Hai, aku balik lagi. Semoga harimu senin terus ❤️
Lagi super produktif nih. Jadi kalian harus komen yg banyak juga 🥰
Spam lalala yeyeye 👉
Udah pada mandi belum?
Udah makan?
Spam nama Shopia 👉
Spam nama Jenny 👉
❌️ Awas ada typo ❌️
Happy reading 💕
Bagaimana rasanya?
Menjadi rumah bagi seseorang yang tak ingin pulang.
******
Pagi ini Shopia memulai hari dengan wajah murung. Dia berangkat kerja dengan gaya ala kadarnya. Ketika turun ke lantai satu Shopia bertemu dengan Arlan. Laki-laki itu terlihat sedang mengobrol dengan seorang perempuan yang berbeda dengan perempuan tadi malam. Perempuan berbeda, lagi.
Banyak sekali kenalan laki-laki ini.
Perempuan itu menyerahkan kunci mobil pada Arlan. Kemudian pergi menggunakan taksi online.
Shopia berjalan mendekati Arlan. "Pacar baru lagi?"
Arlan menampilkan wajah ya begitulah.
"Secepat itu lo ganti pacar?" Shopia menunjukkan ekspresi tidak percaya
Arlan mengangkat kunci mobil yang ada dalam genggamannya. "Mau gue anter?"
"Lo ganti pacar demi mobil?" Shopia kaget.
Arlan menyentil kening Shopia. Membuat perempuan itu meringis sakit.
"Lo terlalu banyak mikir," decak Arlan.
"Gimana gue nggak mikir buruk tentang lo? Tiap hari ganti cewek. Lo jenis cowok anjing atau buaya?" ceplos Shopia.
Wajah Arlan berubah masam. "Mau gue anter ke kantor nggak?"
"Nggak, terima kasih!" Shopia menekankan setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Entahlah, Shopia merasa dia harus jaga jarak dari Arlan. Shopia ragu dengan kelakuan Arlan yang ambigu. Seberapa banyak perubahan laki-laki itu setelah sekian tahun Shopia tidak bertemu?
Bertambah baik?
Atau tambah bangsat?
"Nggak perlu sungkan." Arlan menarik lengan kiri Shopia. Membawanya ke dalam mobil.
Shopia duduk tidak tenang.
"Nggak perlu grogi," ujar Arlan sembari mengemudi.
Tidak banyak percakapan yang terjalin. Shopia lebih banyak diam, sementara Arlan sibuk dengan dunianya sendiri. Mobil bergerak melintasi ibu kota yang padat. Gedung pencakar langit memanjakan mata sepanjang jalan. Cuasa sangat cerah hari ini.
Hingga sampailah mereka di depan gedung kantor.
"Lo nggak perlu turun." Shopia merapikan diri sebelum keluar dari mobil.
"Gue mau turun," debat Arlan singkat. Dia keluar terlebih dahulu.
Shopia menghela napas sebelum bergegas. "Dasar," decaknya.
"Oh, jadi ini tempat lo kerja." Arlan menilai gedung tujuh lantai di hadapannya dengan wajah menyebalkan di mata Shopia.
"Lumayan juga," komentar Arlan.
"Udah sana pergi!" usir Shopia sebal. Jangan sampai kehadiran Arlan ini jadi bahan gosip.
"Iya, nanti."
"Ini udah jam berapa. Lo nggak takut terlambat? Lo nggak kerja?" tanya Shopia tidak sabaran sambil memastikan keadaan sekitar.
"Buat apa kerja? Gue bisa main judi online untuk jadi kaya," seloroh Arlan.
Wajah datar Arlan membuat lawakan itu tidak lucu bagi Shopia.
Tiba-tiba Arlan maju beberapa langkah. Memeluk Shopia dengan lembut. Saat itu juga tubuh Shopia membeku. Apa-apaan laki-laki ini?
"Arlan, lo nggak ada otak?"
"Gue tahu hari lo berat. Semangat ya!" Arlan menepuk-nepuk punggung Shopia halus, tapi senyuman yang tercipta di bibirnya terlalu mengerikan. Arlan hanya menarik satu ujung bibirnya, menciptakan senyuman mengejek.
"Iya, iya!" Shopia berusaha melepaskan diri. Seharusnya dia tidak curhat pada Arlan tadi malam di warung seblak teteh Jihan kalau tahu Arlan jadi sok melankolis begini.
"Dasar nggak tahu tempat," decak Jihan setelah melepaskan diri dari Arlan. Kesantaian Shopia hilang saat matanya menangkap sosok Natha yang juga baru tiba di kantor.
"Dia Natha, bukan?" tanya Arlan sinis. Matanya mengikuti arah pandang Shopia.
Shopia mencibir dalam hati. Ternyata pelukan dan ucapan semangat dari Arlan tidak tulus, Arlan melakukannya karena telah menyadari keberadaan Natha terlebih dahulu.
"Lo ingat Natha?" Shopia balas bertanya.
"Laki-laki itu tidak akan pernah hilang dari ingatan gue. Dia yang buat kita putus." Tangan Arlan bergerak menyelipkan anak rambut Shopia ke belakang telinga.
Shopia menepis tangan Arlan.
"Bukan salah Natha sepenuhnya! Itu salah gue juga," bela Shopia. Dia kelewat baik memang.
"Shopia!" Pak Batara juga baru tiba di kantor. Menghampiri Shopia dan Arlan. Beliau tampil penuh pecaya diri har ini dengan stelan kerja warna hitam.
Sepertinya Pak Batara sedang cosplay jadi cowok mamba.
"Gue kayak lagi lihat Natha versi tua di sini," ceplos Arlan sembari menilai penampilan Pak Batara.
Pak Batara bingung. Sementara Shopia meringis sebal, ingin sekali Shopia memutar bibir Arlan itu.
Natha ikut bergabung dengan gaya yang ingin terlihat keren. Satu tangan Natha masuk ke saku kiri. Lalu tangan kanan Natha bergerak merapikan rambutnya yang tertata dengan slay.
Sekarang Shopia sedang di kelilingi tiga cowok tampan. Haruskah Shopia mulai bernyanyi oh senangnya dalam hati?
"Shopia, siapa laki-laki ini? Pacar kamu?" selidik Pak Batara.
"Saya Arlan, Pak. Hari ini teman Shopia. Nggak tahu kalau besok," kata Arlan dengan wajah lempeng.
"Akhirnya kamu mengikuti saran saya untuk segera cari jodoh. Nath, ucapkan selamat sama Shopia!" suruh Pak Batara.
Natha dengan wajah datar memandang Shopia yang sedang serba salah. Tatapannya dalam sekali.
"Nath," panggil Pak Batara.
"Terserah Shopia ingin dekat dengan siapa saja," kata Natha.
"Dari kalimat lo, gue menangkap ketidakpedulian pada Shopia," balas Arlan.
"Tidak ada gunanya berdebat dengan orang dugu." Natha tidak ingin buang-buang waktu lebih banyak. Dia segera melangkah pergi.
"Shopia, nanti sore--" Natha menangkap kalimat Arlan. Sebelum Arlan menyelesaikan kata-katanya, Natha kembali berbalik dan menarik tangan Shopia.
Shopia tersentak kaget. Antara percaya dan tidak.
"Masuk!" perintah Natha.
"Natha, dia bukan Jenny pacar kamu," ujar Pak Batara.
Sementara senyuman Arlan semakin sinis melihat tindakan Natha
"Pak Natha," panggil Shopia bingung. Sejujurnya tarikan tangan Natha ini terlalu mencekik hingga berefek pada debar dada Shopia.
"Pak Natha!" Suara Shopia sedikit meninggi.
Natha menghentikan langkah. Dia melepaskan tangan Shopia begitu saja. Natha menghela napas berat, seperti ada beban berat yang ia tanggung. Mata Natha bergerak tidak fokus layaknya orang kebingungan.
Natha pergi begitu saja setelah mengacaukan hati Shopia.
Shopia berdecak tidak percaya. Hanya seperti ini? Harga dirinya di mata Natha benar-benar tidak ada.
"Pak Natha," ujar Shopia.
Natha tidak menghiraukan Shopia. Dia tetap melangkah pergi.
"Pak Natha!" Shopia memanggil satu kali lagi. Setidaknya Natha harus menjelaskan tindakannya yang ambigu.
Apa tidak bisa mereka kembali seperti dulu? Jika memang Natha tidak ingin, harusnya Natha tidak bertindak yang membuat Shopia terbawa perasaan.
Shopia melihat Natha menghentikan langkah. Laki-laki itu merogoh sakunya dan terlihat menelpon dengan seseorang.
Pada layar ponsel Natha tertera nama Jenny, namun yang bicara dengan Natha adalah Ibu Jenny.
"Natha, bisa kamu ke rumah sakit sekarang? Tante, butuh bantuan. Ini soal Jenny."
"Saya segera datang ke sana."
Senyuman mengembang kecil di bibir Shopia saat Natha tiba-tiba berbalik. Kembali berjalan ke arahnya.
"Pak Natha," lirih Shopia penuh harap.
Harapan kecil yang Shopia bangun runtuh. Natha berjalan pergi begitu saja. Melewati Shopia yang sedang berharap.
Shopia bagaikan rumah untuk Natha yang tidak ingin pulang.
TBC
Rate part ini dari 1 - 10 👉
Spam next di sini 👉
Yang gk komen gk teman 🤪
Yok komen yg banyak sampe 999 biar cepat up 🥰
Mau up kapan lagi untuk part berikutnya?
Spam semangat Shopia 👉
Tim hore Shopia-Arlan 👉
Tim hore author - Renjun NCT 👉
Spam ♥️
Spam-spam 👉
Ig : Ami_Rahmi98
❌️ awas ada typo ❌️