BUCINABLE [END]

By tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... More

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

52. Ending (Baru)

182K 12.5K 2.2K
By tamarabiliskii

Ini ending versi Wattpad yaaa, nanti di novel jelas bedaa, karena isinya pun beda banget. Tetap dengan karakter Gala yang emosian, posesif, dan cemburuan dan Riri yang super ngeselin dan bandel, tapi dikemas berbeda dan lebih mantep👍🏻

BESOK, 29 JULI 2022, JAM 17.00 WIB, ADA PO MASSAL BUCINABLE (LINK IKUTAN PO ADA DI BIO SEMUA SOSMED AKU, TERMASUK BIO WATTPAD)

Kalau lebih jelasnya, bisa lihat ke instagram aku @tamarabiliskii

Ini contoh layout untuk novelnya, gemes gini woi😭💗

Setelah pertemuan terakhirnya dengan Riri tiga hari lalu, Gala sama sekali tidak bertemu dengan gadis itu. Ia hanya marah-marah tidak jelas sebab Riri sama sekali tidak menjawab panggilannya. Berulang kali ia ke rumah gadis itu pun jawabannya tetap sama. Riri sama sekali tidak ada di rumahnya yang selalu sepi itu.

Atau, cara seperti itu yang Riri lakukan untuk menghindarinya? Separah itu kah Gala memperlakukan Riri hingga gadis itu enggan untuk bertemu dengannya? Gala bingung, marah, kesal, sedih, dan kecewa. Perasaannya campur aduk menjadi satu. Sekarang, Gala tidak tahu lagi harus melakukan apa selain marah, membanting barang-barang seperti yang ia lakukan sekarang.

BRAK!

BRAK!

PYAR!

BUGH!

PRANG!

Suara-suara itu terus terdengar memenuhi setiap sudut kamar Gala yang sudah hancur berantakan karena ulahnya sendiri. Pecahan barang ada di mana-mana, semuanya berantakan dan membuat kamar itu tidak layak disebut sebagai kamar tempat istirahat.

Sudah tiga hari ini juga, sejak pulang dari camping, Gala tidak pernah mengangkat telepon dari Agam. Bahkan, ia sengaja mematikannya jika panggilan tersebut berulang kali hadir dan mengganggu waktu sendirinya. Gala tidak peduli jika sepupunya itu marah. Demi apa pun Gala tidak peduli dengan hal lain, selain gadisnya.

Kini, yang ada di pikirannya hanya dapat bertemu dengan Riri dan menyelesaikan masalahnya. Sebab, beberapa kali mereka marahan pun, Riri dengan mudah untuk memaafkan dan masalah dengan cepat selesai, tapi… mengapa kali ini berbeda? Mengapa Gala sama sekali sulit hanya untuk sekadar mendapatkan maaf dari gadisnya.

Apakah… kesalahannya kali ini begitu fatal? Apa… Riri merasakan sakit hati yang begitu parah yang disebabkan olehnya?

“Bego!” Gala memukul-mukul kepalanya sendiri. “Lo bego, Gal! Bego!”

Iya, dia begitu bego karena tidak menyadari bahwa kesalahannya memang sudah tidak bisa dimaafkan. Bagaimana mungkin hati kecil yang sudah rapuh itu bisa kembali menerima kata-kata jahat yang beberapa waktu lalu dirinya lontarkan? Besar kepala sekali jika Gala berpikir bahwa gadisnya pasti baik-baik saja setelah apa yang terjadi.

Gala merosotkan tubuhnya yang kini bersandar di dinding kamar yang sudah kotor akibat makanan yang ia lempar beberapa hari lalu. Ia mengambil obat yang ada di saku celananya lalu meminum obat itu tanpa air, berusaha semaksimal mungkin meredam api amarah yang masih meletup-letup di dalam hatinya. Mengabaikan tubuh yang sudah seperti zombie itu dan badan yang mengurus karena kegiatannya hanya menyalahkan diri sendiri, merusak barang, dan meminum obat tanpa air jika emosinya sudah tidak dapat dikontrol sama sekali.

Tak lama kemudian, saat mata Gala mulai merasakan kantuk efek dari obat yang ia konsumsi, bel pintu apartemen Gala berbunyi. Gala malas dan enggan sekali membukanya, tapi karena bel itu terus berbunyi dan membuatnya terganggu, mau tidak mau Gala terpaksa bangkit untuk melihat siapa yang bertamu ke apartemennya.

Sebelum keluar dari kamarnya, Gala menatap pantulan dirinya di depan cermin besar yang ada di pojokan kamar. Lihatlah, sekarang, dirinya benar-benar mirip seperti mayat hidup. Bajunya kusut, rambutnya berantakan, kantong matanya terlihat sangat jelas dan yang pasti wajahnya benar-benar menyedihkan. Gala sendiri sampai merasa kasihan dengan dirinya.

Dengan langkah yang tidak bertenaga, Gala memaksakan dirinya untuk melangkah menuju pintu utama, dan ia sangat terkejut saat melihat siapa yang datang ketika pintu terbuka dengan lebarnya.

Rafa, cowok itu berdiri di depan pintu dengan wajah penuh kekhawatiran. Cowok itu menatap Gala dari atas sampai bawah dengan tatapan prihatin. Rafa sudah bisa menebak apa yang Gala alami akhir-akhir ini. Pasti cowok itu sedang frustrasi karena memikirkan hubungannya dengan Riri yang sedang di ambang kehancuran.

“Kenapa lo ke sini? Mau ketawa sama keadaan gue yang kayak gini?” tanya Gala dengan malas. Pasalnya, Rafa melihatnya begitu intens seolah-olah ia tengah memenangkan pertandingan antar keduanya.

“Ada hal penting yang mau gue bicarain.”

Satu sudut bibir Gala terangkat, lalu ia tertawa lemah seolah tengah mentertawakan dirinya. “Mau ngajak gue ribut lagi? Sorry, Raf, gue nggak punya tenaga buat itu.”

“Gal, ini penting.”

Gala menghela napas lelahnya, matanya yang begitu sayu memancarkan permohonan kepada Rafa bahwa dirinya sama sekali tidak ingin diganggu barang sedikit pun. “Hh, apa, sih? Gue udah capek, Raf. Lo nggak paham juga?”

“Gue nggak butuh pemaham—”

“Lo… mau pergi dari sini atau gue marah dan meledak?”

Dan tepat saat Gala akan menutup pintunya, Rafa langsung bersuara dengan lantang. “Ini tentang Riri! Lo mau dengerin sekarang atau lo bakal nyesel selamanya?!”

Pergerakan Gala menutup pintu terhenti seketika. Gala menatap Rafa dalam diam, menunggu cowok di hadapannya itu melanjutkan kalimatnya. Namun, beberapa detik berlalu, Rafa sama sekali tidak menjelaskan maksud dari kalimatnya itu.

“Kenapa Riri?”

Rafa menarik napasnya dalam-dalam, kemudian memantapkan diri sebelum akhirnya berkata, “Sebelumnya, gue mau minta maaf sama lo. Minta maaf buat segala kesalahan yang selama ini gue lakuin ke lo ataupun Riri. Baik yang gue sengaja maupun enggak. Gue nggak peduli lo mau maafin atau enggak. Intinya gue ngaku salah dan minta maaf.”

Gala masih terdiam, tidak tertarik dengan rentetan kata maaf yang tengah diucapkan oleh Rafa saat itu. Ia hanya terdiam, menyandarkan tubuhnya di pintu sembari membiarkan Rafa berbicara dan menyampaikan apa yang ingin cowok itu sampaikan.

“Gue mau jelasin satu-satu biar semua kelar hari ini dan kita nggak ada masalah lagi,” ucap Rafa pelan. “Lo inget waktu ada orang yang ngirim foto lo dan Amora pelukan di pinggir jalan ke Dewa? Lo inget ada orang yang ngirim foto Riri dan gue saat di kantin kampus ke lo?”

Gala mengangguk. Mana mungkin ia melupakan hal-hal yang menjadi pemicu rusaknya hubungannya dengan Riri.

Sorry, itu semua ulah gue.”

Bugh!

Rafa hanya diam saja saat Gala memukul
rahangnya. Rafa mengakui kesalahan
fatalnya dan merasa apa yang Gala lakukan sekarang pantas untuk ia dapatkan. Bahkan, jika Gala ingin menghajarnya sampai babak belur, Rafa akan menerima semua itu. Karena itu pun belum setimpal dengan kejahatannya selama ini.

“Walaupun pukulan ini nggak sebanding sama apa yang udah lo perbuat, tapi karena lo mengakui itu, gue bisa terima.”

“Nggak apa-apa kalau nanti lo mau pukul gue lagi. Tapi sekarang izinin gue buat ngelanjutin omongan gue.” Rafa menarik napasnya dalam-dalam dan kembali berbicara. “Kemarin gue juga yang ngirim foto lo dan Amora waktu di kamar mandi ke Dewa. Foto yang Amora ambil buat ngejebak lo. Gue ngerasa bersalah banget sekarang, karena foto itu gue kirim satu jam sebelum gue denger semua pengakuan Amora. Maaf, Gal.”

Gala memijat pelipisnya. Kali ini ia tidak mau memukul Rafa karena tenaganya terasa habis. Toh, semua juga sudah terjadi, Gala tidak bisa memutar waktu. Begitu juga dengan Rafa. “Terus?”

“Tadi pagi gue ke rumah Riri buat minta maaf dan dia bilang kalau jam tiga sore nanti dia bakalan....”

“Bakalan apaan?!” tanya Gala emosi dengan tatapan panik dan penuh kekhawatiran.

“Jam tiga sore nanti… Riri bakal pergi ke luar kota dan lo harus temuin dia sekarang sebelum dia pergi.”

“Bereng…hhh, kenapa lo nggak bilang dari tadi?!” Gala berujar dengan panik, tanpa memperhatikan pintu yang masih terbuka lebar juga Rafa yang masih berada di hadapannya, ia pun segera berlari secepat yang ia bisa untuk menuju motornya. Mengabaikan penampilan juga sandal berwarna timpang, yaitu merah muda dan juga warna hitam yang kini ia kenakan, Gala langsung melajukan motornya menuju rumah besar yang selama ini dihuni oleh gadisnya itu.

Ia benar-benar seperti orang yang kesetanan, menyelinap dari satu demi satu kendaraan yang lewat, berdecak karena tiba-tiba ada lampu merah hadir atau kereta yang akan lewat, hingga ia sempat terjatuh karena berpapasan dengan pengendara becak yang sedang lewat dan menimbulkan luka di lututnya yang berbalut kolor flovi berwarna merah muda itu.

Apa pun Gala lakukan, demi tiba dengan cepat di rumah sang gadis tercinta. Di depan rumah Riri, Gala berdiri sambil mengedarkan pandangannya ke segala sudut rumah. Lagi-lagi rumah Riri tampak sepi seperti tidak ada orang di dalamnya.

Gala mengusap wajahnya kasar, berkali-kali ia mengetuk pintu namun tak kunjung mendapat jawaban apapun dari sang tuan rumah.

Gala sudah hampir menyerah, namun detik berikutnya, pintu tiba-tiba terbuka dari dalam. Danis, cowok itu berdiri di hadapan Gala dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.

“Cari siapa?” tanya Danis tidak ada ramah-ramahnya. Setiap melihat wajah Gala, rasanya Danis kembali diingatkan dengan wajah sembab Riri kemarin saat gadis itu menangis tersedu-sedu. Danis ingin menghajar Gala, tapi setelah ia pikir-pikir lagi, semua itu akan percuma. Semua itu tidak akan bisa memperbaiki apa yang sudah terjadi dan hanya buang-buang waktu saja.

“Mana Riri?” jawab Gala bertanya balik.

Danis tersenyum miring. “Nggak ada.”

Gala menarik kerah baju Danis. “Buruan bilang! Di mana cewek gue?!” tanyanya tidak sabar dengan tatapan penuh emosi.

Danis menyingkirkan tangan Gala dari kerah bajunya dengan wajah santai. Cowok di hadapannya ini benar-benar tidak tahu diri. Sudah melakukan banyak kesalahan, sekarang justru bersikap tidak sopan dan seenaknya. Danis rasa pilihan Riri untuk pergi sekarang, memang sangat benar. Biar Gala cepat-cepat sadar.

“Riri udah pergi. Lo kalau mau nyusul sana ke stasiun manggarai, dia mau lanjut studinya di Mal—”

“Oke, thanks.”

***

Setelah memarkirkan motornya, Gala segera berlari ke dalam staasiun. Ia berlari sekuat yang ia bisa. Tiga hari tanpa makanan apa pun yang masuk ke tubuhnya, selain obat dan air, ternyata membuat tenaganya benar-benar terkuras saat berlari begini.

Ia berlari ke sana kemari, melewati peron demi peron yang ada di Stasiun Manggarai, mencari keberadaan gadisnya itu.

“RIRI!”

“RI! LO MASIH ADA DI SINI KAN?!”

“JAWAB GUE RI!”

Gala menghentikan larinya. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru stasiun. Tidak ada, ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Riri di sini.

Gala terus berlari dan berteriak ke sana kemari. Ia tidak memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya yang menatapnya aneh dan penuh tanya.

“Ri—sshhh!”

Gala berusaha bangun saat dirinya tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya hingga kedua lulutnya itu membentur lantai. Sekarang kakinya terasa benar-benar lemas seperti tanpa tulang. Ia berjalan tertatih dengan pandangan yang tidak gentar mencari sosok gadis yang dirinya kenali.

Beruntung, ketika matanya menatap tepat ke seorang gadis yang tengah menyeret koper berwarna merah mudanya itu, tanpa kenal malu, Gala berteriak dengan begitu keras,

“RIRI!”

“Gala!” ucap Dewa terkejut. Dewa melepaskan pelukannya dengan Riri lalu menyembunyikan gadis itu di belakang tubuhnya saat Gala akan menarik tangan Riri begitu saja.

Gala tersenyum, pada akhirnya ia dapat bertemu dengan gadisnya di detik-detik terakhir Riri hendak pergi memasuki kereta. Namun, ketika ia menatap lurus ke arah Riri, pandangan gadis itu justru ia buang ke sembarang arah.

“Wa, gue mau ngomong sama Riri. Bentar aja. Izinin gue, Wa. Please!” kata Gala memohon dengan tatapan yang tidak teralihkan sedikit pun dari Riri.

Sementara Riri, gadis itu tetap memalingkan wajahnya ke arah lain dengan mata yang semakin berkaca-kaca, menahan tangisnya ketika melihat Gala dalam kondisi terburuknya. Rambut yang acak-acakan, wajahnya yang pucat, sandal yang berbeda di kakinya, serta lutut yang berdarah-darah. Sebenarnya, apa yang cowok itu lakukan untuk benar-benar tiba di sini?!

“Nggak!” geleng Dewa tegas. “Pergi lo! Gue nggak akan izinin lo buat nyakitin adek gue lagi!”

“Wa! Gue—“

“Gala pergi aja. Nggak ada hal yang perlu kita omongin lagi,” sela Riri cepat dan hal itu membuat Gala semakin kelimpungan di tempatnya. Gala sudah hampir berlutut di hadapan Dewa dan Riri, namun dengan cepat Riri mencegahnya.

“Gala jangan kayak gini!” Riri berdiri di samping Dewa, tidak lagi di belakangnya seperti tadi. Cewek itu menatap Gala marah. “Apa lagi yang mau Gala omongin?!”

“Dengerin gue dulu, Ri.”

Melihat mata Gala berkaca-kaca, Riri jadi tidak tega. Riri menoleh pada Dewa, seolah meminta izin pada cowok itu untuk meninggalkan mereka berdua. Akhirnya dengan berat hati, Dewa berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua.

“Gue minta maaf. Gue tau, gue nggak layak dapetin maaf dari lo. Tapi kali ini gue bener-bener sadar kalau kesalahan gue fatal banget. Maaf, Ri. Jangan pergi. Jangan,” mohon Gala. “Lo tau kan kalau lo adalah satu-satunya sumber kebahagiaan buat gue.”

Riri menyingkirkan tangan Gala yang berusaha memegang tangannya. “Mimpi Riri bukan cuma buat bahagiain Gala. Tugas Riri udah cukup sampai di sini. Sekarang kita harus pisah dulu buat memperbaiki semua.”

Gala menggeleng ribut. “Enggak, Ri. Gue cinta banget sama lo. Gue nggak bisa pisah dari lo. Nggak bisa.”

“Gala harus bisa bedain mana cinta dan mana obsesi. Selama ini Gala itu cuma obsesi sama Riri. Kita harus tetap pisah. Keputusan Riri udah bulat. Kita harus sendiri-sendiri dulu. Riri harus ngejar cita-cita Riri dan sembuh dari semua luka yang Gala kasih. Begitu juga dengan Gala. Gala juga harus sembuh dari semua luka Gala sekarang.”

Gala mengacak-acak rambutnya. Penampilannya sekarang benar-benar mirip seperti orang gila. “Nggak, Ri! Kenapa lo harus pergi? Jawab gue, Ri! Jawab!”

“Kalau alasan lo masuk akal, gue akan menghargai keputusan lo itu. Tapi kalau alasan lo cuma kayak gini, gue nggak bisa nerima, Ri. Nggak bisa!”

Riri menghela napas dan berusaha menahan air matanya yang akan turun. “Gala percaya, nggak? Kita dipertemukan dengan cara baik dan sekarang kita dipisahkan dengan cara yang baik juga. Ini cara Tuhan buat bikin kita jadi lebih baik lagi. Kalau Tuhan merestui, ya kita bakal ketemu lagi nanti. Dan Riri harap saat pertemuan baik kita nanti, semoga Gala satu-satunya, pilihan terakhir untuk Riri.”

Riri mengambil sesuatu dari dalam tasnya lalu memberikannya pada Gala. “Ini Riri ada boneka buat Gala. Riri titip boneka ini, ya. Tolong jaga baik-baik. Di dalemnya ada surat yang harus Gala baca.”

Setelah memberikan boneka singa dan mengucapkan kalimat itu, Riri berjalan ke arah kereta yang akan berangkat. Sementara Gala, cowok itu masih mematung di tempatnya seakan tidak percaya dengan semua keputusan yang Riri ambil.

“Oke, gue akan mengikhlaskan lo pergi. Nggak apa-apa, Ri, silakan kejar mimpi sesuai apa yang lo inginkan. Hati-hati, gue akan selalu di sini, nunggu lo buat kembali.”

Usai mendengar kalimat itu, Riri berjalan lurus tanpa menolehkan kepalanya kembali ke belakang, sebab jika ia menolehkan kepala barang sekali saja, keputusannya bisa buyar dan hubungannya masih akan tetap tidak sehat. Gadis itu memasuki salah satu gerbong kereta yang telah dirinya pesan, mengabaikan seseorang yang kini menatap punggungnya penuh rasa sesal dan sakit hati.

Kepalanya ia sandarkan di jendela seusainya ia mendapatkan kursinya, memejamkan matanya untuk menahan tangis yang segera saja keluar dari matanya.

Namun, ketika speaker berkata bahwa kereta akan segera diberangkatkan, saat itu pula terdengar keramaian yang terjadi di luar kereta. Riri celingak-celinguk, bertanya tentang apa yang terjadi. Sampai ia menahan seseorang yang baru saja tiba untuk melayangkan pertanyaan, “Ada apa, ya, Mba?”

“Ada yang jatuh, Mba. Cowok. Kondisinya berantakan banget, mana pakai sendal sebelah-sebelah. Untung dia nggak guling ke rel dan ketabrak kereta. Jadi, dia langsung dibawa ke—”

“Dia… Gala?” tanya Riri, ia berusaha berlari untuk dapat keluar dari dalam gerbong tersebut menuju pintu keluar, tetapi… baru saja ia hendak membuka pintu, kereta pun melaju dan membawanya pergi tanpa tahu bagaimana kondisi sang kekasih.

“Ri, gue tetap tunggu lo buat kembali dan akan bertemu dengan gue versi terbaik, ya Jangan sakit di sana, karena hati lo sama sekali belum sembuh akibat luka yang gue tuai. Hati-hati, bocil kesayangan gue. Serina Kalila.”

END

Semoga Gala Riri akan kembali bertemu dengan versi diri mereka yang lebih baik💗💗💗

Gimana perasaan kalian?

Terima kasih udah nemenin aku nulis cerita ini dari awal sampai selesai💗

Kenapa mereka harus pisah? Kalau nggak gitu, selamanya hubungan mereka akan berputar di fase hubungan yang nggak sehat, di mana selalu buat salah, minta maaf, buat salah, minta maaf, nggak akan ada perkembangan apapun.

BESOK 29 JULI 2022, JAM 17.00 WIB, ADA PO MASSAL (LINK IKUTAN PO ADA DI BIO SEMUA SOSMED AKU YA, TERMASUK BIO WATTPAD)

Versi novel dan wattpad beda? Yoi beda bangettttt, aku nulis ulang di versi novel. Tetap dengan karakter Gala yang kayak reog super duper posesif dan Riri yang bloon super ngeselin😭🙏🏻 Tapi dikemas beda dan lebih seru💗

Mau nyampein sesuatu ke siapa?

Gala?

Riri?

Author?

Atau siapapun?

Sekali lagi terima kasih, sampai ketemu di ceritaku yang lain💗

Mau aku buatin cerita siapa?

Ini paket paket untuk PO BESOK yaa

Pesennya di mana?

Bisa di shopee, tokopedia, tiktokshop toko buku online :

@bumifiksi.jakarta (dan semua cabangnya)
@melstorebook
@tokotmindo
@novely.young
@zahrabookss

(Link buat PO udah ada di semua bio sosmed aku ya)

See you di Gala Riri versi novel💗💗

Continue Reading

You'll Also Like

32.8K 989 11
Airlangga Darmawangsa. Kapten basket yang menjadi murid tervaforit karena frestasinya dalam olahraga basket juga sifatnya yang friendly dan murah sen...
2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
5.6K 432 45
[Romance-Teen Fiction] 15+ How Can I Love The Heartbreak, cause You're One I love "El, kamu harus ikutin kata hati." "Nggak mau. Hati selalu nyakiti...
17.8K 933 9
Seorang gadis bernama Aleta, tak tau mengapa, ia dibingungkan oleh rasa cinta dari sosok laki-laki yang sering membuatnya naik pitam, ada rasa kesal...