SHERLOCK

By Mynoteday

2.6M 289K 49.7K

[HARAP FOLLOW DULU, SEBELUM MEMBACA!] || END ... "Bangun, bisu!" "Bego, kena bola sedikit aja pake segala... More

Prolog
Sherlock-1
Sherlock-2
Sherlock-3
Sherlock-4
Sherlock-5
Sherlock-6
Sherlock-7
Sherlock-8
Sherlock-9
Sherlock-10
Sherlock-11
Sherlock-12
Sherlock-13
Sherlock-14
Sherlock-15
Sherlock-16
Sherlock-17
Sherlock-18
Sherlock-19
Sherlock-20
Sherlock-21
Sherlock- 22
Sherlock-23
Sherlock-24
Sherlock-25
Sherlock-26
Sherlock-27
Sherlock-28
Sherlock- 29
Sherlock - 30
Sherlock-31
Sherlock-32
Sherlock-33
Sherlock-34
Sherlock-35
Sherlock-36
Sherlock-37
Sherlock-38
Sherlock-39
Sherlock-40
Sherlock-41
Sherlock-42
Sherlock-43
Sherlock-44
End?
Sherlock-46
Sherlock-47
Sherlock-48
Sherlock-49
Sherlock-50
Sherlock-51
Sherlock-52
Sherlock-53
Sherlock-54
Sherlock-55
Sherlock -56
Sherlock-57
Sherlock-58
Sherlock -59
Sherlock -60
Sherlock-61
Sherlock -62
Sherlock -63
Sherlock -64
Sherlock -65
Sherlock -66
Sherlock -67
Sherlock -68
Sherlock -69
Sherlock -70
Sherlock -End
Spoiler?
Coming Soon
Starla'

Sherlock-45

25.5K 2.9K 675
By Mynoteday

Belum 3k sih, tapi gak papa hihi.. makasih yaa

HAPPY READING.

    Penangkapan Anyelir di sekolah semakin menjadi bahan perbincangan di segala penjuru. Seperti hari ini, di tempat ramai di mana aroma kopi terus menguar meskipun di ruang terbuka. Banyak manusia duduk disatu meja diberbagai tempat. Namun, dari banyaknya manusia itu ada satu perempuan yang hanya duduk sendirian. Di tengah-tengah masyarakat datang untuk membeli kopi, yang ada di meja gadis itu justru satu gelas milkshake dengan pancake sebagai pasangannya. Tidak di sekolah, di tempat ini pun ia mendengar banyaknya suara membicarakan kasus itu. Kasus yang ternyata benar adanya, hingga tersangka bersiap dijatuhkan hukuman setelah semua orang yang berkaitan dengan kasus tersebut berhasil mereka dapatkan karena untuk saat ini masih dalam proses pencarian.

Ini mungkin pembuktian dari Tuhan. Bahwasanya, orang yang menyakiti hati kita akan mendapatkan balasannya sendiri, tanpa kita sadari. Tidak perlu repot kita yang membalas mereka, rasa sakit itu suatu saat akan terbalas dan hal itu benar terjadi adanya.

Sesekali memperhatikan jam yang terus berjalan namun seseorang yang ia tunggu masih tak kunjung datang.

Ia malah dikejutkan dengan seseorang yang tiba-tiba menarik lengannya.

"Eh? Lepasin!"

Nampaknya pria tersebut masih kukuh menarik lengan gadis tersebut hingga ia bangkit dari duduknya. Mulai memberontak dan menghempaskan tangan tersebut sekuat tenaga. Berhasil terlepas, ia langsung menendang perut pria itu agar menjauh. Tak berhenti di sana, saat seseorang bersiap membekap mulutnya gadis itu dengan sigap menahan lengan pelaku seraya memelintir lengannya. Perkelahian mereka menarik perhatian pengunjung lain yang mulai terkejut melihat aksi tiba-tiba tersebut.

Begitu ia berhasil melumpuhkan satu lawan, tanpa ia sadari ada pria lainnya yang mendekat secara diam-diam. Menyuntikkan sesuatu pada tengkuknya hingga ia tak sempat untuk memberikan perlawanan.

Matanya mulai memburam, tubuhnya terasa lemas. Ia merasakan tubuhnya diangkat. Sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya. Ia sempat meraba kalung yang ia pakai. Menekan tombol kecil dibalik nama Prison.

Kini, ialah orang yang pertama menekan tombol tersebut.

Entah sudah berapa lama Starla tak sadarkan diri. Hal yang pertama ia lihat begitu membuka matanya adalah deretan pohon besar. Tangannya sudah terikat dikursi. Ia berada di tengah hutan sekarang. Starla kembali memejamkan matanya sejenak untuk meredakan pusing yang kembali datang. Begitu ia membuka matanya, dua pria sudah berdiri di depannya. Menatapnya dengan seringai penuh.

Apa mereka musuh ayahnya?

"Sudah bangun rubah kecil?"

Starla menatapnya dengan datar. Wajah pria di depannya terlihat begitu asing. Mungkin benar mereka musuh dari ayahnya. Mengincar dirinya untuk mendatangkan dia kemari. Ya, sepertinya begitu.

Ia melihat beberapa orang mulai berdatangan kembali. Salah satu pria menarik perhatiannya. Jas hitam dengan topi jenis homburg duduk di kursi dengan tenang seraya menyesap rokok. Ah, pasti pria itu ketuanya.

Diam-diam Starla melepaskan ikatan di belakang kursinya dengan tenang. Sungguh bodoh manusia yang mengikat lengannya ini. Begitu mudahnya Starla melepasnya.

"Apa hubungan anda dengan putri saya, nona?" tanya pria yang Starla tebak ketua tadi.

"Saya tidak mengenal putri anda," balas Starla datar, memalingkan wajahnya. Tangannya masih setia di belakang. Seolah masih terikat.

Pria tersebut tertawa. "Benarkah? Lalu jika tidak mengenal, siapa yang putri saya bully dulu? Siapa yang membalas dendam dengan melaporkan kelompok kami kepada polisi sekarang? Hm? Siapakah itu?"

Starla mengernyit.

Putrinya? Bully?

Melaporkan kepada polisi?

Starla terkesiap.

Anyelir?

...

"Mereka ke arah hutan," gumam Tiger menatap tajam objek di depannya.

"Tunggu dulu." Biru menahan Sherlock yang sudah tidak sabar untuk ke sana. "Jangan gegabah."

Sherlock berdecak. "Kita harus bergerak cepat. Ini kesalahpahaman."

"Tenang, Xabiru."

Sherlock menatap Winter yang baru saja bersuara. Pria dengan wajah datar itu menepuk bahu Sherlock. Sedikit bisa mengurangi keguasaran yang Sherlock rasakan. Meskipun tetap saja ia khawatir.

Beberapa menit lalu saat mereka berhasil mengikuti orang yang membawa Starla pergi. Prison menelpon Sky. Pria itu memberitahu bahwa orang yang membawa Starla adalah Oryza. Pria yang selama ini mengusik perusahaan ayahnya. Kabar mengejutkan lainnya, Sherlock dapatkan dari Karega yang selama ini selalu mencari informasi tentang ayah Anyelir. Dengan lantangnya mengatakan bahwa pria yang membawa Starla adalah pria itu. Mereka mengira Starla yang telah melaporkan Anyelir karena Anyelir sendiri yang telah menuduh gadis itu.

Lalu mana yang benar? Siapa sebenarnya pria yang membawa Starla?

Jawabannya adalah keduanya.

Oryza Federico. Pria dalang dibalik penyelundupan narkoba dan juga musuh Prison diperusahaan. Membawa Starla adalah dua keberuntungan yang dimanfaatkan oleh pria itu untuk memancing kedatangan Prison.

"Kalian udah pegang senjata masing-masing?" tanya Sky pada seluruh anggota.

"Udah, Bang."

"Kita bagi kelompok," ujar Sherlock yang sudah mulai tenang. "Posisi mereka ngarah ke Barat. Kita ambil jalur berbeda."

"Biru, lo mimpin kelompok arah Selatan. Maju paling awal bareng Leon, Resume, sama Anuraga."

Para pria yang disebut namanya mengangguk dan segera bersiap. Sherlock menatap kembali teman-temannya. Sky, Winter, Tiger adalah orang kuat.

"Winter, lo pimpin kelompok Utara. Nanti lo dateng dari arah sana. Tiger, Jaya, sama Daleel ikut sama lo."

"Kalian terakhir?" tanya Winter pada Sherlock.

Sherlock mengangguk. "Gue, Sky sama Karega jalur Timur. Nanti kita persis ngebelakangin mereka. Setidaknya ada Sky yang jadi tameng nanti, Karega pengecoh."

"Bentar, gue mau nanya serius." Biru menjeda ucapannya. Menatap Sherlock lamat.

"Kenapa, sih?" Sherlock yang ditatap seperti itu merasa tidak nyaman.

"Lo yakin mau maju? Dalam keadaan kayak gini?"

"Kayak gini gimana maksud lo? Gue baik baik aja."

"Tapi Bang... muka lo itu udah banyak lebam. Belum kering lagi. Gue lihat juga lo kayaknya lagi gak sehat?" tanya Anuraga.

Tiger mengangguk menyetujui. "Lo yakin mau mimpin?"

"Ck, kalian meragukan gue?"

"Bukan gitu, gue khawatir aja lo tumbang. Wajah lo aja sekarang rada mulai pucat."

Sherlock mengibaskan tangannya seolah memberitahu bahwa ia baik-baik saja.

"Percaya sama gue."

Biru mengangguk pasrah. "Sekarang?" tanyanya.

Sherlock kembali memperhatikan seluruh temannya yang sudah bersiap. Ia menatap Biru sejenak, menepuk bahunya dan mengangguk.

"Bentar, bawaan gue pengen meluk kalian. Lo pada jangan kangen gue, ya." Leon memeluk satu persatu temannya yang tentu ditepis mereka.

"Lebay, dah lo!" Resume menoyor kepala Leon.

"Kenapa? Lo mau gue cium?" Leon memonyongkan bibirnya ke arah pipi Resume yang tentu di dorong Resume agar menjauh.

"Habis ini kita balik ke Cafe, ya, Lock? Gue pengen kopi, si Sky belum sempat traktir." Leon kembali mengoceh.

"Ck, serius dulu sekarang." Sky menegur.

Leon langsung cengengesan dan membungkuk sok hormat.

"Ayo maju," ucap Biru mengintrupsi.

Biru dan yang lain mulai berjalan menelusuri hutan melalui jalur Selatan. Diikuti Winter yang berjalan melalui arah berbeda. Sedangkan Sherlock masih berdiam di sana.

"Bokap lo gimana?" tanya Sherlock pada Sky.

"Gak ada kabar lagi. Terakhir dia bilang bakal panggil polisi."

"Abang lo?"

"Tadinya mau ke sini. Cuman, gue cegah. Kita masih bisa atasin. Kecuali kalau nanti keteteran, gue suruh dia ke sini."

Sherlock mengangguk. Ia yakin bisa menghandle semuanya. Menyelesaikan apa yang sudah ia perbuat dan bertanggung jawab selayaknya.

Mendengar suara tembakan dari tengah hutan, Sherlock bergegas berlari melalui arah Timur. Sesuai intruksi yang ia buat tadi. Sky dan Karega mengikutinya di belakang. Suara pukulan itu terdengar semakin jelas.

"Mana ketua kalian? Bisanya bersembunyi, huh?"

Begitu menginjakkan kakinya di sana, ia melihat beberapa pengawal pria itu sudah terkapar. Resume sedang mengikat kain di lengan Jaya yang terluka. Lalu Leon sudah berdiri di depan melindungi Starla.

"Lo gak papa, Yon?" tanya Starla khawatir melihat Leon yang terbatuk beberapa kali setelah insiden dadanya ditendang oleh lawan.

"Gak papa," balas Leon tersenyum lebar. Kembali menjatuhkan tatapan ke arah teman-temannya.

Sherlock berdiri tepat membelakangi Oryza. Anggota Ovior yang memang sudah menyadari kehadiran pria itu bernapas lega.

"Saya di sini," ujar Sherlock datar dikala keheningan. Sontak para pria yang membelakanginya menoleh ke arah Sherlock.

Oryza tersenyum lebar. "Oh Sherlock? Bagaimana kabarmu setelah menjadi pembunuh?"

Sherlock tersenyum miring. "Sangat baik," balasnya tenang.

Oryza terlihat mengepalkan tangannya menahan emosi. Ia begitu ingat dengan jelas keponakannya, Garden. Telah dihabisi oleh pria di depannya saat ini.

"Apakah si bangka Prison yang menyuruh kamu datang ke sini? Menolong putrinya, huh?"

Sherlock tertawa. "Hentikan basa-basi ini, Oryza. Urusan anda memang dengan saya. Bukan gadis itu."

Katakanlah Sherlock tidak sopan memanggil pria dewasa di depannya dengan nama. Ia tak peduli. Orang ini memang pantas.

"Tapi saya memiliki urusan dengannya, Sherlock. Saya memang tidak bodoh, bahwa kalianlah yang melaporkan putri saya ke polisi. Tapi saya memanfaatkan nona kecil ini dan membawanya kemari. Untuk apa?"

"Untuk kedatangan Prison tentunya."

"Tapi di mana dia? Saya tidak melihat pria bodoh itu?"

"Daddy gak bodoh!" seloroh Starla kesal. Hendak maju tetapi ditahan Leon.

Tanpa berbalik menatap Starla di belakangnya, Oryza terawa renyah.

"Dia bodoh, rubah kecil. Istrinya dibiarkan bersembunyi, lalu dia bersenang-senang di sini. Begitu pengecutnya ayah sialanmu itu."

Bug!

"Shut up!"

Sky memukul Oryza telak dengan amarah yang membuncah. Para pengawal yang masih tersisa lantas bergerak memberi pengamanan pada ketua mereka.

Oryza terkekeh. Mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Menatap sengit Sky.

"Om yang merangkap sebagai ayah kamu itu sangat pengecut Sky. Tidakkah kamu sadari itu?"

"Mereka berdua sama saja, suami yang bodoh bersatu dengan istri yang gila. Sangat-"

"Ibu gak gi-"

Dor!

"Shut up, bitch! Berhenti mengoceh dan diam saja!" teriak Oryza murka.

Starla terdiam mematung. Tubuhnya bergetar. Peluru itu melesat begitu cepat. Hampir mengenai lengannya. Untung saja Leon menariknya hingga ia terhindar.

"Brengsek," desis Sky murka. Ia maju dan menendang tubuh Oryza. Pengawal yang bersiap melawan Sky lebih dulu dicegah beberapa anggota Ovior hingga dengan leluasa Sky menyerang Oryza. Oryza tentu saja balas melawan Sky. Mereka mulai saling menyerang sekarang.

BUG!

"Jangan ngelamun!" tegur Sherlock berlari memukul tengkuk pria yang hendak menyerang Starla yang sedang lengah. Ia berdiri di depan Starla.

Starla terkesiap, menatap punggung tegap itu dalam diam. Melihatnya yang begitu serius memukul lawan.

"Arghh!"

Erangan itu membuat semua orang menoleh ke sumber suara.

"Sky!" teriak Starla terkejut. Tangannya dicekal Leon saat ia bersiap mendekati Sky.

"Diam di sini, biar Sherlock yang urus." Leon mencoba menenangkan Starla yang masih terkejut.

"T-tapi itu Sky, d-dia...." Starla tidak dapat melanjutkan ucapannya. Menatap nanar Sky yang sudah terkapar memegang kakinya yang terkena tusukan. Winter dan Biru bergerak menolong pria itu.

Oryza menyeringai dengan tangan memegang pisau yang sudah berlumuran darah. "Satu orang sudah saya habisi." Matanya menatap ke depan, pada Starla yang sedang juga tengah menatap ke arahnya.

"Tinggal satu target lagi," desisnya. "A-ah, tidak. Dua target lagi," gumamnya senang begitu berpusat pada Sherlock yang berjalan ke arahnya.

Sherlock menendang pisau itu hingga terlempar, begitu dengan orangnya yang mundur beberapa langkah.

"Santai boy." Oryza tampak bersemangat. Ia menyadari sekarang tinggal dirinya sendiri yang tersisa. Seluruh pengawalnya sudah terkapar dihabisi oleh mereka. Tapi tenang saja. Sebentar lagi mereka akan datang.

"Gue beri lo dua pilihan. Menyerahkan diri ke polisi atau menyerah di sini, dihadapan gue."

"Wow." Oryza tampak pura-pura terkejut. "Apa jika saya menyerahkan diri dihadapan kamu, saya akan berakhir seperti Garden?"

Sherlock tak menjawab. Masih menatap pria di depannya dengan nyalang.

"Oryza? Kenapa lama sekali?"

Dua orang pria datang dengan gagahnya. Seluruh orang menatap ke arah pria itu.

"Kurang seru jika kalian tidak ikut menikmati pertunjukan ini." Oryza meregangkan ototnya. Menatap senang dua temannya yang baru saja datang.

Sherlock tahu siapa mereka. Ezequiel dan Lavezzi. Dua ketua dari Geng yang pernah diceritakan oleh Karega saat itu.

"Jadi yang mana? Ini?" tunjuknya pada Sherlock.

Tiger, Winter, Resume dan Biru bergerak maju bersisian dengan Sherlock. Sedangkan Karega maju membantu Sky, sedikit menjauh karena memungkinkan pria itu tidak bisa melawan lagi karena kakinya terluka. Begitu juga dengan Anuraga, Jaya dan Daleel. Mereka membiarkan para senior saja yang maju. Lebih memilih mundur dan berdiam di dekat Leon yang sedari tadi menjaga Starla.

Ezequiel dan Lavezzi ikut maju dan bersisian dengan Oryza. Ketiganya berfokus pada satu orang. Sherlock.

"Mengganggu kelompok kami sama saja menyerahkan diri, Sherlock. Kamu yang mencari masalah dengan kami. Maka kamu sendiri yang akan mendapatkan akibatnya." Oryza maju beberapa langkah. Semakin mendekatkan dirinya dengan Sherlock.

"Meskipun ke depannya saya mungkin akan mati?" Oryza tertawa renyah. "Setidaknya saya sudah tenang melakukan ini."

"Inilah akibat dari semuanya, Sherlock."

"SHERLOCK!"

Semua orang terkejut begitu dengan tiba-tiba Oryza mengeluarkan pisau, bersiap menusuk dada Sherlock. Untungnya Sherlock memiliki gaya reflek yang bagus sehingga ia bisa menghindar. Keduanya mulai berkelahi. Resume membantu Sherlock karena ia menyadari tenaga Sherlock kali ini terlihat mengurang. Ia bisa menduga mungkin ada kaitannya dengan wajah yang sudah lebam itu. Sebelumnya pasti Sherlock sudah berkelahi dengan seseorang hingga tenaganya terkuras.

Perkelahian masih berlangsung sengit. Beberapa kali terdengar suara pukulan telak yang dilayangkan Winter pada Ezequiel. Namun, mereka sama kuatnya. Sehingga Tiger maju menyerang dari belakang dan menendang tengkuk pria itu. Beralih pada Biru yang memukul brutal Lavezzi. Perkelahian yang tidak mudah itu tetap bisa mereka taklukan hingga membuat keduanya terkapar. Dengan napas memburu Biru meluruh, memuntahkan darah yang menggumpal di mulutnya. Tiger mengusap hidungnya yang terus mengeluarkan darah akibat pukulan tiba-tiba.

"Brengsek!"

Resume yang memang tidak mendapat luka berat menyerang Oryza habis-habisan. Ia murka saat Oryza memanfaatkan kelengahan Sherlock dengan menusuk perut pria itu. Sherlock mengerang hebat. Biru dan yang lain sontak mendekat. Menatap panik pisau yang masih tertancap di perut Sherlock.

"Anjing, gimana ini?" Tiger panik. Menatap Sherlock yang terus mengerang kesakitan.

"Cabut bodoh!" umpat Sherlock di tengah ringisan.

"Sorry banget Lock, sorry...."

"Arghhh...."

Sherlock mengerang hebat begitu pisau berhasil dicabut oleh Biru. Dengan cepat Winter melepaskan jaketnya untuk ia pakai dengan mengikat perut Sherlock agar darah berhenti keluar.

"Bertahan, bro." Biru mengepalkan tangannya dengan mata memerah. Tak kuat melihat keadaan yang semakin tidak terkendali. 

"Lock, bertahan. Jangan tutup mata lo." Tiger menegur dengan panik.

"Panggil anak lain, anjing! Suruh bawa mobil sekarang!" teriak Tiger frustasi.

"Mati lo brengsek!" Resume terus memukul brutal Oryza yang sudah terkapar. Namun, masih saja melawan.

Starla berlari menuju Sherlock, tetapi sesuatu terjadi diluar dugaan.

Dor!

"STARLA!"

Starla terjatuh dengan Leon di atasnya. Dengan cepat gadis itu membuka matanya.

"L-leon...."

Starla terdiam mematung. Leon tepat di atasnya, tengah memejamkan matanya dengan tubuh menegang. Ia berguling ke samping, terbaring di sebelah Starla.

"LEON!"

Starla berteriak. Bangkit memeriksa tubuh Leon yang sudah melemas. Pria itu menyelamatkan dirinya. Pria itu melindunginya. Leon, pria itu rela mengorbankan dirinya hingga tertembak sekarang.

Starla menggelengkan kepalanya, tangisnya semakin pecah. "Nggak, Leon. Lo kenapa ngelakuin ini? Bangun, Leon!"

Leon sedikit membuka matanya, lalu tersenyum kecil saat Starla ikut memegang bahunya yang terluka. Leon tak berhenti meringis kesakitan.

"Starla...." Leon menyebut nama itu lirih dengan mata terpejam.

"L-lo gak papa?" tanyanya berbisik, lalu membuka matanya sendu.

Sayup ia melihat Starla yang terus menangis. Tak kuasa melihat Leon yang semakin pucat. Ingin Leon menghapus air mata itu, tapi sialnya lengannya sekarang tak bisa digerakkan.

"M-maaf, Starla. M-maafin gue...." Bibir pucat itu bergetar.

Starla menggeleng. "Lo gak salah! Leon, lo harus bertahan, jangan tutup mata lo. Gue mohon."

"I-ini mungkin karma bagi gue." Ada tawa miris di sela ringisan pria itu. Matanya memerah dan sudah memburam. Sakit.

"D-dulu lo se-sakit ini, kah? Shh-- Starla?" Leon semakin meringis. Namun, tak urung tertawa pelan.

"Pasti lebih sakit ya," bisiknya melemah.

"M-maaf, Starla. G-gue lega rasanya sekarang." Mata memerah itu terpejam sepenuhnya, diikuti napas yang perlahan mulai teratur.

"GAK!! LEON BANGUN!!!" Starla berteriak.

"Anjing, lama banget!" gerutu Karega menatap ponselnya kesal. Sudah beberapa kali memanggil ambulance tetapi satupun belum ada yang datang. Tak urung air matanya terus menetes dengan segera ia usap dengan kasar.  Sial, sesak sekali.

"Biadab lo!" Resume berteriak kesetanan. Merebut pistol yang dipegang Oryza disaat pria itu mematung dalam beberapa detik. Tanpa ampun ia kembali memukul kepala Oryza dengan brutal.

Semua orang hanya terdiam, menunduk dengan tangan mengepal. Hanya pukulan dari Resume yang mengiringi suasana di tengah hutan sekarang.

"Kak... jangan pukul ayah Daisy...."

Bisikan itu tetap Resume hiraukan.

"Kak... itu ayah Daisy... jangan kak...."

"Kak... hiks... jangan...."

"Daisy janji gak bakal rebut bonekanya...."

"Kakak...."

Dor!

Resume menembak dada Oryza telak. Napasnya memburu melihat Oryza sudah terkapar. Ia ikut meluruh.

"Sorry, Daisy," bisiknya kala mendengar suara tangisan kencang seorang anak kecil di sampingnya.

Detik itu juga suara sirine terdengar.

...

END

















































PERTARUNGANNYA UDAH END.




Susah buat nyari feel yang bener-bener nyesss gitu :( Maaf yakk kalau gak dapet feelnya. SUERR GAK TAHU LAGI. Mungkin yang kerasa cuma tegang doang ಡ ͜ ʖ ಡ


Spam komen sinikkk

Follow Instagram :
@irma.nrzkh
@mynoteday_




Btw percakapan di setiap akhir part gak ada hubungannya sama alur ceritanya yaa. Itu cuma bonus hiburan ajaaa.

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 234K 62
[SEGERA TERBIT] [PART MASIH LENGKAP] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Rencana Valletta untuk hidup damai di sekolah barunya hancur berantakan. Semua bermula...
MERAPI By Aing Indah

Teen Fiction

2.4M 285K 35
Merapi itu toxic. Dan Airin itu munafik. Merapi selalu berlaku kasar pada Airin, sedangkan Airin selalu tersenyum menantang dan bersikap seolah-olah...
2.8M 159K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
2.2K 323 19
"Balikin sepatu gue!" "Gak mau." "AREXON!" **** Bagi Berlian mengenal Arexon adalah sebuah kesialan. Akan selalu ada hal tidak menyenangkan yang terj...