BUCINABLE [END]

By tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... More

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

48. Terlalu Toxic

157K 19.5K 6.7K
By tamarabiliskii

Sorry udah satu hari gak update🙏🏻

Jangan lupaaaa siapin tabungan kalian buat jemput Gala Riri versi cetak😍💖

Voteeee dan komen yang banyaaakkkkk, i love youuuu💗💗💗

"USUS RIRI MANA HUAAAAAA!!!!"

"Kenapa, Ri?"

Nenda memunculkan kepalanya dari luar tenda sambil menatap bingung ke arah Riri yang tengah terduduk di dalam tenda dengan wajah berlinang air mata.

"Usus Riri mana?" tanya Riri panik seperti sedang kehilangan sesuatu yang berharga.

Choline yang baru selesai membantu Meisya memasak mie instan langsung menerobos masuk ke dalam tenda karena mendengar suara jeritan nyaring Riri. "Hah? Usus apa sih? Mimpi buruk ya lo sampai teriak-teriak kayak tadi?"

Riri menggeleng. "Usus Riri manaa???" ulang Riri masih mempertanyakan hal yang sama.

"Ya di dalem perut lo lah, emang mau lo ambil?"

Kedua mata Riri mengerjap polos dengan sisa-sisa buliran bening di pelupuk matanya. "Emang bisa?"

"Bisa," angguk Choline. "Bisa mati."

"Ish jangan mati dulu dong! Riri belum nonton semua episode kartun Spongebob. Riri juga gak mau ninggalin Joko sendirian. Nanti kalau Joko mau nonton sinetron azab gak ada yang nemenin. Riri juga belum nyoba jadi sugar baby."

Choline menghela napas panjang. "Serah deh, jadi lo nyari usus tuh usus apa? Usus dua belas jari? Usus buntu?"

"Ish bukan usus ituuu!"

Nenda dan Choline saling bertatapan bingung. "Terus usus apa Ri?" tanya Nenda sabar. Berbeda dengan pertanyaan Choline yang selalu diliputi emosi.

"Riri kemarin bawa usus yang ditepungin."

"Kripik usus?" koreksi Nenda dan Riri langsung mengangguk membenarkan.

"Ck! Bocil! Bikin panik aja!" Choline mengguncang bahu Riri gemas. Membuat bibir Riri cemberut. "Makanya kalo ngomong tuh yang jelas, Ri. Ya ampun greget banget gue!"

Beberapa detik setelahnya, Riri tersenyum lega melihat kripik usus yang ia bawa dari rumah ternyata masih tersimpan aman di dalam tas. "Ih kan Riri kagettt, Riri mimpi kalau kripik usus punya Riri dicuri sama Kolor Ijo. Makanya tadi Riri teriak-teriak, panik nyariin usus Riri."

Nenda dan Choline menghela napas bersamaan. Memang mereka harus banyak-banyak sabar jika berbicara dengan manusia lemot semacam Riri.

"Ya udah ayo keluar, kita bersihin badan terus sarapan," ajak Nenda.

Mereka membawa Riri keluar tenda untuk mencuci muka dan gosok gigi lalu sarapan bersama. Sementara Meisya, Alan, Ilham dan Akbar, mereka sudah duduk melingkar di luar tenda. Siap untuk menyantap sarapan sederhana mereka pagi ini.

*****

"Gala kemana?" tanya Riri celingukan karena tidak mendapati cowok itu di antara teman-temannya yang lain.

"Cuci muka. Dia baru bangun. Semalem gak tidur. Tadi jam lima pagi baru tidur," jawab Alan yang sejak tadi memegangi rambut Meisya karena gadis itu sibuk mengaduk mie instan yang dimasak di atas kompor portable.

Melihat Riri seperti sedang mencemaskan Gala, Akbar mencoba menggoda gadis itu. "Kemaren bilangnya mau break beneran. Kok nyariin sih? Kangen ya, Ri?"

Riri menggeleng cepat kemudian duduk di antara Alan dan Nenda. "Enggak. Riri nanya doang kok."

"Gak papa, Ri. Bilang aja kalau kangen. Lagian si Gala tadi malem gak bisa tidur juga pasti karena galau. Gara-gara jawaban lo semalem waktu kita main truth or dare."

"Gak usah takut. Kalau Gala ngapa-ngapain lo biar gue patahin kepalanya," lanjut Ilham songong. Seolah dirinya benar-benar berani mematahkan kepala Gala.

Ilham yang merasa pundaknya tiba-tiba berat, bergerak tidak nyaman. "Ini apaan sih kok kayak ada yang pegang pundak gue?"

Ilham bergidik ngeri. "Masa camping ground di sini angker? Jangan-jangan ini kunti yang mau ngerasukin gue lagi? Ihhh serem bangett!"

"Coba lo noleh ke belakang, Ham. Biar tau wujud kunti yang lo bilang serem," sahut Akbar yang sudah lebih dulu memakan mie instan plus nasi dengan rakus. Sejak tadi malam Akbar memang kelaparan, namun malas untuk bangun dan membuat makanan. Alhasil sarapan kali ini cowok itu terlihat sangat bernafsu.

"Ck! Ini ap--eh lo kok udah balik Gal?" cengir Ilham sedikit terkejut dengan kehadiran Gala yang tiba-tiba ada di belakangnya. "Bukannya tadi lo masih cuci muka ya?" tanya Ilham basa-basi karena takut dengan cengkraman tangan Gala di pundaknya yang semakin mengerat.

Alis Gala terangkat sebelah mendengar pertanyaan bodoh yang Ilham lontarkan. "Kepala siapa yang mau lo patahin?"

Ilham menggeleng cepat. "Enggak ada, Gal. Salah denger lo. Lo mau gue ambilin mie gak, Gal? Enak banget mie masakan Meisya."

"Gue punya tangan sendiri. Kecuali lo yang bentar lagi tangannya bakal gue patahin," jawab Gala menakut-nakuti Ilham.

Gala duduk di samping Ilham lalu melirik sekilas ke Riri. Gadis yang duduk berdempetan dengan Alan itu terlihat sedang sibuk mengobrol dengan Nenda dan juga Choline.

"Ekhem," Gala berdehem pelan. "Tumben lo duduk di situ, Lan?"

Alan menatap Gala sedikit bingung. Pasalnya sejak tadi ia hanya fokus mengamati wajah Meisya, jadi tidak sadar jika Gala sudah ada di antara mereka.

"Kenapa?" satu alis Alan terangkat. "Lo mau duduk di sebelah Riri?" tanya Alan blak-blakan.

"Gak."

Akbar tertawa mengejek. "Ya elah, Gal. Alan mah duduk di situ karena mau nemenin ayangnya masak. Alan kan punya ayang. Emangnya lo, udah--"

"Bacot!"

Akbar diam dan kembali memakan sarapannya karena tidak mau dibantai Gala sepagi ini. Begitu juga dengan yang lain, mereka semua kembali fokus ke jatah sarapan masing-masing. Sampai akhirnya Gala menyadari sesuatu.

"Ini mienya pedes semua?"

Meisya langsung menjawab karena memang gadis itu yang bagian memasak, meski sempat dibantu Choline sebentar. "Enggak, Kak. Cabe bubuknya belum gue campur. Kalian bisa campurin sendiri sesuai selera masing-masing."

"Kak Gala gak suka pedes?" tanya Meisya penasaran.

"Suka."

Alan menatap Gala dan Meisya bergantian. Alan takut tadi Gala hanya mencari kesempatan untuk mengobrol dengan Meisya. "Kalau suka pedes, kenapa masih na--"

"Nanya doang." Potong Gala menatap Alan datar. "Posesif amat lo, Lan. Meisya gak bakal gue ambil."

"Bawa kaca gak, Bar?"

"Gak. Mau buat apa, Ham?"

"Buat ngaca biar--eh busettt mau tumpah nih mie gue. Main senggol aja," keluh Ilham saat Gala dengan sengaja menyenggol lengannya hingga membuat mangkuk mie yang ada di tangannya hampir terjatuh.

"Katanya suka pedes, kenapa mie punya lo gak lo tambahin cabe, Gal?" tanya Akbar pada Gala yang hanya cowok itu jawab dengan gelengan malas.

Gala terus mengaduk mie instan miliknya sambil sesekali melirik ke arah Riri yang terlihat semangat menambahkan banyak cabe bubuk ke dalam mie miliknya.

"Njir, gak panas apa perut lo, Ri? Ini sarapan loh, bisa-bisanya lo pake cabe segitu banyaknya," heran Ilham sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Riri.

Riri menjawab pertanyaan Ilham dengan santai. "Riri udah lama gak makan pedes. Sekarang pengen makan pedes."

"Udah, Ri, ntar perut lo--"

Dengan cepat Riri merebut cabe bubuk yang tadinya ingin Nenda amankan. "Ish! Riri masih kurang!"

"Nanti perut lo sakit ege." Kali ini Choline lah yang merebut botol cabe bubuk itu dari tangan Riri. "Itu udah banyak cabe nya. Udah pedes banget pasti. Cobain dulu, jangan asal tambahin aja. Nanti kepedesan tau rasa lo."

"Gak papa, waktu di rumah, Riri pernah dibuatin mie pedes sama Bang Danis. Riri gak sakit perut kok."

"Gak mules sama sekali?" tanya Ilham penasaran.

"Enggak," geleng Riri.

Ilham berdecak kagum. "Njir, kok bisa? Kuat banget lo, Ri."

Riri tertawa. "Iya, soalnya mie pedesnya gak Riri makan. Tapi Riri kasih ke Kolor Ijo."

"AHAHAHAHHAHA ANJIR!" tawa Akbar sambil memegangi perutnya. Akbar tertawa ngakak karena melihat muka Ilham yang langsung cengo dengan jawaban Riri yang sangat di luar dugaan.

"Terus Kolor Ijo diare gak, Ri?" tanya Akbar dengan sisa tawanya.

"Enggak juga."

Akbar sedikit kagum. "Wih, berarti kucingnya Dewa keren ya, dikasih mie pedes tetep kuat."

"Bukan gitu, Akbar. Kolor Ijo gak diare karena mie yang Riri kasih emang enggak dimakan. Dia gak doyan."

"HAHAHAHAHAHAHA SATU SAMA!" tawa Ilham seakan ingin balas dendam pada Akbar.

Detik selanjutnya entah apa sebabnya, mereka bertiga, Riri, Ilham dan Akbar tertawa ngakak.

"Berisik!" semprot Gala judes. "Makan."

"Bilang aja cemburu," gerutu Ilham yang langsung mendapat tatapan kesal dari Gala. "Buset, Ri, mie punya lo kelihatan pedes banget."

"Mending makan sama gue. Itu jangan dimakan," nasihat Nenda. Bukannya apa, Nenda hanya khawatir Riri akan sakit perut.

"Gak mau, punya Riri enak, Nen," kekeuh Riri sambil memakan mienya. Tidak lama kemudian wajah Riri tampak memerah dan mengeluarkan banyak keringat.

Choline yang geram berusaha merebut mangkuk milik Riri. Sayangnya hal itu tidak berhasil.

"Ih! Ini mie Riri!"

"Ya tapi jang--"

"Biarin, Lin. Kalau dia sakit atau kenapa-kenapa gak usah diurusin. Biar dia pulang sendiri," potong Gala cepat. Sejak tadi Gala hanya sibuk mengaduk-aduk mie miliknya tanpa berniat memakannya.

"Dikasih tau batu banget," imbuh Gala tanpa menatap ke arah gadis yang masih kekeuh ingin melanjutkan memakan mienya.

Berbeda dengan Gala, Riri tetap diam. Gadis itu seolah sengaja menulikan pendengarannya meski sebenarnya ia cukup kesal mendengar ucapan Gala barusan.

"Huhhh haaahhhhhh!!!!" Riri mengipasi wajahnya yang semakin memerah menggunakan telapak tangan. Ia juga menghabiskan satu botol air mineral untuk menghilangkan rasa pedas dan panas di dalam mulutnya.

Riri mendorong mangkuknya setelah berhasil memakan tiga sendok mie. "Riri udah kenyang."

"Bohong," decak Choline. "Lo pasti gak bisa lanjut makan karena kepedesan, kan? Batu sih, dibilang jangan banyak-banyak gak percaya. Nih makan sama gue aja, tapi punya gue agak pedes juga sih."

"Punya gue aja, Ri. Masih mending daripada punya Choline," kata Nenda ikut menawarkan.

"Enggak, kalian makan aja. Kan itu cuma dikit. Masa dimakan berdua? Nanti gak kenyang."

"Gak papa, bukannya tadi lo bilang laper banget? Nih ayo makan sama gue," paksa Nenda.

"Engg--"

"Makan." Gala mendorong mangkuk mie miliknya ke hadapan Riri. "Ini belum ada cabe nya sama sekali."

*****

"Galau banget muka lo," ejek Ilham menghampiri Gala yang duduk sendirian di tepi sungai dekat tenda. Gala termenung entah karena apa. Namun Ilham duga pasti karena Riri.

Kehadiran Ilham tidak membuat Gala mengalihkan fokusnya dari aliran air sungai yang sedang ia amati. Entahlah, rasanya hati Gala menjadi sedikit lebih tenang jika berlama-lama duduk di sana.

"Ngapain lo ke sini?" Pertanyaan itu keluar karena Gala merasa terganggu dengan kehadiran Ilham yang tidak kunjung pergi. Tidak bisakah Ilham mengerti, jika dirinya sedang ingin sendiri dan tidak mau diganggu oleh siapapun, termasuk Ilham.

Tidak menjawab pertanyaan yang Gala lontarkan, dengan berani Ilham justru mendudukkan dirinya di samping Gala sambil tertawa pelan. "Baru break sehari aja udah begini. Apalagi selamanya."

"Apa maksud lo selamanya?!" tanya Gala tidak terima. Bahkan Gala sampai menarik kerah hoodie yang Ilham pakai. Membuat cowok itu merasa tercekik.

"Wei wei brutal banget lo, Bos. Gue kan cuma berandai-andai."

Gala akhirnya melepaskan tarikannya lalu mendengus kasar. Cowok itu memalingkan wajahnya untuk kembali mengamati aliran sungai.

"Kayaknya lo harus mulai berubah. Berubah jadi lebih bisa ngontrol emosi dan lebih terbuka sama Riri soal semua masalah lo," celetuk Ilham tiba-tiba.

"Tau apa lo soal masalah gue?"

Ilham mengedikkan bahu santai. "Gue gak tau apa-apa dan gak ada hak untuk tau semua masalah lo. Tapi Riri? Dia berhak tau, seenggaknya sama kayak lo yang selalu mau tau soal apapun yang dia alami."

Tangan Ilham terangkat untuk menepuk pelan pundak Gala. Ilham sedikit waspada, takut kalau tiba-tiba Gala akan kembali mengamuk. "Gal, Riri udah gede. Dia berhak dapetin kepercayaan dari lo yang selama ini gak lo kasih ke orang lain. Dia juga berhak nikmatin masa mudanya tanpa kekangan dari lo yang terlalu over."

"Over?"

"Lo terlalu posesif dan ngebatasin semua yang pengen dia lakuin. Contohnya dalam hal berteman." Ilham menghembuskan napas kasar lalu tertawa pelan. "Temen Riri aja selalu lo seleksi, itu temen apa lowongan pekerjaan?"

"Gue kasihan aja sama Riri, gara-gara selama ini lo terlalu mengekang dia, dia jadi bergantung banget sama lo. Dia jadi susah buat nentuin pilihannya sendiri."

"Emang itu yang gue mau," jawab Gala tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tapi jangan berlebihan. Sekali-kali Riri juga harus bisa nentuin pilihannya sendiri tanpa ketergantungan sama lo. Apa lo bisa jamin kalau lo bakal selalu ada buat Riri? Selamanya?"

Gala mendengus. "Larangan dan kekangan gue ke Riri selalu ada sebabnya, Ham. Harusnya lo inget, setiap larangan gue yang Riri langgar, ujung-ujungnya Riri bakal kenapa-kenapa. Termasuk yang lo bilang soal pertemanan tadi. Dari awal gue udah gak mau lihat Riri temenan sama Rafa, tapi sekarang lo tau ujungnya kayak gimana, kan? Rafa gak sebaik itu dan feeling gue selalu bener."

Ilham mengangguk paham. "Iya sih, tapi sorry to say, lo terlalu toxic buat Riri yang terlalu baik."

"Gal, lo harus inget ini. Gak ada hubungan toxic yang berakhir bahagia kalau pelakunya sendiri menolak sadar dan gak mau berubah." Ilham menjeda ucapannya sambil kembali menepuk-nepuk pundak Gala. "Sekarang, pilihannya cuma dua, lo berubah atau Riri pergi."

Selepas kepergian Ilham, Gala kembali merenungkan semua kalimat-kalimat yang Ilham ucapkan. Terutama kalimat Ilham yang terakhir.

"Lo berubah atau Riri pergi."

"Aaarrrghhhh!" Gala mengacak rambutnya frustasi. Ia benar-benar bingung harus bersikap dan bertindak seperti apa sekarang.

"Emang sikap gue seburuk itu?" Gala memukuli kepalanya sendiri. "Kan gue cuma mau jaga Riri! Kenapa gak ada orang yang paham?! Aaarggghhhh!"

"GAL! RIRI SAKIT PERUT!"

*****

Guyss kalian udah siap jemput bucinable versi cetak belum? Nanti versi novelnya bakal banyak yang beda sama Wattpad, pastinya alurnya lebih rapi dan lebih menguras emosi, tapiii lebih seruuuu jugaaa💗

Tenang ajaaa, yang di Wattpad tetep lanjut sampe end tapi pasti beda sama versi novel👍🏻

Stay tuned di instagram @id.akad, @galaarsenio, @tamarabiliskii yaaa

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri? 

Pesan buat author :

Pesan buat siapa aja :

Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

See yoouu 🤎🤎

Gantenggg bangettt bapak kolor spongebob 🥺💗

Iniii ibunya jokoooo juga cantikk😭💖

Alan Meisya numpang lewat🙏🏻





Continue Reading

You'll Also Like

4.5K 2.5K 72
Budayakan membaca deskripsi sebelum terjun ke cerita🔪 Ada satu insiden yang membuat Rea, si anak baru yang kelakuannya lumayan buruk, terpaksa harus...
2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
6.6K 592 8
Arkana Dananvir Atmagra, laki-laki yang berusia 20 tahun. Kesibukannya kini kuliah serta bekerja di perusahaan orangtuanya. Suatu hari dia tidak seng...
1.1M 80.7K 61
Seorang CEO muda, Oh Sehun harus menerima nasib ketika dirinya dijodohkan dengan seorang gadis bar-bar bernama Kim Rachel. Start 19 Desember 2017 END...