KILL IT || Perfect Villain +...

By NihaOsh

88.3K 15.6K 37.8K

[17+] Hilangnya saudara kembar Jenandra, membuat Jenandra rela datang dari luar kota untuk menyelidiki hal te... More

00 || Hilang
01 || Target
02 || Anak asuh
03 || Serbuk besi
04 || Patuh
05 || Sungai
06 || Tengah Hutan
07 || Boba
08 || Alexa mengetahuinya
09 || Nando
10 || Killian
11 || Pembunuh utama
12 || Dugaan
13 || Candy
14 || Baby
15 || Video
16 || Pengorbanan
17 || Rencana besar
19 || Mereka saling menipu
20 || Pergi
21 || Berakhir [SELESAI]

18 || Kalah?

2.7K 700 1.9K
By NihaOsh

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih 😍

.
.
.

Setelah membaca pesan dari ayahnya di pagi hari, Jenandra terlihat gusar, bahkan ia banyak diam untuk berpikir lebih jernih, mengingat jika ia bertindak tanpa rencana baru ia akan kalah oleh mereka.

Alexa yang mengatahui hal tersebut pun ikut merasa takut, takut rencana yang Jenandra susun menjadi kacau dan malah memakan lebih banyak korban.

Ini sudah 5 jam berlalu, Jenandra sibuk dengan laptopnya, bahkan ia sama sekali tak menoleh pada Alexa yang terlihat bosan siang ini.

"Jen, gue balik ke asrama duluan ya?" Ujar Alexa seraya beranjak dari sofa, namun Jenandra tak menyahut.

"Killian!" Panggil Alexa, barulah Jenandra mengangkat kepalanya.

"Apa?"

"Gue balik duluan."

"Ya." Jenandra menyahut, kemudian kembali berkutat dengan laptopnya, membuat Alexa mendengus sebal.

Alexa meraih tasnya, ia berkaca sejenak seraya membenarkan kupluk Hoodienyanya, tanpa mengatakan apapun Alexa pergi dari apartment Jenandra.

Setelah beberapa menit kepergian Alexa, Jenandra merapikan laptopnya, memasukannya ke dalam tas, kemudian ia pergi dari apartmentnya.

Jenandra pulang ke rumah ayahnya dengan taxi online, membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai sampai di sana.

Sesampainya di rumah, ia disambut oleh ibu tirinya yang kebetulan baru saja pulang dari supermarket.

"Ayah di mana, bu?" Tanya Jenandra.

"Ayah ke kantor, ngurusin surat-surat pemberhentiannya," sahut ibunya yang terlihat agak kecewa, ia berjalan menuju dapur untuk menaruh belanjaannya di dapur.

"Udah makan Kill?" Tanya ibunya dari dapur.

"Udah Bu.."

Jenandra pun memasuki ruang kerja ayahnya tanpa sepengatahuan ibunya, ia membuka laci di pojok ruangan hingga memperlihatkan beberapa pistol dan amunisinya.

Jenandra mengambil satu pistol dan satu pack Amunisi, kemudian memasukannya ke dalam tas, setelah itu segera keluar dari ruangan tersebut, kemudian pergi dari rumah tanpa berpamitan dengan ibunya.

**

SHANNON

Shannon
Semalem gue dikeluarin dari grup Galaxy,
grupnya Kak Jeffan dan kaki tangannya.

Shannon
Kayaknya lagi ada yang mereka rencanain tanpa gue.

Shannon
Jenandra, hati-hati sama A dan B.
nama samarannya A itu Wolf, dia yang
berusaha ngebunuh Killian di hutan,
sementara B adalah Butterfly yang
selama ini ngancam Alexa,
dan Kak Jeffan adalah Light.

Shannon
Lo harus pura-pura gak tau kalau denger
nama-nama samaran itu.

Jenandra
Siapa nama samaran Malvin?

Shannon
Sebenarnya siapa aja yang lo tau
tentang kaki yangan kak Jeffan?

Jenandra
A, B, dan Malvin.
Pasti masih banyak kan?
Lo mau ngasih tau gue?

Shannon
Gak, gue takut lo nyamperin mereka,
dan mereka sadar kalau lo tau dari gue,
gue bisa abis!

Shannon
Nama samarannya Malvin itu Horse.

Jenandra
Okay.

**

Jenandra pun mengirim tangkapan layar chat Shan pada Alexa, tak lama Alexa membalas pesan darinya.

Alexa
Oh nama samarannya Butterfly,
gue pernah denger Butterfly nelpon
dan manggil nama Horse.

Jenandra
Ok.

Jenandra
Nanti ada paket buat lo,
kalungnya langsung pake,
liontinnya harus diluar baju.

Alexa
Ya.

**

Alexa sudah tiba di sekolah sejak pukul 4 sore, kini jam sudah menunjukan pukul 8 malam, ia baru saja selesai makan malam dan tengah berdiri di depan mesin minuman menunggu minumannya keluar, namun tidak ada.

"Keluar atau gue tendang?" Gumam Alexa yang terlihat kesal.

Tak lama Jarez datang dan sungguhan menendang mesin minuman itu pada bagian bawah, hingga satu kaleng minuman keluar dari sana.

Jarez mengambil minuman itu dan memberikannya pada Alexa. Saat Alexa hendak meraih minuman itu, Jarez menjauhkannya.

"Thanks," ucap Jarez sambil tersenyum kecil, kemudian melangkah pergi membuat Alexa mendengus kesal.

Alexa sudah tidak mood untuk meminuman minuman itu, ia pun pergi dari kantin dan berjalan menuju gedung asramanya.

Alexa berjalan sambil menghubungi Jenandra yang tak ia lihat sejak sore, entah Jenandra sudah kembali ke asrama atau belum.

Tak lama Jenandra menjawab panggilannya, "Hm?"

"Masih di mana?"

"Di jalan, sebentar lagi nyampe."

"Kok lama banget? Apa yang lo lakuin di luar sana?"

Jenandra terdiam sejenak di sebrang sana, membuat Alexa menghela nafasnya.

"Lo ngerencanain sesuatu lagi tanpa gue tau?" Tanya Alexa dengan santai.

"Ya, jangan keluar kamar sendirian setelah jam 10."

"Hm gue inget itu kok, kenapa sih diingetin terus?"

"Takutnya lo lupa. Udah makan malem?"

"Udah, baru selesai," sahut Alexa seraya melirik penjaga asrama yang terlihat sibuk memainkan ponsel di meja depan.

"Lo liat Malvin?"

"Gak ada, dia sama Aziel gak gabung sama geng ayam," sahut Alexa lagi, mengingat saat makan malam ia diam-diam mengamati sekitarnya.

"Oke deh, gue baru sampe gerbang sekolah."

"Jen, janji buat enggak ngelakuin apapun dulu, inget kata bokap lo," ujar Alexa dengan suara pelan.

"Kayaknya gak bisa. Kalau mereka udah bertindak sejauh ini, tandanya mereka punya rencana besar," sahut Jenandra yang membuat Alexa menghentikan langkahnya di tangga.

"Gue mendadak agak takut," ucap Jenandra sambil tertawa pelan di sebrang sana.

"Seharusnya lo gak balik ke sini, takutnya ada apa-apa," balas Alexa.

"Santai, gue bakal baik-baik aja."

"Okay, ngomong-ngomong waktu malem itu Malvin denger gak ya soal obrolan kita di taman belakang?" Tanya Alexa dengan suara pelan.

"Yang mana?"

"Gue sempet bahas soal baby yang gue kandung."

"Emang kalau dia tau kenapa? Takut ngadu sama Butterfly?"

"Ya, gue pengen anak ini mati, tapi anehnya gue takut kalau Butterfly tau soal anak ini dan ngebunuh anak ini."

"Itu tandanya lo gak mau bunuh anak lo, lo cuma kesel sama bokapnya anak lo!"

Ucapan Jenandra menbuat Alexa terdiam sejenak dengan tatapan mengarah pada lantai di depannya.

"Mending kasih tau ke Butterfly soal kehamilan lo, menurut gue diantara Wolf, Horse, dan Butterfly, cuma Butterfly yang masih punya rasa kasihan buat lo, bahkan dia gak ngebunuh lo setelah lo tau tentang mereka, dan gue harap dia ngelindungin lo karena lo lagi hamil anaknya dia."

"Kadang harapan gak sesuai sama kenyataan, gimana kalau dia langsung bunuh gue detik itu juga?" Tanya Alexa dengan suara pelan.

Terdengar helaan nafas Jenandra di sebrang sana, "sebenarnya gue khawatir gak bisa lindungin lo, Xa. Makanya gue nyaranin lo buat jujur sama Butterfly, dengan harap Butterfly mau lindungin lo, tapi kayaknya gue salah, emang gak seharusnya kita percaya sama siapapun di sini."

"Hm.."

"Yaudah, kalau ke mau keluar kamar bawa hp lo terus, gue mantau dari sini, kalau perlu bilang gue kalau mau pergi."

"Ya." Setelah mengatakan itu, Alexa memutuskan sambungannya, ia memasuki kamar asramanya, terlihat Jessie yang tengah menonton film di laptopnya seorang diri.

"Lo udah ketemu Jarez? Tadi sore dia nyariin lo," tanya Jessie pada Alexa.

"Udah, tapi dia gak bilang apa-apa," sahut Alexa, dan Jessie hanya mengendikan bahunya.

**

JAREZ BNGST

Jarez
Di ruang musik jam 11,
gue tunggu.

Alexa
Y

**

Jenandra tiba di kamarnya, ia melihat Echan yang baru saja selesai membersihkan toilet.

"Ayang sama junior ke mana?" Tanya Jenandra.

"Lo tau sendiri, mereka balik ke asrama kalau udah jam 10. Main di asramanya si Taro sama si Derry," sahut Echan sambil menggaruk tangannya yang merah-merah karena terkena percikan pembersih lantai toilet.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Echan yang melihat raut wajah dingin Jenandra.

"Kagak, taroin sepatu gue tuh," titah Jenandra setelah melepas sepatunya dan menaiki kasurnya.

Tanpa protes Echan menaruh sepatu Jenandra di rak sepatu, "ada apa? Muka lo bete banget."

"Bokap gue dipecat," sahut Jenandra yang membuat Echan terkejut.

"Kok bisa?"

"Gak tau, tiba-tiba banget."

"Yah, Jenandra gak jadi orang kaya lagi deh," lirih Echan yang membuat Jenandra berdecak kecil.

"Gak kaya sih, bokap gue cuma detektif polisi."

Mata Echan terbelalak, "kok lo gak bilang?"

"Emang lo mau ngapain kalau gue bilang?" Balas Jenandra dengan nada malas.

"Ya bilang aja, lo harusnya bangga punya bokap keren kayak gitu! Kenapa bisa dipecat? Gak mungkin gara-gara masalah sepele!"

Jenandra menghela nafasnya, "sebenarnya selama ini gue dibantu bokap buat ngungkapin kasus sekolah ini. Pas gue mau ngasih semua bukti itu, bokap gue ngabarin kalau dia dipecat mendadak, kayaknya ada hubungannya sama masalah ini."

Echan ternganga di posisinya, situasinya seserius itu hingga ayahnya Jenandra dipecat.

"Tandanya sekarang lo dalam bahaya Jenandra!" Ucap Echan dengan suara tertahan.

"Ya, semua itu gara-gara lo, lo keceplosan kemaren di depan yang lain!"

"Jadi seriusan pelakunya ada di geng kita?"

"Gak perlu gue jawab pun udah keliatan jelas, setelah lo keceplosan, bokap gue tiba-tiba dipecat, padahal tadi pagi gue bakal ngirim semua file itu ke dia!"

Evhan mengusak surainya dengan kasar, "sorry banget, gue bener-bener gak sengaja," ia terlihat begitu merasa bersalah.

Jenandra mendengus kecil, "Udahlah, emang dari awal kasus ini udah berat banget, tapi gue gak bakal nyerah buat ngungkapin kasus ini, gue bakal selesaiin secepatnya."

"Tolol amat! Kalau lo mati gimana?"

"Gak bakal. Lo juga gak usah kepikiran, gue pastiin semuanya bakal baik-baik aja," ucap Jenandra, kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memandang langit-langit kamar.

Jenandra memang begitu gusar, namun ia yakin semuanya akan berjalan sesuai rencana barunya.

Jennadra menyeringai.

"Kenapa lo senyum-senyum?" Tanya Echan.

"Mereka bakal kalah."

"Kenapa lo yakin banget?"

Jennadra menoleh masih dengan seringaian di wajahnya, "lo bakal selalu ada di pihak gue kan, Chan?"

"Ya."

"Bagus," ucap Jenandra seraya tertawa remeh, membuat Echan mengangkat sebalah alisnya dengan tatapan aneh.

**

Alexa memeluk Jarez dengan erat, sementara Jarez bergerak dengan kasar dalam posisi berdiri di ruang musik.

"Ahk!" Pekik Alexa saat Jarez mendorong bahunya dengan kasar hingga punggungnya menabrak dinding, kemudian mencekram lehernya tanpa melepaskan tautan mereka di bawah sana.

"Ke mana lo seharian ini?" Tanya Jarez.

"Di rumah."

"Bukan pergi sama Jenandra?"

Alexa terdiam sejenak, ia meringis saat cengkraman Jarez di lehernya semakin menguat.

"Jawab," desis Jarez.

"Jenandra juga suka nyewa gue, gak lebih dari itu."

"Oh ya? Bahkan di situasi kayak gini pun lo masih berani ngelak. Gue tau semuanya, Alexa. Lo kerjasama sama Jenandra."

Alexa menggeleng kecil, ia beralih memegang lengan Jarez yang masih mencengkram lehernya.

"Gue hamil anak lo, Jarez."

Jarez terdiam sejenak menyembunyikan rasa terkejutnya, bahkan cekikannya sedikit mengendur.

"Terus gue harus apa?" Tanya Jarez.

"Gak ada yang perlu lo lakuin, gue cuma mau ngasih tau. Seharusnya lo gak hamilin gue, dari awal gue bilang pakai pengaman, tapi lo gak mau denger. Kalau udah gini, mau gak mau gue harus ngelahirin anak dari cowok bangst kayak lo," ucap Alexa dnegan suara tertahan.

"Setelah itu bakal gue taruh di panti asuhan," lanjut Alexa.

Jarez pun menyeringai kecil, "gak perlu susah payah ngelahirin bayi itu, Alexa. Gue yang bakal ngambil bayi itu dari dalam perut lo secara paksa, dan bakal gue ancurin di depan mata lo."

Setelah mengatakan itu, Jarez menjauh dari Alexa, ia membenarkan pakaiannya dan pergi dari ruang musik.

Alexa mengerang lirih, ia tau ucapan Jarez tak pernah main-main, mengingat selama ini Jarez lah yang selalu mengancamnya dan menyakitinya.

Dan harapan Jenandra telah pupus, Jarez tidak akan pernah mau melindungi Alexa sekalipun Alexa tengah mengandung darah dagingnya.

Alexa selesai merapikan pakaiannya, ia melirik sebuah ponsel yang tergeletak di atas lantai, ponsel itu terus menyala menandakan pesan masuk.

Alexa pun meraih ponsel tersebut, ponsel itu terkunci namun ia masih bisa melihat dengan jelas pesan yang tertera di layarnya.

Alexa awalnya bingung, sebab nama-nama kontak di sebuah grup nampak asing seperti nama samaran.

Alexa melihat kontak dengan nama Wolf, Butterfly, Horse, dan Light di dalam grup galaxy, seperti yang Shan beritahukan tadi sore.

Alexa terkejut saat tahu anggota grup galaxy ternyata bukan hanya 4 orang.

Dan Alexa meremat ponsel tersebut ketika membaca salah satu pesan yang dikirim oleh Light.

Light
Besok malam,
Alexa dari kelas 12 IPS 4.
Usahain Jenandra gak ikut campur.

Alexa pun kembali menaruh ponselnya di atas lantai, kemudian keluar dari ruang musik dengan langkah cepat.

Saat menuruni tangga lantai lima, terdengar suara derap langkah kaki yang cepat, ia pun memasuki ruang komputer yang tak terkunci, menyandarkan punggungnya di pintu tersebut sambil melirik jendela di sampingnya.

Terlihat Jarez yang berjalan menuju ruang musik dengan langkah cepat, sepertinya Jarez menyadari ponselnya yang hilang.

Alexa mendudukan tubuhnya di lantai setelah mengunci pintu itu secara perlahan, ia meremat jari-jarinya dengan raut wajah gusar.

Alexa terpikirkan soal grup di ponsel Jarez, hal itu membuatnya benar-benar takut dan panik.

"Wolf, Alexa tau semuanya, kabarin Light," Jarez berbicara sambil berjalan setelah berhasil mengambil ponselnya, membuat Alexa tak berani untuk keluar dari ruangan tersebut.

Alexa pun meraih ponselnya, ia berusaha untuk mengetik sesuatu di sana, namun jarinya gemetar hebat hingga ia tak bisa meneruskannya.

Alexa pun beralih menelpon Jenandra, dan kebetulan Jenandra menjawabnya dengan cepat.

"Apa?"

"Lo di mana?"

"Di toilet, abis boker. Kenapa?"

"Sama siapa di kamar?" Tanya Alexa dengan suara gemetar.

"Sama Echan, Ayang sama junior gak ada balik, kayaknya mereka nginep di kamar Taro sama Dery, lo kenapa?" Jenandra terdengar khawatir di sebrang sana.

Alexa memejamkan matanya dengan nafas memburu hebat, "pergi sekarang, hindarin semua anggota geng ayam warna-warni."

"Kenapa?"

"Kaki tangannya Jeffano yang dari geng ayam warna-warni bukan cuma tiga, tapi semua," sahut Alexa.

Tak ada sahutan dari Jenandra, membuat Alexa semakin cemas, "Jenandra.."

"Jenandra, jawab gue. Lo baik-baik aja kan?"

"Jen, pergi dari kamar sekarang! Pergi ke mana pun! Situasinya gak aman! Jenandra jawab gue!"

Sementara itu di toilet kamar asrama, Jenandra terdiam sambil meremat handel pintu toilet, ia nampak terkejut dalam diam setelah mendapat asumsi mengerikan dari Alexa.

Dan sialnya, ia berbicara dengan Alexa terlampau keras hingga kemungkinan suaranya terdengar hingga kamar.

Jenandra pun memutuskan sambungannya, mengetikkan sesuatu di ponselnya sedikit lebih lama untuk mengirim pesan pada seseorang.

Setelah itu Jenandra membuka pintu toilet dan melihat Echan yang tengah memunggunginya, Echan nampak tengah merogoh tas sekolahnya.

Jenandra mematung di tempatnya sambil memunggungi laci lemari pendek di dekat kasurnya, ia terus memandang Echan yang tengah sibuk sendiri seolah mengabaikannya.

Jenandra meremat ponselnya sendiri ketika melihat Echan yang tengah memakai sarung tangan hitam di kedua tangannya.

"Chan, lo lagi ngapain?" Tanya Jenandra dengan suara pelan.

Echan membalikan tubuhnya setelah meluruskan pisau lipat yang ia ambil dari dalam tasnya, kemudian ia menatap Jenandra dengan tatapan licik.

"Udah tau atau pura-pura gak tau, Jenandra Arshakiel?"

Slap

"Ahk!"

Srett
Brugh!

"Arghh! Elvano Chandra bajingan!"

"Lo yang bakal kalah, Jenandra," bisik Echan dengan seringaian mengerikan di wajahnya.

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

47.8K 2.1K 16
"š‘Øš’…š’‚ š’šš’‚š’š’ˆ š’•š’†š’“š’š’–š’Œš’‚ š’•š’‚š’‘š’Š š’Œš’†š’š’Šš’‰š’‚š’•š’‚š’š’š’šš’‚ š’‘š’‚š’š’Šš’š’ˆ š’ƒš’‚š’‰š’‚š’ˆš’Šš’‚." ***** Pandangan Arumi mulai kabur, Arumi jatuh terdud...
185K 12.1K 45
TERBIT DI TEORIKATAPUBLISHING [BEBERAPA PART SUDAH TIDAK LENGKAP] REVISI HANYA ADA VERSI BUKU .... "Gue hukum lo jadi pacar gue." "Hah?" ---- Mel...
443 51 40
Kata-kata andalan seorang Riki, untuk pacarnya, "Makasih banyak-banyak buat Dyra." Terimakasih, atas datangnya Dyra pada kehidupan seorang Riki Arya...
3K 1.4K 24
[ re-up ] cowok yang nangis di bawah pohon waktu itu, ternyata udah gedenya malah nyebelin. Ā© aurin moody, 2021