KILL IT || Perfect Villain +...

By NihaOsh

88.3K 15.6K 37.8K

[17+] Hilangnya saudara kembar Jenandra, membuat Jenandra rela datang dari luar kota untuk menyelidiki hal te... More

00 || Hilang
01 || Target
02 || Anak asuh
03 || Serbuk besi
04 || Patuh
05 || Sungai
06 || Tengah Hutan
07 || Boba
08 || Alexa mengetahuinya
09 || Nando
10 || Killian
12 || Dugaan
13 || Candy
14 || Baby
15 || Video
16 || Pengorbanan
17 || Rencana besar
18 || Kalah?
19 || Mereka saling menipu
20 || Pergi
21 || Berakhir [SELESAI]

11 || Pembunuh utama

3.2K 694 1.9K
By NihaOsh



Spam komen yuk!

Jangan lup Vote juga, makasih 💚💚

.
.
.

7 hari berlalu sejak kematian Nando, berita bahwa Kaivan penyebab kematian Nando mulai menyebar ke penjuru sekolah, namun tidak ada yang berani untuk mengejek atau menyalahkan Kaivan atas kematian Nando, mengingat Kaivan adalah cucu dari pemilik yayasan.

Selama 7 hari ini berjalan dengan baik, Kelas 12 sibuk mengikuti pelajaran tambahan, begitupun dengan Ashila yang sibuk belajar agar ia bisa mendapat peringkat pertama lagi.

Ashila takut Jenandra merebut posisi pertama di kelulusan nanti, tapi ia tak akan membiarkan hal itu terjadi.

Kini jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Ashila melanjutkan kegiatannya untuk belajar, padahal besok adalah hari libur.

Ashila menoleh ketika pintu kamarnya tersebuka, terlihat Hana yang baru saja tina di sana.

"Nih, dari Jenandra," ujar Hana seraya menaruh beberapa makan ringan berserta minumannya di atas meja.

"Thanks," gumam Ashila, kemudian ia meraih secarik kertas dari Jenandra, sementara Hana memasuki toilet kamarnya.

Belajar terus, sampe lupa sama yang di sini. Tapi gak apa-apa, abis lulus harus pelukan yang lama!

—Pacarnya Ashila.

Ashila tersenyum kecil, akhir-akhir ini Jenandra selalu memberikannya makanan ringan untuk memaninya belajar.

Ashila pun mengambil foto dirinya sendiri, kemudian mengirimnya pada Jenandra.

JENANDRA

Jenandra
Cerah banget, kayak masa depan gue.

Ashila
😏😏

Jenandra

Ashila
Mau ke mana?

Jenandra
Pulang dulu, nanti ke sini lagi.

Ashila
Oh? Sendiri?

Jenandra
Ayok ke rumah, gue kenalin ke nyokap.

Ashila
Sibuk.

Jenandra
Yaudah nanti aja kalau udah gak sibuk.

Ashila
Iya.

Jenandra
Jangan kangen ya.

Ashila
Gak sih, biasa aja.

Jenandra
Masa? Nanti tiba-tiba nelpon,
tapi dimatiin lagi gara2 cuma mau
denger suara gue.

Ashila
😌😌

Jenandra
Gue balik dulu ya.

Ashila
Jangan boong, hati-hati.

Jenandra
Iya, sayang.

**

Sebenarnya Jenandra pulang ke apartmentnya semalam, ada yang harus ia obrolkan dengan ayahnya tentang selama ia di sekolah.

Jenandra mengobrol melalui telpon sambil memindahkan semua bukti yang ia dapat ke dalam satu folder di laptopnya.

"Kill, menurut ayah jarak kematian Yera dan Nando terlalu cepat," ujar ayahnya Jenandra di sebrang sana.

"Ya."

"Kayaknya kamu terlalu gegabah sampai menimbulkan korban lagi."

Jennadra terdiam sejenak, ayahnya menyadari bahwa kematian Yera dan Nando karena salah dirinya yang terlalu menantang si pembunuh itu.

"Tolong jangan sampai ada korban selanjutnya, pelan-pelan aja, kalau kayak gini caranya, sama aja kamu jadiin Yera dan Nando tumbal buat dapetin bukti," ujar ayahnya lagi.

"Kita gak punya banyak waktu, ayah. Aku cuma punya waktu sekitar 8 bulan di sekolah ini,  aku gak mau lulus dari sekolah ini tanpa nangkep orang-orang jahat itu."

"Ya, sernggaknya bermain dengan rapi, kalau sampe ada korban lagi tandanya kamu gagal melindungi teman-teman kanu."

Jenandra menghela nafasnya, "aku bakal hati-hati, ayah. Ngomong-ngomong ayah udah selidikin ayah dan kakeknya Kaivan? Takutnya mereka dalang dari penjualan organ."

"Udah, data mereka tertutup banget, gak ada aktivitas yang mencurigakan."

"Selidikin lagi Yah, aku rasa pembunuh utama itu kerjanya cuma ngeeksekusi korban aja, dia punya bos lagi."

"Asumsi yang bagus, nanti ayah selidiki lagi."

"Ayah udah dapet informasi tentang Ashila?" Tanya Jenandra dengan suara pelan, mengingat kemrin ia meminta ayahnya untuk mencari tau tentang hal tersebut.

"Udah, orang tuanya Ashila bercerai, Ashila tinggal sama ibu dan kakak laki-lakinya. Usia kakaknya 23 tahun, namanya Gerryant Jeffano, Jeffan mahasiswa kedokteran di universitas ternama. Ada lagi yang kamu butuhin?"

"Apa hubungan Ashila sama Kaivan?"

"Gak ada, mereka cuma temen satu sekolah."

"Okay, makasih, ayah. Ngomong-ngomong Alexa tau aku Killian," ujar Jenandra.

"Kamu yang ngasih tau?"

"Enggak, aku- Hmmm aku gak bisa jelasinnya, pokoknya Alexa nyadar karena akhir-akhir ini aku sering ngobrol sama dia, aku gak ada pilihin lain selain ngaku. Jadi aku bersikap baik sama dia biar dia tetap berada di pihak aku."

"Tapi itu bahaya Kill, Alexa bisa aja bocorin identitas asli kamu, mereka bisa membunuh kamu."

"Ayah, mereka gak akan bisa bunuh aku, kayaknya mereka tau siapa keluarga kita setelah kasus Killian waktu itu, mereka gak akan mau ngambil resiko yang lebih tinggi lagi kalau berurusan sama keluarga kita," sahut Jenandra berusaha menenangkan ayahnya.

Ayahnya menghela nafas di sebrang sana, "Yasudah, jaga diri baik-baik, lakukan hal yang menurut kamu benar dan aman. Ayah gak mau kamu terluka lagi."

"Iya ayah."

"Kondisi kamu membaik kan? Maksud ayah, gak pernah kambuh lagi," tanya ayahnya yang membuat Jenandra terdiam sejenak.

"Killian? Kalau emang masih-."

"Enggak, aku baik-baik aja. Aku sembuh direhab," sahut Jenandra menyela ucapan ayahnya dengan cepat.

"Bagus kalau gitu. Ayah sibuk, ayah tutup dulu ya?"

"Iya ayah," sahut Jenandra, kemudian sang ayah memutuskan sambungannya.

**

Jam menunjukan pukul 6 sore, Jenandra berjalan menuju pintu utama saat mendengar bel pintu berbunyi, kemudian ia membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Alexa untuk masuk.

"Gak ada yang ngikutin lo kan?" Tanya Jenandra seraya menutup pintunya.

"Gak ada, apart lo berantakan banget," sahut Alexa seraya memandang setiap sudut apartment Jenandra.

"Iya, gak gue beresin sejak 2 bulan lalu, males. Kenapa? Lo mau ngeberesin?" Balas Jenandra yang membuat Alexa berdecak sebal.

"Gak mau sih, males juga."

Keduanya memasuki kamar Jenandra, kemudian Alexa duduk di pinggiran kasur, sementara Jenandra kembali duduk di pertengahan kasur sambil menghadap laptopnya.

"Lagi apa? Nonton bokep?" Tanya Alexa.

"Nonton orang dimutilasi," sahut Jenandra sekenanya, kemudian menutup laptopnya.

"Gue pengen denger cerita lo, kenapa lo bisa hilang? Terus datang dengan identitas yang baru," ucap Alexa setelah menaruh tasnya di atas kasur, kemudian duduk menghadapkan Jenandra.

Jenandra terdiam sejenak, kemudian ia menghela nafasnya, "sekitar satu tahun yang lalu. gue dapet chat dari Ashila malam itu, dia bilang gue harus temuin dia di atap sekolah, dan gue pun pergi ke sana, karena gak biasanya Ashila minta gue buat datang padahal Ashila benci banget liat muka gue."

"Sesampainya di atap, ternyata gak ada Ashila di sana, yang ada gue liat Giska di sebuah ruangan, ada satu cowok yang lagi ngeluarin beberapa organ dalem Giska di sana, terus masukin beberapa organ itu ke dalam box berisi es."

Alexa nampak terkejut mendengarnya, Giska adalah murid satu kelasnya yang hilang, bahkan jasadnya tak ditemukan hingga detik ini.

"Gue muntah dan lari, sampe kamar asrama gue cerita sama Varen soal kejadian di atap, tapi anehnya dua tahun kemudian Varen nyeritain hal itu ke gue tapi beda, dia bilang gue gak sengaja liat cowok naik ke atap sekolah dan gue ikutin, padahal gak gitu ceritanya."

"Maksudnya sekarang Varen gak tau kalau lo Killian? Dan dia nyeritain cerita itu ke lo tapi ceritanya beda?" Tanya Alexa.

"Ya dia gak tau gue Killian, dan kayaknya dia ngelindungin Ashila, makanya dia nyeritain itu ke gue beda versi."

"Okay lanjut," pinta Alexa.

"Dua hari kemudian, gue gak inget apa-apa, tiba-tiba gue udah dalam kondisi terikat di tengah hutan, orang yang gak gue sangka datang dan nusuk perut gue, lalu dia ninggalin gue di sana, berharap badan gue dimakan hewan buas."

Alexa luar biasa terkejut, bahkan hingga telapak tangannya menutup mulutnya yang terbuka.

"Gila gila, lo hampir dibunuh, berarti selama ini lo tau pelakunya?" Tanya Alexa, dan Jenandra menganggukan kepalanya.

Alexa tak mampu untuk berkata-kata lagi, ia benar-benar tak mengerti dengan apa yang tengah Jenandra rencanakan saat ini.

"Soal Ashila, gue gak tau ada hubungan apa antara Varen dan dia, kenapa Varen gak nyebutin nama Ashila di ceritanya seolah ngelindungin Ashila," gumam Jenandra.

"Berarti selama ini Ashila tau tentang pembunuhan di sekolah ini, dia sengaja ngajak lo ke atap biar lo liat secara langsung, dia berharap pembunuh itu ngebunuh lo, biar dia gak susah payah buat nyingkirin lo dari sekolah ini, dan akhirnya dia yang nempatin peringkat pertama," ujar Alexa yang membuat Jenandra terdiam sejenak.

Ucapan Alexa sangat masuk akal, mungkin begitu rencana Ashila saat dulu, berusaha menyingkirkan Killian dengan cara apapun, termasuk meminta Kaivan untuk menyakiti Killian, sampai akhirnya Ashila kehabisan akal dan melakukan hal tersebut pada Killian.

"Gila, Ashila bener-bener obsesi sama peringkat pertama sampe dia berani ngelakuin hal itu. Semua ucapan gue tentang Ashila tuh cuma asumsi, ternyata benar adanya," ujar Alexa lagi.

"Berarti otak lo encer, bisa baca situasinya walau Ashila gak bilang," sahut Jenandra.

"Terus, apa Jenandra itu ada?" Tanga Alexa seraya menatap Jenandra dengan tatapan serius.

"Gak ada, gue anak sulung, gue punya adik perempuan yang hilang, sampe detik ini dia belum ketemu."

"Kapan dia hilang?"

"Saat gue masih kelas 3 smp, dia masih kelas 1 smp, hilang setelah pulang sekolah, dan polisi gak bisa nemuin dia."

"Apa lo berpikir hilangnya adek lo ada hubungannya sama penjual organ dalam manusia?" Tanya Alexa, dan Jenandra menganggukan kepalanya.

"Miris, korbannya banyak banget, bahkan sampe detik ini polisi belum bisa ngungkapin kasus itu," sahut Jenandra.

"Apa renacana lo sampe lo balik lagi ke sekolah SMA Neo?" Tanya Alexa lagi.

"Pengen tau tujuan Kaivan nyakitin gue, pengen tau jelasnya kenapa Ashila obsesi banget sama peringkat pertama sampe dia ngebenci gue, dan gue pengen tau sisi buruk sekolah ini."

Alexa mengangguk kecil, Jenandra memandangnya lamat-lamat.

"Xa, sejak kapan lo tau kalau gue Killian?" Tanya Jenandra.

"Awal-awal gue ketipu banget sama sikap lo, sampe gue nyoba buat buktiin itu, ternyata sikap lo beda banget sama Killian. Tapi saat lo sakau di rumah gue, di situ gue yakin kalau lo emang Killian."

"Kenapa?"

"Lo lupa? Gue beberapa kali bantuin lo saat lo sakau, bahkan lo sakau pas lagi kumpul di aula, yang pasti gue inget sama semua tentang lo!"

"Terus, kenapa lo bilang sama gue kalau lo gak terlalu deket sama Killian? Katanya cuma sering chattan aja."

"Karena gue gak berniat buat ngasih tau apapun tentang Killian ke lo, gue udah cape sama ancaman si pembunuh itu, ditambah harus berurusan sama Kaivan, males banget," sahut Alexa, Jenandra pun menganggukan kepalanya.

"Terus, kenapa lo bisa selamat?" Tanya Alexa yang membuat Jenandra terdiam sejenak.

Hening untuk beberapa detik, "ada yang nyelametin lo?" Tanya Alexa lagi.

"Ya, Shannon."

"Hah? Kok bisa?" Alexa kembali terkejut.

"Gue gak tau, sebelum gue gak sadar di hutan itu, gue sempet liat Shannon. Dan saat gue sadar udah di rumah sakit, kata bokap gue ada cewek yang nelpon ambulance, tapi saat sampai di lokasi, cewek itu gak ada."

Alexa mengusap surainya ke belakang, "jadi orang itu berniat ngebunuh lo, berharap lo dimakan binatang buas, tapi nyatanya Shannon nyelametin lo?"

"Ya."

"Terus Shannon tau lo Killian?" Tanya Alexa lagi.

"Gue gak tau, setelah ketemu gue, dia gak bahas tentang Killian lagi. Ngomong-ngomong Shannon pacar kakaknya Ashila."

"Hah? Gak tau ah pusing!" Alexa mengeluh.

"Makanya, gue takutnya Shannon tau kalau gue Killian, terus dia ngasih tau Ashila kalau dia pernah nolongin gue, dan akhirnya Ashila juga tau kalau gue itu Killian. Tapi setelah gue pikir-pikir, gelagat Shan itu gak aneh, dia bersikap kayak biasanya, seolah gak ada yang pernah terjadi."

"Udah dulu tentang Shannon sama Ashila, gue pusing. Sekarang bilang sama gue, siapa orang yang berusaha ngebunuh lo?" Tanya Alexa dengan nada mengeluh.

"Kalau gue bilang, apa lo bakal sebutin siapa dua orang pelaku yang ngebunuh Yera?" Balas Jenandra yang menbuat Alexa terdiam.

"Cuma ada kita di sini, kita bisa saling berbagai informasi ujar Jenandra yang berusaha meyakinkan Alexa.

"Gak, gue takut lo sebut nama gue saat lo mulai nyerang pembunuh itu." Alexa menolak, ia takut pembunuh itu menyadari bahwa dirinya lah yang memberitahu Jenandra soal pembunuh itu.

"Gak bakal, gue bakal lindungin lo. Kita kerja sama buat ngungkapin kasus itu."

"Lo yakin gue bakal baik-baik aja?" Tanya Alexa.

"Ya, asalkan lo selalu dengerin omongan gue, dan selalu kabarin tentang pembunuh itu ke gue, lo bakal aman selagi dia gak tau kalau lo nyeritain tentang pembunuh itu ke gue."

"Okay, lo duluan," pinta Alexa.

Jenandra pun mendekatkan bibir ke telinga Alexa kemudian membisikan sesuatu di sana hingga membuat Alexa terkejut.

"Gila! Itu orang yang gak gue sangka! Itu orang ngebunuh Yera di hutan, tapi gue gak tau satu orang yang nemenin dia siapa!" Ucap Alexa.

"Sekarang, siapa pembunuh yang selalu ngancem lo dan selalu minta puasin ke lo?" Tanya Jenandra.

"Dia-."

"Bisikin aja!" Jenandra menyela ucapan Alexa.

"Kenapa? Kan gak ada yang denger selain kita."

"Biar yang baca penasaran," sahut Jenandra yang membuat Alexa mengerutkan dahinya karena bingung.

"Udah bisik-bisik aja, Xa." Jenandra mendekatkan telinganya pada Alexa, kemudian Alexa pun membisikan sesuatu di telinganya.

"Oh dia." Respon Jenandra terlihat biasa saja.

"Iya, apa lo gak pernah curiga sama dia?"

"Gue curiga sama semua orang, jadi gak aneh lagi kalau beneran dia yang selama ini bantuin si pembunuh utama," sahut Jenandra.

"Kira-kira mereka dibayar gak ya sama si pembunuh utama?" Tanya Alexa, dan Jenandra mengendikan bahunya.

"Berarti lo harus cari tau tentang Shannon, kok dia bisa nemuin lo di tengah hutan? Terus apa tujuan dia nolongin lo? Dan kenapa dia bersikap seolah gak ada yang terjadi?" Gumam Alexa.

"Ya."

Kamar Jenandra pun hening untuk beberapa detik, keduanya memandang ke arah lain dan berkecamuk dengan pikirannya masing-masing.

"Jen, lo serius gak akan bawa-bawa nama gue kan? Gue takut dua orang itu tau kalau gue udah bilang ke lo," tanya Alexa, ia benar-benar takut dengan ancaman pembunuh itu.

"Enggak akan, kenapa lo takut banget sih? Emang dia ngancam apaan?"

"Nyokap gue bakal dibunuh," sahut Alexa yang membuat Jenandra terkejut dalam diam.

"Lo gak berniat buat khianatin gue kan?" Tanya Alexa dengan tatapan penuh selidik.

"Gak akan, Xa."

"Okay, gue harus pergi, ada janji sama Jeris," ujar Alexa seraya meraih tasnya yang berada di atas kasur Jenandra.

"Ngapain?"

"Nyari duit buat bayar hutang ke lo."

"Oh, Jeris nyewa lo?"

"Hm," deham Alexa seraya beranjak dari duduknya, kemudian ia berdiri di depan cermin sambil merapikan make up tipis di wajahnya.

"Naikin harganya, segitu terlalu murah," pinta Jenandra.

Alexa tertawa pelan, "kan lo sendiri yang bilang gue murahan."

"Gue cuma kasih saran sih."

Alexa menghela nafasnya, ia memasukan lipstiknya ke dalam tas, kemudian membalikan tubuhnya untuk menatap Jenandra.

"Apa gue perlu bayar langsung sekarang?" Tanya Alexa seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Pake apa?"

"Sex," sahut Alexa yang membuat Jenandra terdiam.

"Gak usah munafik, dulu lo selalu ngajak gue buat ngesex, Killian," ujar Alexa dengan nada malas.

"Okay, kondomnya 3 lapis, gue gak mau kena penyakit menular."

"Anjng!"

**

Setelah melakukan kegiatannya dengan Alexa, Jenandra bergegas pergi ke super market yang tak jauh dari rumahnya, ia membeli beberapa makanan instan, mengingat ia akan tinggal di apartment sampai besok malam.

Kini Jenandra tengah memilah beberapa makanan sambil mendorong trollynya.

Jenandra menoleh ketika merasakan seseorang berjalan tepat di sampingnya, ia bertemu tatap dengan Shan yang tengah tersenyum padanya.

"Kenapa lo bisa di sini?" Tanya Shan.

"Apart gue di deket sini, kalau lo?" Balas Jenandra yang membuat Shan terdiam sejenak.

"Hm, gue cuma lewat, tapi mutusin buat beli belanja di sini. Lo butuh apa aja? Biar gue yang ambilin," tanya Shan.

Jenandra menghentikan langkahnya, ia menatap Shan lamat-lamat, "kenapa mau bantuin?"

"Gak boleh?" Shan terlihat bingung.

"Gak sih, gak perlu bantuin. Lo udah selesai belanja?"

Shan menggelengkan kepalanya, "gue pisah sama dia, abisnya lama."

"Sama sia-."

"Lo selingkuhin Ashila ya?" Shan menyela ucapan Jenandra sersya melirik leher Jenandra, ada kissmark yang mengintip dari celah Hoodie Jenandra.

"Kenapa? Lo mau ngadu sama Ashila?"

"Jen, lo serius?" Shan menatap Jenandra dengan tatapan tak percaya.

Jenandra tersenyum kecil, "bilangin aja," ucapnya seraya kembali melangkah.

Shan mengerutkan dahinya, "kenapa bilangin aja?" Ia kembali mensejajarkan langkahnya dengan Jenandra.

"Gak apa-apa, biar dia tau gue brengsek."

"Lo pengen putus sama Ashila?"

"Enggak."

"Ish, gue gak ngerti!"

Jenandra tertawa pelan, "kalau lo mau ngadu sama Ashila gak apa-apa, dia enggak akan mau putus sama gue. Soalnya dia suka sana gue beneran."

"Hah? Emangnya Ashila pernah suka sama lo bohongan?"

"Enggak."

"Ih gak ngerti! Lo ngomong apa sih?" Tanya Shan dengan nada frustasi.

"Udahlah gak usah dibahas, lagian kenapa sih hobi lo ngadu-ngadu kayak gitu? Lo mau ngerusak hubungan gue sama Ashila?"

"Bukan ngerusak! Kasian Ashila lo mainin gitu! Kalau gue hilangin sama kakaknya, lo bisa abis!" Sahut Shan dengan nada mengancam.

"Kayak Ashila preman?"

"Bukan preman, tapi dia serem. Dia bisa nonjok lo sampe muntah darah, terus pingsan, meninggal deh."

"Masa?"

"Serius!"

"Gue gak takut."

"Wahh, nyali lo gede juga," lirih Shannon, dan Jenandra kembali tertawa.

"Nanti tinggal gue bilangin balik ke kakaknya Ashila, kalau Shannon suka deketin gue, katanya suka sama gue, dan lo bosen sama kakaknya Ashila."

Shan melotot horo, "gak boleh dilebih-lebihin!"

"Lo juga bilang ke Ashila kalau gue megang boba lo," balas Jenandra yang membuat Shannon terdiam dengan tatapan kesal.

Jenandra kembali tertawa, kemudian ia mengusak surai Shan agak kasar, "gue becanda, lain kali kalau ngadu jangan dilebih-lebihin ya, kesel kan?"

Shan menganggukan kepalanya.

Tiba-tiba langkah Shan terhenti ketika melihat seseorang yang berjalan ke arahnya dari kejauhan.

"Pergi sana, takutnya gue disangka selingkuh sama lo," usir Shan seraya mendorong lengan Jenandra, namun Jenandra hanya diam seraya menatap pria itu dari kejauhan.

"Jen, cepet pergi," usir Shan lagi, namun Jenandra tetap di posisinya.

Laki-laki itu pun menghentikan langkah di hadapan Jenandra dan Shan.

"Kak Jeff, ini Jenandra, pacarnya Ashila," ujar Shan yang mengenalkan Jenandra pada Gerryant Jeffano.

Jenandra tersenyum kecil, kemudian ia mengeluarkan tangannya pada Jeff, "Jenandra.."

Jeff terdiam sejenak, kemudian membalas uluran tangan Jenandra, "Jeffano," gumamnya sambil kembali menarik tangannya.

"Sorry, gue gak sengaja ketemu Shannon di sini, dia emang sok akrab, jadi lo gak perlu mikir yang aneh-aneh," ujar Jenandra.

"Santai, gue tau itu," sahut Jeff sambil tersenyum kecil.

"Gue harus pergi, gue duluan," ujar Jeff seraya meraih tangan Shannon, kemudian ia pergi bersama Shan.

Jenandra menyeringai kecil, "pembunuh utama, gue hafal suara lo," gumamnya.

**

LIGHT

Light
Kayaknya Jenandra tau siapa gue.
Cari tau rencana Jenandra selanjutnya.

Wolf
Gue kira gue yang tolol, ternyata lo.
Read.

.
.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

147K 4K 46
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. 📌 "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...
464 78 20
Jatuh bukan sekedar kata, malainkan rasa Jika aku ditakdirkan menjadi hujan, maka aku akan selalu berdiri, dan siap kau jatuhkan berkali - kali . . ...
38K 4.4K 25
Genre [ Thriller ] [ Romance ] [ Young Adult ] [ Mystery ] [ Action ] Previous title : Submissive [ Jay ENHYPEN ] Park Kanna hanya menginginkan surga...
183K 16.5K 33
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...