AZKARINO✔️[TAMAT]

By andarrr

96.7K 4.9K 326

Tentang Azkarino Aldevaro, manusia biasa yang tidak sempurna. More

B L U R B
Prolog
01: 12 IPS 1
02: Benalu!
03: Di Follback?
04: Ketahuan Kerja!
05: Bukan Aku!
06: Sahabat
07: Ini Semua Tidak Adil
08: Mulai Sekarang, Kita Temenan
09: Ultahnya Azka
10: Penyakit Ini Menyiksa
11: Adek Laknat!
12: Sakit
13: Drop
14: Bullying
15: Sakit Hati
16: Pengakuan
17: Terbongkar Sudah
18: Feel So High
19: Harus Mandiri
20: Di Pecat?
21: Kangen
22: Perdebatan
23: Damai
24: Sama Gue Mau Nggak?
25: Membuat Curiga
26: Milik Gue
27: Dicabut?
28: Mendadak Ngeblank
29: Azka Cemburu
30: Insiden
31: Berkunjung Neraka Duniawi
32: Tas Sekolah
33: Club
34: Minta Izin
35: Rumit
37: Keputusan
38: Tersakiti
39: Menerima
40: Undangan
41: Hari-H
42: Duka
43: Penyesalan (End)
andarrr note
Cast
Naughty
Extra Chapter 1: Waktu

36: Semakin Rumit

1.1K 79 24
By andarrr

Happy Reading...
"Gua bisa sendiri Za, lu mending les wae."

"Lo marah?" Regaza menuduh Azka.

Azka langsung menyengit bingung, "Hah?"

"Baperan." Cibir Regaza menaikkan sudut bibirnya.

"Lo kali yang baperan." Azka melirik Regaza. 

Bukannya marah atau apa. Azka hanya malas mendengar diagnosa penyakitnya yang membuat mentalnya down. Sudah dua kali dia melewatkan check-up tanpa sepengetahuan Regaza.

Tanpa check-up mungkin membuat Azka tidak mengetahui sampai mana sel kanker menggerogoti tubuhnya, namun tanpa obat Azka tidak bisa apa-apa. Dia sangat tergantung dengan obat-obatan.

Pahit.

Besar.

Susah ditelan.

"Gue tadi kesini mau ngapain ya?" Azka menggaruk kepala belakangnya yang tidak terasa gatal. Dia sekarang berada di dekat koperasi, namun dia sama sekali tidak ingat tujuannya kesini untuk apa.

Azka putar balik sambil mencoba mengingat-ngingat. Apakah ada alat yang harus dia beli di koperasi? Tapi apa?

"Dari mana lu?" Sapa Tomi. Tomi menyengit, sahabatnya itu terlihat berjalan linglung tatapannya kosong.

"WOY!" Tomi menggertak Azka.

Saking kagetnya Azka sampai terlonjak.

"Lu ngapain?" Tanyanya menepuk pundak Azka.

Azka mengerjapkan matanya, "Bingung nih gua."

"Bingung kenapa?"

Azka menunduk, kepalanya tiba-tiba sangat pusing. "Gapapa."

"Pucet lo Ka." Ujar Tomi melihat lebih dekat wajah Azka.

"Minggir." Azka mendorong tubuh Tomi karena menghalangi jalannya.

"Lo kenapa sih anjir, wajah pucet kelakuan aneh." Azka melenggang pergi.

"Abangnya Kansa masih SMA?" Tomi menyamakan langkah kakinya seperti Azka.

"Udah kuliah. Emang kenapa?"

Tomi diam, mencoba mencerna jawaban Azka.

"Terus yang didepan tadi siapa? Gua kira abangnya njir."

"Naik apa?"

"Ninja."

"Item?" Tebak Azka dan Tomi mengangguk.

Hawa panas menjalar, merasuk kedalam hati lelaki itu. Dia diam melihat gadisnya berduaan dengan lelaki lain. Goblok!

"Siapanya sih emang?" Kepo Tomi melihat raut wajah Azka yang berubah.

Azka memandang Tomi, tidak tau harus menjawab apa tentang siapa Digo sebenarnya dihidup Kansa. Kemarin Azka berjanji kepada dirinya sendiri, dia tidak akan mengalah untuk siapapun demi Kansa. Demi perempuan yang membuat dia jatuh cinta, namun bagaimana jika yang diperjuangkan saja malah sering bersama musuhnya?

"Sekali lagi gua liat mereka didepan mata gue sendiri. Gue nggak segan bonyokin wajah brengsek itu." Tomi menoleh terkejut.

"Njir, napa lo jadi sangar maszeeh?" Azka meninggalkan Tomi dibawah tangga menuju kelasnya.

Belum ada pukul delapan pagi mood belajar Azka sudah hancur berantakan. Kepalanya yang biasanya tidak terlalu pusing di pagi hari sekarang malah kambuh hari ini. Azka mencengkeram erat pembatas tangga, menarik nafasnya dalam-dalam.

Lelaki itu memutuskan untuk duduk, pandangannya terasa gelap kakinya juga mendadak lemas tidak bertenaga.

Gue kecapean pasti.

...

Azka meletakkan kepalanya diatas meja, memandang Kansa sedang merangkum bab akhir sesuai perintah Bapak guru.

"Ngantin yuk beb." Kansa tersenyum riang menutup buku tulis bersampul payung itu.

"Duluan aja." Jawab Azka merubah posisinya menjadi berhadapan dengan tembok.

"Kamu kok belum ngerangkum? Jumat dikumpulin lho." Kansa membuka buku Azka yang masih kosong alias putih bersih.

"Azka?" Kansa menarik lengan Azka ingin lelaki itu mengangkat kepalanya.

"Kenapa sih diem terus daritadi?" Kesal Kansa memanyunkan bibirnya.

"Pikir aja sendiri." Azka berucap pelan.

"Hah?" Kansa mendekatkan kepalanya.

Azka terpaksa mengangkat kepalanya yang jauh terasa berkali-kali lebih berat dari biasanya. "Tadi disuruh sampai halaman berapa ngerangkumnya?"

"Sampai halaman terakhir, kamu kalau capek biar aku aja yang ngejain." Kansa tersenyum manis.

Azka menatap gadis itu datar, sedetik kemudian dia terpaksa menarik bibirnya untuk tersenyum tipis. "Nggak perlu,"

Azka menurunkan lagi kepalanya diatas meja, "Kamu sakit?"

Azka memejamkan matanya sambil menggeleng pelan.

"Terus kenapa? Perasaan dari jam pertama nggak mau bicara sama aku hm." Kansa menurunkan kepalanya diatas meja.

Wangi rambut Kansa menyeruak di indera penciuman Azka, lelaki itu membuka matanya dan langsung dihadapkan wajah Kansa didepan matanya.

"Lagi ada masalah, cerita aja." Ucap Kansa.

"Aku boleh minta satu dari kamu?" Azka menatap lekat mata Kansa.

"Boleh."

"Tolong setiain aku."

Alis Kansa berkerut, gadis itu mengangkat kepalanya. Azka melakukan hal yang sama.

"Kenapa tiba-tiba bahas itu Ka." Tanya Kansa.

"Ini menyangkut hidup dan mati aku. Aku butuh kamu Sa."

...

Hiks....

Kansa berlinang air mata melihat pantulan dirinya mengenakan atasan kebaya berwarna putih. Dan jarik yang terpasang sesuai lengkungan tubuhnya.

"Jangan nangis dong sayang." Wanita paruh baya berambut diatas bahu dengan lembut mengusap punggung Kansa.

Namanya Selin.

"Ma, aku belum siap." Kansa mengadu.

"Sayang... lebih cepat lebih baik..." Selin mengusap air mata Kansa.

"Aku belum siap Ma..." Kansa menundukkan kepalanya, membiarkan air matanya terus mengalir.

"Ma-" Selin mengangkat tangannya, isyarat menyuruh Kafka untuk diam.

Kafka menatap Kansa tidak tega, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela adiknya.

"Sa. Pilihan Mama sama Papa pasti yang terbaik, lo harus percaya." Kafka berbisik ditelinga kanan Kansa.

"Bang, gue nggak suka dia bang." Kansa menatap Digo tajam.

"Kansa!" Tegur Selin.

"Gapapa kok Tante, aku ngerti perasaan Kansa." Digo tersenyum sabar, lelaki itu selangkah maju kearah Kansa.

Digo menganggukkan kepalanya, menggandeng tangan Kansa. "Mau ngomong sama Kansa dulu, Bang. Tan."

Kafka mengangguk.

"Itu dilepas dulu nak." Selin menghampiri Kansa.

"Kamu cocok pakai setelan kebaya ini. Cantiiik banget." Ujar Selin sambil membawa Kansa ke ruang ganti.

Digo membawa Kansa ke rooftop butik ini. Lelaki itu memberikan waktu untuk Kansa menangis. Bahkan dia dengan senang hati akan mempersembahkan kedua bahu kanan maupun kirinya untuk Kansa bersandar.

"Nggak papa nangis aja." Ucap Digo disaat Kansa menatapnya.

"Jujur gue nggak enak banget sama lo Go. Sorry ya." Digo menghela nafasnya pelan.

"Gapapa gue sabar kok." Kedua tangannya bertumpu pada pembatas rooftop. Melihat gemerlapnya bintang-bintang dilangit sana.

"Gue nggak habis pikir sama lo. Sebenarnya hati lo terbuat dari apa sih? Lo udah gue usir, gue cuekin, masih aja betah sama gue. Kenapa nggak cari yang lebih baik dari gue aja sih?" Beo Kansa tanpa menatap wajah Digo, rasanya terlalu merasa bersalah kepada lelaki itu.

"Karena gue tulus sama lo." Jawab singkat Digo.

"Kalau lo tulus sama gue, lo harusnya biarin gue bersatu sama Azka." Bantah Kansa.

"Nggak bisa,"

"Kenapa?" Kansa bertanya dengan mata berkaca-kaca.

"Karena gue sesayang itu sama lo Sa."

"Tapi gue enggak bisa Digo." Kansa melembutkan suaranya.

"Lepasin Azka dan pilih gue." Kansa menggelengkan kepalanya.

"Lepasin Azka? Lepasin matamu!"

"Terus mau sampai kapan?" Digo menengadahkan tangannya.

"Sampai kapan lo hianatin dia?"

"Kansa." Digo merangkul pundak Kansa walaupun gadis itu meronta.

"Gue bisa jadi lebih dari Azka."

"Omong kosong." Kansa tersiak.

"Nggak. Lo harus percaya sama gue, lo harus kasih gue kesempatan."

Kansa memejamkan matanya, "Emang ini udah benar-benar nggak bisa ditunda lagi ya?"

...

Dipinggir jalan Azka menuntun sepeda motornya, Azka menyeka keringat dingin di keningnya. Sungguh lelaki itu merasa tidak enak badan malam ini, namun masih bertekad untuk kerja.

Azka menselonjorkan kakinya setelah berhasil menemukan bengkel yang lumayan jauh dari tempat mogok motornya.

Motor Azka menggunakan sistem injeksi. Dia teledor lupa mengisi bensin hingga kehabisan sampai macet. Waktu itu dia bersyukur masih bisa distater, namun beberapa hari kemudian motornya menjadi  rewel dan tiba-tiba macet kaya gini.

"Antrinya masih lama ya pak?" Tanya Azka.

"Lumayan nih mas, anak saya lembur jadi hanya saya sendiri ini." Timpal bapak-bapak pemilik bengkel sederhana itu.

"Kemarin kehabisan bensin, saya isi pertamax malah jadi rewel." Azka berjongkok melihat kondisi motornya.

"Oalah, sebentar mas. Antri dulu ya."

"Yaudah saya tinggal kira-kira entar jam dua belas masih buka nggak pak?"

"Masih mas masih."

Azka beranjak berdiri dari posisinya, badannya terhuyung sampai membuatnya berpegangan stang motor.

"Apes banget gue." Azka menendang kerikil kecil diatas trotoar.

Matanya menyapu jalan besar ini, melihat angkot atau alternatif apa pun yang dapat ia jadikan tumpangan menuju lokasi club.

Kedua mata Azka memincing.

"Bangsat!" Tanpa melihat kanan kiri lagi, Azka menyeberang jalan besar itu sambil berlari.

PIM!!

"Woy! Cari mati lu?!" Sentak pengendara motor yang berhasil mengerim motornya secara mendadak.

Azka menoleh sekilas, dia tidak peduli!

Emosi Azka meluap menyaksikan pemandangan Kansa dan Digo yang lagi-lagi keluar bersama. Tangan Azka terkepal menahan emosi.

"Bangsat!" Umpat Azka begitu sampai dihadapan mereka berdua.

Disaat Digo memesan sate untuk dimakan berdua bersama Kansa, Azka tiba-tiba datang dan memaki dirinya.

Kansa meletakkan kembali piringnya yang masih penuh belasan tusuk sate.

"Jangan disini." Ucap Digo seakan paham Azka akan menghajarnya.

"Cepetan!" Azka mendorong tubuh Digo kearah penjual sate itu.

Digo mengeluarkan uang untuk membayar sate. Kaos belakangnya dicengkeram kuat oleh Azka.

Kansa menggigit bibirnya, dia takut melerai Azka yang sangat terlihat marah. Kansa mengikuti kedua lelaki itu berjalan dibelakang mereka.

BUGH!

Digo terhuyung kebelakang.

"CARA LO BANCI ANJING!" Sentak Azka.

"Kamu juga." Azka menatap Kansa.

"Maaf Ka." Kansa menundukkan wajahnya.

"Maksut kalian apa?" Tanya Azka pelan, tenaganya seperti dikuras habis.

"Mulai sekarang, jauhin Kansa." Mata Azka memincing mendengar permintaan Digo.

"Apa lu bilang?"

"Jauhin Kansa." Tutur Digo lagi.

"Apa nggak kebalik. Lo yang harusnya jauhin Kansa! Bukan gua!" Digo membuang wajahnya kearah lain disaat Azka menarik kaosnya.

"Lo nggak tau apa-apa. Jelasin Sa." Kansa menggelengkan kepalanya.

"Cukup!"

"Apa yang gue nggak tau?" Azka menatap mereka berdua bergantian.

"APA?!" Sentaknya.

"Kalau lo nggak mau jelasin, biar gue kasi paham cowo lo ini." Ujar Digo.

"Gue nggak akan percaya bacotan lo. Bangsat!" Azka brutal meninju rahang Digo.

Argh...

"Sialan!" Lelaki itu mengusap sudut bibirnya dan menemukan darah disitu.

Bugh!

Awalnya Digo hanya diam, namun semakin lama emosinya juga terpancing.

"Digo jangan Go!" Kansa menarik lengan Digo.

"Azka lo nggak papa?" Kansa tau itu pertanyaan bodoh, Azka sampai tersungkur ke tanah sambil meringis kesakitan.

"Sssh..." Desis Azka merasakan nyeri pada wajahnya.

Wajah Azka terlihat lebih pucat dari biasanya, "Kenapa sih Sa." Tanya Azka pelan.

"Siapa yang udah suruh kamu, kamu ditekan orang kan? Jawab siapa yang udah bikin kamu tertekan kaya gini Sa. Jawab." Kansa tidak kuasa menahan air matanya, dia merasa sangat jahat malam ini.

"Asal lo tau njing, Kansa-"

"STOP!" Bentak Kansa.

"Sampai kapan lo sem-"

"DIGO STOP!" Kansa berdiri.

"Pulang, gue bisa pulang sendiri nanti." Usir Kansa.

"Bang Kafka sama nyokap lo udah titip lo sama gue. Gimana kalau mereka nanya ha?"

"Gue yang maju." Sahut Azka.

"Lo gausah kawatir, gue bukan cowo pengecut kaya lo." Ujar Azka.

Digo menatap Azka beringas, "Sialan lo!"

Kansa menahan Digo sekuat tenaga, "Terakhir Go. Gue janji." Ujar Kansa pelan.

Digo menatap Kansa.

Kansa mengangguk dua kali. "Oke." Putus Digo akhirnya.

Digo menatap Azka tajam sebelum benar-benar meninggalkan Kansa bersama saingannya itu.
To be continue....

AZKA


KANSA


DIGO

GAES KALIAN MAUNYA SAD ENDING ATAU HAPPY ENDING?

Sebenarnya untuk ending cerita ini aku udah ada planning...

Cuma aku masih agak bingung aja buat tuanginnya huhu...

Kalian punya saran? Kalau punya boleh banget dong tulis disini...

Cerita ini pasti akan aku tamatin, aku janji.

Tapi yah itu tadi, masih menimang-nimang nih kira kira ending yang aku buat kalian suka enggak hehe...

Kawal sampai ending ya gaes

Lope banyak-banyak untuk kalian.

-andarrr-

Continue Reading

You'll Also Like

64.6K 5.2K 56
Kisah seorang wanita cantik berprofesi sebagai guru sekolah dasar, dia sudah menikah dan mempunyai seorang putri berusia 5 tahun. wanita mandiri ya...
1.4M 127K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
19.7K 2.4K 54
[Follow dulu sebelum baca!] Athalla Rafael, dia adalah seorang youtuber terkenal. Belum ada yang tau bahwa seorang 'caleo zeael' yang digemari banya...
206K 19.2K 51
Versi II| Versi Baru Book 3 | Narezka | Mxavier | Start : 12 September 2022 | 11 Juni 2023 Finish : 7 Februari 2023 | 17 Oktober 2023