๐‘๐€๐‚๐‡๐„ ( ๐„๐๐ƒ )

By fancysky

22.3K 2.4K 9.3K

[ ๐–๐€๐‰๐ˆ๐ ๐…๐Ž๐‹๐‹๐Ž๐– ๐ƒ๐”๐‹๐” ๐’๐„๐๐„๐‹๐”๐Œ ๐Œ๐„๐Œ๐๐€๐‚๐€ ] โ๐ˆ ๐ฐ๐ข๐ฅ๐ฅ ๐›๐ซ๐ž๐š๐ค ๐ฒ๐จ๐ฎ๐ซ ๐ก๐ž๐š๐ซ๏ฟฝ... More

๐Ÿšฉ ๐’๐ค๐ฒ'๐ฌ ๐๐จ๐ญ๐ž ๐Ÿšฉ
๐€๐ซ๐ฌ๐ก๐š๐ค๐š ๐™๐š๐ฏ๐ข๐š๐ง
๐€๐ซ๐ฅ๐ž๐ง๐š ๐‘๐š๐ž ๐Œ๐š๐ฅ๐ฏ๐ข๐š๐ง
๐Ÿ. ๐’๐ž๐ค๐จ๐ฅ๐š๐ก ๐๐š๐ซ๐ฎ
๐Ÿ. ๐’๐ž๐ค๐ž๐ฅ๐š๐ฌ
๐Ÿ‘. ๐“๐ž๐ฆ๐š๐ง ๐๐š๐ซ๐ฎ
๐Ÿ’. ๐…๐š๐ค๐ญ๐š ๐’๐š๐ง๐  ๐‚๐š๐ฌ๐ฌ๐š๐ง๐จ๐ฏ๐š
๐Ÿ“. ๐’๐ญ๐ซ๐š๐ญ๐ž๐ ๐ข
๐Ÿ”. ๐”๐ฌ๐š๐ก๐š
๐Ÿ•. ๐ƒ๐ฎ๐š ๐‹๐ž๐ฅ๐š๐ค๐ข
๐Ÿ–. ๐’๐š๐ฆ๐ฌ๐š๐ค ๐€๐ซ๐ฅ๐ž๐ง๐š
๐Ÿ—. ๐๐ž๐ง๐œ๐ž๐ซ๐š๐ก๐š๐ง
๐Ÿ๐ŸŽ. ๐Š๐ž๐ญ๐ข๐๐š๐ค๐ฌ๐ž๐ง๐ ๐š๐ฃ๐š๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ. ๐“๐ฎ๐ฌ๐ฎ๐ค ๐‘๐š๐ฆ๐›๐ฎ๐ญ
๐Ÿ๐Ÿ. ๐“๐ž๐ค๐š๐ ๐’๐ก๐š๐ค๐š
๐Ÿ๐Ÿ‘. ๐๐ซ๐ž๐๐ข๐ค๐ฌ๐ข ๐ƒ๐ข๐ง๐๐š
๐Ÿ๐Ÿ’. ๐๐ž๐ง๐ ๐š๐ค๐ฎ๐š๐ง ๐’๐ก๐š๐ค๐š
๐Ÿ๐Ÿ“. ๐ƒ๐ข๐ฅ๐š๐›๐ซ๐š๐ค
๐Ÿ๐Ÿ”. ๐Œ๐ž๐ฆ๐›๐ž๐ฅ๐š ๐€๐ซ๐ฅ๐ž๐ง๐š
๐Ÿ๐Ÿ•. ๐๐ž๐ซ๐š๐ฌ๐š๐š๐ง ๐๐š๐ง ๐“๐š๐ง๐ญ๐š๐ง๐ ๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ–. ๐๐ž๐ง๐ž๐ง๐ญ๐ฎ๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ—. ๐๐ž๐ง๐ฒ๐ž๐ฅ๐š๐ฆ๐š๐ญ
๐Ÿ๐ŸŽ. ๐Š๐ž๐๐ข๐š๐ฆ๐š๐ง ๐™๐š๐ฏ๐ข๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ. ๐’๐ข ๐๐ž๐ฆ๐š๐ค๐ฌ๐š
๐Ÿ๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐š๐ฆ๐š ๐“๐ข๐ ๐š ๐’๐ž๐ค๐š๐ฐ๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ‘. ๐๐ž๐ซ๐ฆ๐ข๐ง๐ญ๐š๐š๐ง ๐Œ๐š๐š๐Ÿ
๐Ÿ๐Ÿ’. ๐ƒ๐š๐ซ๐š ๐๐ข๐ค๐ข๐ง ๐”๐ฅ๐š๐ก
๐Ÿ๐Ÿ“. ๐Œ๐š๐ฅ๐š๐ฆ ๐ฒ๐š๐ง๐  ๐๐š๐ง๐ฃ๐š๐ง๐ 
๐Ÿ๐Ÿ”. ๐‘๐ž๐ฌ๐ฆ๐ข
๐Ÿ๐Ÿ•. ๐๐ž๐ซ๐ฌ๐ข๐š๐ฉ๐š๐ง ๐”๐ฃ๐ข๐š๐ง
๐Ÿ๐Ÿ–. ๐๐ ๐š๐ฆ๐›๐ž๐ค
๐Ÿ๐Ÿ—. ๐€๐ฆ๐š๐ซ๐š๐ก
๐Ÿ‘๐ŸŽ. ๐Œ๐ž๐ฆ๐›๐ฎ๐ฃ๐ฎ๐ค ๐’๐ก๐š๐ค๐š
๐Ÿ‘๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฎ ๐ƒ๐š๐ซ๐š
๐Ÿ‘๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐ค๐š๐ซ๐š ๐‘๐จ๐ค
๐Ÿ‘๐Ÿ‘. ๐†๐จ๐ฅ๐Ÿ
๐Ÿ‘๐Ÿ’. ๐Œ๐š๐ค๐ง๐š ๐†๐ž๐ฅ๐š๐ง๐  ๐Œ๐ž๐ซ๐š๐ก
๐Ÿ‘๐Ÿ“. ๐๐ž๐ซ๐ฆ๐ข๐ง๐ญ๐š๐š๐ง ๐’๐ก๐š๐ค๐š
๐Ÿ‘๐Ÿ”. ๐’๐ข๐ฌ๐ข ๐‹๐š๐ข๐ง ๐€๐ซ๐ฅ๐ž๐ง๐š
๐Ÿ‘๐Ÿ•. ๐Œ๐ž๐ง๐ž๐ฉ๐š๐ญ๐ข ๐‰๐š๐ง๐ฃ๐ข
๐Ÿ‘๐Ÿ–. ๐’๐ข๐ฌ๐ข ๐‹๐š๐ข๐ง ๐“๐ข๐ ๐š ๐’๐ž๐ค๐š๐ฐ๐š๐ง
๐Ÿ‘๐Ÿ—. ๐๐ž๐ซ๐ง๐ฒ๐š๐ญ๐š๐š๐ง ๐€๐ซ๐ฅ๐ž๐ง๐š
๐Ÿ’๐ŸŽ. ๐Š๐ž๐ฃ๐ฎ๐ญ๐š๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐œ๐ž๐ซ๐ข๐ญ๐š
๐Ÿ’๐Ÿ. ๐”๐ฃ๐ข๐š๐ง ๐๐ซ๐š๐ค๐ญ๐ž๐ค
๐Ÿ’๐Ÿ‘. ๐”๐ฉ๐ฌ, ๐Š๐ž๐ญ๐š๐ก๐ฎ๐š๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ’. ๐๐ž๐ง๐ฃ๐ž๐ฅ๐š๐ฌ๐š๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ”. ๐“๐ซ๐š๐ ๐ž๐๐ข
๐Ÿ’๐Ÿ•. ๐Š๐จ๐ง๐๐š๐ง๐ ๐š๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ–. ๐๐ž๐ง๐ ๐ฎ๐ฆ๐ฎ๐ฆ๐š๐ง
๐Ÿ’๐Ÿ—. ๐๐ซ๐จ๐ฆ๐ง๐ข๐ ๐ก๐ญ
๐Ÿ“๐ŸŽ. ๐Œ๐ข๐ฆ๐ฉ๐ข ๐๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ค
๐Ÿ“๐Ÿ. ๐‡๐š๐ง๐œ๐ฎ๐ซ
๐Ÿ“๐Ÿ. ๐๐ž๐ซ๐ ๐ข ๐ฎ๐ง๐ญ๐ฎ๐ค ๐Š๐ž๐ฆ๐›๐š๐ฅ๐ข ( ๐„๐ง๐ )
๐„๐ค๐ฌ๐ญ๐ซ๐š ๐๐š๐ซ๐ญ
๐‹๐”๐๐€

๐Ÿ’๐Ÿ“. ๐”๐ฃ๐ข๐š๐ง ๐๐š๐ฌ๐ข๐จ๐ง๐š๐ฅ

208 24 106
By fancysky

VOTE DULU. AKU MAKSA!
Jangan malu buat nulis komentar juga, ya.
Terima kasih

Selamat Membaca

☆☆☆

Kebanyakan murid menganggap ujian nasional adalah hal yang paling mengerikan, termasuk Arlena. Namun hal itu tidak berlaku bagi tiga sekawan. Ketiganya malah tidak sabar untuk segera mengerjakan soal.

"Kamu takut?" tanya Shaka pelan kepada Arlena yang duduk di sebelahnya.

Gadis itu menoleh, "Banget."

"Santai aja. Ada aku," goda Shaka sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

"Apaan, sih?"

"Baiklah. Silahkan log in mulai dari sekarang. Jangan buru-buru dan kerjakan soal dengan teliti. Semoga sukses," ucap guru pengawas.

Seluruh murid di ruangan langsung fokus mengerjakan soal. Ada yang kaget karena melihat soal yang terlampau susah, ada yang murid yang nampak biasa saja, dan ada murid yang malah tersenyum saat melihat soal terpampang di laptop. Mereka itu adalah trio Cassanova sekolah.

"Ah, soal ini," gumam Shaka seraya terkekeh.

"Kok gampang banget soalnya?" tanya Ari heran.

"Ini mah dikerjain pake mata ketutup juga bisa," ucap Aaron pelan.

Ya, ketiga laki-laki itu tampak tidak menemukan kesusahan dalam menjawab soal. Terdengar sombong memang, tapi itulah kenyataannya. Tiga sekawan itu terlahir dengan IQ di atas rata-rata.

Di sisi lain, Arlena melirik Shaka yang tengah fokus mengerjakan soal. Bahkan dengan senyum yang terpasang di wajahnya. "Bisa-bisanya ada soal susah dia malah senyum," gumam Arlena.

Gadis itu kembali fokus pada laptop di depannya. Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Oke, fokus. Harus dapet nilai bagus gimana pun caranya," ucapnya pada diri sendiri. Arlena sudah mantap dengan keputusannya untuk kuliah di luar negeri. Maka dari itu, nilai ujiannya sangat berpengaruh dalam hal ini.

Bibirnya mulai membaca soal dengan pelan. Dipahaminya soal itu baik-baik lalu tangannya menggerakkan mouse untuk menjawab soal.

Begitu seterusnya sampai di soal terakhir. Meskipun ada kalanya Arlena menemukan kesusahan, namun pada akhirnya pula dia mampu mengatasinya dengan baik.

Tak lupa juga dia mengecek kembali jawabannya jika ditemukan kesalahan. Setelah yakin, Arlena melihat jam dinding yang terpasang di depan kelas.

"Kurang sepuluh menit lagi."

Dia melihat pengawas tengah sibuk dengan laptopnya. Di saat itu juga Arlena menoleh ke arah Shaka. Laki-laki itu bertanya apakah dia sudah mengerjakan soal atau belum.

Arlena tersenyum lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Shaka bernafas lega saat mendengarnya. Tangannya menginterupsi Arlena agar kembali menghadap ke depan. Takut jika guru pengawas memergoki keduanya tengah mengobrol.

Dengan terkekeh geli, Arlena kembali mengalihkan pandangannya ke depan sesuai perintah Shaka.

"Waktu mengerjakan kurang dari lima menit lagi. Silahkan kirim jawaban kalian dan segera log out. Jangan lupa juga untuk matikan laptop setelahnya."

"Baik, Pak!"

Semua murid langsung melakukan apa yang telah diperintahkan oleh guru pengawas mereka.

KRING KRING KRING

Bel pulang baru saja berbunyi. Sontak penghuni ruangan beranjak dari tempat duduknya masing-masing sambil membawa tas mereka dan keluar dari sana.

"Akhirnya satu ujian udah kelar," ucap Dinda lega.

Arlena yang berada di sampingnya ikut terkekeh.

"Iya," sahutnya. Dia melihat Shaka, Ari, dan Aaron yang baru keluar dari ruang kelas. "Tadi bisa, kan?" tanya Shaka.

Arlena mengangguk, "Bisa."

"Pinter. Keluar, yuk!" ajak Shaka

"Ayo!" balas Ari dan Aaron semangat.

Laki-laki itu spontan menatap kedua sahabatnya sinis. "Gue ngajak Arlena, bukan lo berdua," koreksinya.

"Bwahaha kocak. Makanya jangan kepedean," ledek Dinda puas.

"Diem lo," ketus Aaron.

"Nyenyenye."

"Dasar Mak Lampir."

Mata Dinda membola saat mendengar Aaron mengatainya Mak Lampir. "Ngomong apa lo barusan?! Mak lampir?" tanya Dinda tajam. Bahkan tangannya sudah siap untuk memukul Aaron. Namun saat di tengah melakukan aksinya, Aaron lebih dulu kabur dari sana.

"AARON, BALIK SINI GAK LO?! JANGAN KABUR!" teriak Dinda murka. Gadis itu langsung mengejar Aaron dengan tangan terkepal di udara.

"BACOT LO, DIN!"

"DASAR ANAK SETAN! SARAP!"

Arlena melipat kedua tangannya di depan dada sambil menikmati aksi kejar-kejaran antara Dinda dan Aaron. Dia terkekeh pelan, "Nanti jodoh baru tau rasa kalian."

"Daripada ngomongin mereka, mending kamu ngomongin kita aja biar jadi jodoh beneran," sahut Shaka genit.

"Nyaut mulu kerjaannya," sinis Arlena.

"Ayo jalan-jalan," ajak Shaka lagi.

"Oke. Tapi aku yang nentuin tempatnya," jawab Arlena dengan tersenyum penuh arti.

Shaka langsung meraih tangan Arlena dan menariknya lembut. "Iya, pokoknya kita jalan-jalan."

Melihat kepergian kedua sahabatnya, Ari jadi bingung sendiri di tempatnya. "Terus gue ngapain sendirian di sini?" beonya.

"Emang sahabat gak ada akhlak," gerutu Ari sambil berjalan menghampiri ruangan Amara.

☆☆☆

Seharusnya Shaka tidak memperbolehkan Arlena untuk memilih tempat tujuan saat berencana keluar. Lihat saja akhirnya, lagi-lagi Arlena mengajak Shaka ke perpustakaan kota.

Shaka mendekati Arlena dengan membawa dua kaleng minuman dingin di tangannya. Dia menyodorkannya pada Arlena dan diterima baik olehnya.

"Makasih," ucapnya pelan.

Laki-laki itu mendudukkan diri di sebelah Arlena. Dia menatap Arlena kesal setengah mati. Merasa diperhatikan, Arlena menoleh ke samping dan menampilkan Shaka dengan raut masam miliknya.

Arlena terkekeh pelan, "Aku tau kamu kesel," gumamnya pelan.

"Tau gitu gak aku iyain permintaan kamu kalo ujung-ujungnya pergi ke sini."

"Ini masih minggu ujian, Ar. Daripada jalan-jalan tapi gak ada manfaatnya, mending ke sini. Sekalian belajar buat ujian besok," jelas Arlena pelan.

Shaka memalingkan wajahnya ke depan. Dia memilih melihat pemandangan luar perpustakaan dari tempat duduknya. "Males banget," ucapnya.

Gadis itu mengambil tangan Shaka dan menggenggamnya erat. "Udah gak usah ngambek," bujuknya.

Shaka menoleh, "Ck, sejam aja belajarnya."

"Jangan. Dua jam, deh. Ya?" usul Arlena. Bahkan dia tanpa sadar mengedipkan matanya lucu hingga membuat Shaka luluh begitu saja.

Laki-laki itu menghembuskan nafas panjangnya. "Yaudah, dua jam. Habis itu kita ke kafe," putusnya.

Arlena tersenyum, "Iya."

"Aku mau coba kerjain soal ini. Nanti kamu koreksi ya jawabannya," imbuh Arlena.

"Iya. Kalo nemu soal susah bilang ke aku, nanti aku ajarin."

"Pacarku baik banget," goda Arlena.

Shaka melepaskan tautan tangannya dan beralih mengelus puncak kepala Arlena penuh kasih sayang. "Bisaan banget kalo ngomong. Buruan kerjain soalnya, aku tunggu."

"Oke," balas Arlena sambil mengacungkan ibu jarinya.

Gadis itu langsung mengambil pensil dan siap untuk mengerjakan latihan soal ujian nasional. Selama Arlena berkutat dengan buku-buku di hadapannya, Shaka memilih menidurkan kepalanya di atas meja. Matanya tak bosan melihat wajah cantik Arlena saat gadis itu tengah fokus mengerjakan soal.

"Fokus banget," gumamnya pelan.

Arlena menempelkan jari telunjuknya di bibir pertanda menyuruh Shaka untuk diam. Bahkan saking fokusnya, Arlena tidak mengalihkan pandangannya dari buku barang sedetik pun.

Shaka berdecih pelan lalu memejamkan matanya sembari menunggu Arlena selesai mengerjakan soal. Kebetulan juga mata Shaka agak berat karena semalam dia telat tidur.

Hampir satu jam berlalu dan Arlena sudah selesai dengan pekerjaannya. Dia menatap bukunya sambil tersenyum tipis. Ya, Arlena cukup bangga dengan dirinya sendiri karena berhasil mengerjakan soal tanpa kesulitan. Tangannya menggeser buku ke arah Shaka.

"Aku udㅡ"

Ucapannya terhenti ketika mendapati Shaka tengah tertidur menghadap ke arahnya. Bibirnya tersenyum simpul. Dia melambaikan tangannya di depan wajah Shaka. "Kamu beneran udah tidur, Ar?" tanyanya pelan.

Karena tidak mendapatkan jawaban, Arlena yakin bahwa Shaka telah sepenuhnya tertidur. Dia menggeser buku-buku ke samping kanan tubuhnya. Setelah meja kosong, Arlena ikut menidurkan kepalanya di depan wajah Shaka.

"Capek banget, ya, Ar? Sampe ketiduran gini."

Tangannya terulur untuk menyentuh rambut Shaka dan mengelusnya pelan.

"Ganteng-ganteng kok playboy," cibirnya pelan. Tak lama kemudian senyumnya kembali terbit. "Tapi untungnya sekarang udah gak kayak gitu lagi."

Arlena membelai wajah Shaka dengan lembut. Takut jika Shaka terbangun akibat ulahnya. "Aku sayang kamu, Ar. Banget."

"Kalo nanti aku pergi, kamu jangan balik kayak dulu lagi, ya. Tetep jadi Arshaka yang sekarang walaupun aku gak ada di sisi kamu lagi," ucap Arlena pelan.

Dia menelan ludahnya kasar. Entah kenapa matanya tiba-tiba terasa panas. Sungguh, Arlena ingin menangis saat ini juga. Namun dengan sekuat tenaga juga gadis itu menahan tangisannya agar tidak keluar.

"Maafin aku karena lebih milih korbanin hubungan kita demi balas dendam, Ar. Maaf, aku gak bisa perjuangin kamu kayak kamu perjuangin aku," ucapnya parau.

☆☆☆

Sad ending sangat terlihat jelas di sini haha

Spam next di sini sebanyak-banyaknya 👉

Sampai ketemu lagi, ya!

Sekian, terima vote 🌟

TBC

Sky

Continue Reading

You'll Also Like

11.9K 5.5K 48
โš Sequel INVOLVEDโš  Tentang Alvinno Vernando Williams yang menyembunyikan kisah masa lalunya dari kekasihnya. Hingga suatu hari, sahabat lamanya datang...
240K 10.5K 40
FOLLOW SEBELUM MEMBACA-!!! ... Sequel Grow Up || bisa dibaca terpisah Awalnya acara perpisahan SMA kala itu berjalan lancar sesuai harapan yang Hay...
1.1M 70.2K 69
"Kamu itu, udah seperti pompa bagi kerja jantung aku. Kalau kamu menjauh, otomatis jantung aku melemah. Artinya apa?" Gadis polos itu menggeleng lugu...
662K 35.2K 67
Tentang Gadis yang sangat mengidolakan bunga anggrek atau orchidee Gadis lugu yang tidak pernah di pertemukan oleh kata " Bahagia" Kisah gadis yang d...