenang aja, lo sekarang pacar gue. Nggak usah mikirin itu, cukup lo nurut aja sama gue." Orion menangkup kedua pipi Luka.

"Besok pagi gue jemput," sambung Orion. Luka mengangguk mengiyakan semua ucapan Orion tanpa tahu ia akan ingat atau tidak dengan kejadian malam ini.

Luka melepaskan tangan Orion dipipinya kemudian ia tiba-tiba berdiri membuat Orion heran. Tanpa aba-aba Luka berlari kencang meninggalkan Orion.

"Luka," teriak Orion memanggil Luka yang berlari sempoyongan.

***

"Orion mana?" tanya Elang celigukan mencari sosok sang ketua Slytherin itu.

"Tau tuh, dia yang ngajak ke pesta perusahaan Papanya, dia juga yang ngilang," sahut Arkan. Di depan mereka banyak orang berlalu-lalang.

Fino menyenggol pelan lengan Arkan. "Apaan sih?" tanya Arkan menoleh ke arah Fino.

"Tuh liat, makanan bro. Banyak banget," tunjuk Fino pada meja berisikan berbagai macam makanan serta minuman.

Fino menarik Arkan menuju meja meninggalkan Fano serta Elang di sana. "Gila, kayaknya kita harus sering-sering dateng ke pesta, lumayan dapat makanan gratis." Fino mengoceh sambil menatap satu-persatu makanan di atas meja, sedangkan Arkan ia merasa malu mempunyai teman seperti Fino. Apa Fino lupa bahwa ia dari keluarga Vernandes, keluarga kaya yang bahkan mampu membeli semua toko makanan di kota ini jika orang tuannya mau.

"Lo kayak orang susah baru liat makanan aja Fin," sindir Arkan.

Fino spontan menoleh pada Arkan dengan mulut tersumpal sepotong kue stroberi, tangan Fino mendorong kue ke dalam mulutnya sehingga masuk semua. Ia mengunyah kue itu dengan semangat sampai cream putih belepotan disisi bibirnya.

"Gak mau lo?" tanya Fino menawari Arkan kue, sedangkan Arkan menatap tidak selera kue ditangan Fino.

"Ya udah kalo gak mau." Fino kembali memasukkan kue ke dalam mulutnya.

Arkan melihat Fino yang sedang kalap memakan berbagai makanan. Arkan berdecak kesal, ia meraih tisu kemudian membalik tubuh Fino agar menghadap ke arahnya. "Lo makan kayak anak paud, cemong gini." Arkan menghapus mulut Fino yang terkena whipe cream dengan kasar.

Fino merebut tisu dari tangan Arkan. "Biasa aja dong lo ngusapnya, kasar banget," protes Fino sinis.

"Lo bukan cewek harus gue lembutin," balas Arkan santai.

"Bacot!" Fino tidak peduli apa kata Arkan ia kembali makan kue. Namun kali ini ia usahakan tidak belepotan nanti Arkan ngelap mulutnya kasar lagi kayak tadi.

"Nih makan." Tangan Fino berada di depan mulut Arkan. Arkan menatap malas kue di depan mulutnya, dengan ogah-ogahan Arkan membuka mulut.

"Awnjing," maki Arkan, matanya terpejam ketika kue itu malah nemplok di wajahnya.

"Makan tuh kue." Fino tertawa ngakak melihat wajah Arkan cemong parah.

"Anak setan!" maki Arkan.

Fano dan Elang dari tadi mencari Orion. Namun karena tidak ketemu mereka akhirnya menghampiri Fino serta Arkan. "Kenapa lo?" tanya Fano melihat Arkan mengelap wajahnya dengan tisu.

"Adek lo sialan, muka gue ditemplokin kue," jawab Arkan kesal.

"Kayak gak tau dia aja, di rumah juga gitu kalo ngeliat banyak makanan pasti ngereog," balas Fano.

"Wah... ngebongkar aib lo Bang, lo mau sempak spongebob lo gue gantung dipohon beringin!" ancam Fino dengan smirk andalannya.

"Fano punya sempak spongebob?" tanya Elang.

"Punya Lang, sempak gambar beruangnya masha pun ada," beber Fino membongkar rahasia Fano yang suka mengkoleksi sempak karakter kartun.

"Jangan main-main lo sama sempak gue!" peringat Fano menatap tajam sang Adik.

***

Alexa baru saja keluar dari toilet. Namun saat ingin kembali ke pesta ia tak sengaja menabrak seseorang.

"Elo!" tunjuk Alexa.

"Ngapain sih lo juga ada di sini?"

"Suka-suka gue lah mau di mana aja," sahut Axel orang yang baru saja Alexa tabrak. Singkat cerita orang tua Damian diundang ke pesta sehingga Damian disuruh orang tuanya ikut maka secara otomatis Axel juga ikut karena mereka sudah seperti keluarga.

"Pasti hidup gue jadi sial ketemu sama lo," kesal Alexa.

"Lo kira gue nggak, gue kalo ketemu lo berasa kena timpa musibah," balas Axel tak kalah kesal.

Alexa tidak terima dengan ucapan Axel barusan, ia mendekati ke arah Axel berniat memukul wajah cowok itu. Namun yang terjadi karena Alexa tidak tepat mengambil langkah membuatnya tak seimbang lalu jatuh menimpa tubuh Axel sehingga posisi Alexa berada di atas tubuh Axel. Mata Alexa terbelalak kaget ketika bibirnya sukses menempel dengan bibir Axel.

Alexa buru-buru bangkit dari atas Axel, ia mengusap bibirnya kasar sambil menatap Axel yang juga ikut berdiri. "Najis, bibir gue nggak suci lagi." Alexa masih mengusap bibirnya kasar menggunakan punggung tangan.

"Hueek... huek..."

"Biasa aja kali, nggak usah huek huek, lo kira bibir gue senajis itu," ketus Axel.

"Emang bibir lo najis, gue harus cuci bibir gue tujuh kali."

"Emang gue anjing?" tanya Axel menatap Alexa malas.

"Iya lo anjing," marah Alexa.

"Lo babi," balas Axel.

"Lo monyet."

"Lo kadal."

"Lo kodok."

"Lo sapi."

"Lo-" Alexa menunjuk muka Axel namun ucapannya terpotong akibat kedatangan seorang Pria setengah baya.

"Tolong mas mbanya kalo mau absen nama-nama hewan jangan di sini, kalian mengganggu ketenangan," tegur petugas keamanan karena mendengarkan keributan Axel dan Alexa.

Alexa menatap sengit pada Axel. Baik Alexa mau pun Axel pergi dengan arah yang berlawanan. Axel berbalik sebentar melihat punggung mungil Alexa setelah itu ia kembali melangkah, begitu pun Alexa ia juga berbalik sejenak melihat punggung Axel semakin menjauh.

***

Angkasa dengan sigap menangkap tubuh Luka ketika Luka menabrak dirinya. "Kamu habis dari mana?" Angkasa memegang kedua pundak Luka. Ia dari tadi mencari Luka.

"Om Angkasa," pekik Luka girang memeluk leher Angkasa.

"Om, tadi aku ketemu Orion," beber Luka mendongak tinggi menatap wajah Angkasa. Samar-samar Angkasa mencium bau vodka dari mulut Luka.

Dahi Angkasa mengeryit. "Terus di mana Orion?" tanya Angkasa menarik pinggang Luka sehingga mereka berpelukan.

Luka menggeleng tak mau menjawab. "Luka!" Panik Angkasa menahan tubuh Luka ketika Luka hampir terjatuh, mata Luka terpejam, ia pingsan.

"Siapa yang memberimu vodka sampai mabuk begini hm?" bisik Angkasa rendah ditelinga Luka, padahal percuma berbisik Luka tidak bisa mendengar ucapannya.

"Kamu harus dihukum, beraninya minum vodka tanpa seizin saya," sambung Angkasa segera menggendong tubuh Luka ala bridal style, ia menuruni puluhan tangga, menuju tempat parkir.

Saat hendak memasukkan Luka ke dalam mobil bahu Angkasa ditahan oleh Orion dari belakang. "Papa mau bawa Luka kemana?" tanya Orion tidak suka. Ingat Luka sekarang pacarnya.

"Pulang," jawab Angkasa.

"Siniin Luka, dia pulang sama gue." Orion ingin mengambil Luka dari gendongan Angkasa, tetapi Angkasa mundur ke belakang.

"Kamu bawa motor, gimana mau bawa Luka pulang?"

"Sial!" umpat Orion dalam hati. Papanya benar kalau Luka pulang bersamanya bisa-bisa Luka jatuh dari motornya.

Angkasa segera memasukkan Luka ke dalam mobil, ia melihat Orion sebentar, karena Orion tak lagi bicara Angkasa masuk ke dalam mobilnya kemudian melaju meninggalkan sang Anak.

Tim Angkasa spam 🤗→

Tim Orion spam 😊→

Spam next di sini→

1k komen untuk update selanjutnya🔥

Mau bilang apa sama Angkasa→

Mau bilang apa sama Orion→

Mau bilang apa sama Axel→

Mau bilang apa sama Luka→

Mau bilang apa sama Alexa→

Mau bilang apa sama Elang→

Mau bilang apa sama sih kembar Fano Fino→

Mau bilang apa sama Arkan→

Continue Reading

You'll Also Like

1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
TRAUMA✓ By alyeyy

Teen Fiction

8.8K 1.1K 45
PART LENGKAP - FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Ini tentang dia, kita dan trauma. Awalnya Aqilla kira jatuh cinta itu indah, seperti di novel yang perna...
ADARA By ichaaa

Teen Fiction

2.1M 41.3K 24
𝐏𝐮𝐛𝐥𝐢𝐬𝐡𝐞𝐝: 𝟐𝟖 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟏𝟖 -𝒟𝑒𝓈𝒻𝒾𝓀𝒶 𝒜𝓇𝒹𝑒𝓇𝒶 - 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭: 𝟐𝟎 𝐀𝐩𝐫𝐢𝐥 𝟐𝟎𝟐𝟎 [𝑶𝒍𝒆𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕 �...
618K 24.4K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...