KILL IT || Perfect Villain +...

By NihaOsh

88.3K 15.6K 37.8K

[17+] Hilangnya saudara kembar Jenandra, membuat Jenandra rela datang dari luar kota untuk menyelidiki hal te... More

00 || Hilang
01 || Target
02 || Anak asuh
03 || Serbuk besi
05 || Sungai
06 || Tengah Hutan
07 || Boba
08 || Alexa mengetahuinya
09 || Nando
10 || Killian
11 || Pembunuh utama
12 || Dugaan
13 || Candy
14 || Baby
15 || Video
16 || Pengorbanan
17 || Rencana besar
18 || Kalah?
19 || Mereka saling menipu
20 || Pergi
21 || Berakhir [SELESAI]

04 || Patuh

3.5K 679 1.3K
By NihaOsh


Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga, makasih. 😍😍

.
.
.

Jenandra baru tiba di asrama pada pukul 7 malam, matanya sudah mulai membaik walau masih terasa perih, setidaknya serbuk besi itu sudah tak ada lagi di matanya.

Mata kanan Jenandra ditutup perban, sebab mata yang sebelah kanan terluka lebih parah.

Kini Jenandra tengah terduduk di atas kasurnya sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur, matanya tak henti-hentinya membaca profil-profil di lembaran kertas tersebut, kemudian ia menyimpan nomor ponsel murid-murid itu.

Jenandra beralih membuka ruang obrolannya dengan Alexa.

ALEXA 12 IPS 4

Jenandra
Alexa.

Alexa
Hm? Kalau mau vcs nanti agak maleman.

Jenandra
Gimana kabar lo?

Alexa
Hah?

Jenandra
Kenapa lo bisa keluar dari kamar tengah malem?

Alexa
Oh itu, gak tau.

Jenandra
Gue tunggu di taman samping gedung asrama cowok, sekarang.

Alexa
Okay, ada kondom gak?

Jenandra
Bacot!

**

Kini Jenandra dan Alexa tengah berada di halaman damping asrama laki-laki, keduanya duduk di kursi panjang, Alexa terheran melihat mata kanan Jenandra yang diperban.

"Mata lo kenapa? Sakit mata ya? Ada virusnya? Merah banget," tanya Alexa seraya memandang ke depan sana, seolah ia takut ketularan dengan penyakit mata yang Jenandra alami.

"Bukan virus. Kemaren pihak sekolah ngabarin lo tentang sesuatu?" Balas Jenandra, hal itu membuat Alexa terdiam sejenak.

"Kata Echan lo gak mau cerita apapun," gumam Jenandra yang menuntut jawaban dari Alexa.

"Satu pertanyaan, satu ciuman," ucap Alexa seraya menoleh dan tersenyum kecil.

Jenandra mengangguk, "Okay, lo di kabarin tentang sesuatu sama pihak sekolah?"

"Ya."

"Apa orang lain tau?"

"Enggak."

"Kasih tau gue."

Alexa mendekat pada Jenandra, kemudian ia menangkap wajah Jenandra dan mencium bibir Jenandra.

"Jawab dulu," pinta Jenandra dengan tatapan dinginnya.

"Balas dulu," bisik Alexa, kemudian ia melumat bibir Jenandra sambil sedikit menjulurkan lidahnya, tak disangka Jenandra membalas ciumannya.

Tangan Alexa mengusap rahang Jenandra, kemudian ia menjulurkan lidahnya hingga ciuman itu melibatkan lidah.

Setelah dirasa cukup, Alexa sedikit menjauhkan wajahnya dari Jenandra, hingga tautan mereka terlepas, "kalau gue kasih tau tentang hal itu, gue bisa mati. Lo mau tanggung jawab?" Bisiknya.

Jenandra terdiam sejenak dengan tatapan yang sulit diartikan, "tapi kalau gak ada gue, semalem lo udah mati."

"Jadi lo yang nolongin gue?" Tanya Alexa seraya mengusap pipi kanan Jenandra dengan ibu jarinya, memandang mata Jenandra yang terluka.

"Ya, harusnya mata gue baik-baik aja."

"Aneh, harusnya lo ikut mati sama gue," bisik Alexa.

"Kayaknya lo tau banyak hal tentang sekolah ini, gue mau lo cerita sama gue, gue bakal lindungin lo."

Alexa tersenyum kecil, "gak bakal bisa, sebaiknya lo nyerah. Kalau pun gue mati, senggaknya gue gak ngelibatin orang lain."

Alexa beranjak dari kursinya, kemudian ia melangkah pergi, mengabaikan Ashila yang entah sejak kapan berada tak jauh dari sana.

Jenandra bertemu tatap dengan Ashila, tanpa mengatakan apapun Ashila pergi dari sana, membuat Jenandra menghela nafas kasar.

"Ini aneh," gumam Jenandra seraya memandang langit malam, pikirannya tertuju tentang murid-murid anak asuh.

**

NANDO 12 IPA 2

Jenandra
Lo tau tentang anak asuh di sekolah ini?

Nando
Gak ada.

Jenandra
Jangan pergi sendirian, jangan terima minuman atau makanan khusus dari siapapun, kalau dihubungi sama pihak sekolah gak usah langsung nurut, cari tau dulu kebenarannya, dan jangan sebarin chat ini ke siapa pun.
Read.

Jenandra mengirim pesan peringatan yang sama pada anak asuh lainnya, ia harap pesan ini tidak bocor.

**

Keesokan harinya Jenandra sudah kembali ke sekolah, Jenandra membawa Tray makanannya dan menghampiri Ashila di meja pojok.

"Lo sendiri lagi."

"Hm.."

Jenandra pun memulai sarapannya, sementara Ashila nampak tak begitu peduli, dan Ashila hanya fokus dengan makanannya.

"Gue lagi nyari tau tentang Killian, dan kayaknya Alexa tau banyak hal, tapi Alexa minta satu ciuman setelah satu pertanyaan," ujar Jenandra.

"Kenapa lo ngadu sama gue? Kan gue gak nanya."

"Cuma mau ngasih tau, takutnya lo salah paham."

Ashila tertawa pelan, "berhenti bersikap seolah gue suka sama lo, Jenandra."

"Gue yang suka sama lo, makanya gue jelasin tentang semalem."

"Gue gak peduli juga."

"Kenapa lo mau dideketin Killian? Padahal Killian saingan lo," tanya Jenandra yang membuat Ashila membalas tatapannya.

"Ya, tapi saingan dalam belajar, gue harus lebih unggul dari dia, tapi itu gak ada hubungannya sama perasaan gue ke dia."

"Apa Killian juga nganggep lo saingan?"

"Kayaknya gitu, dia bilang sesuka apapun dia ke gue, dia enggak mau ngalah buat gue kalau soal pelajaran. Tapi kita sering belajar bareng."

"Hubungan yang sehat, berarti sekarang saingan lo itu gue."

Ashila berdecak sebal, "terserah."

Jenandra tertawa pelan, "tenang aja, gue gak sepinter Killian."

"Masa? Tiba-tiba ranking pertama pas kelulusan, terus berdiri di depan podium buat jadi perwakilan siswa," ujar Ashila dengan nada mengebalkan.

"Lo pengen jadi perwakilan siswa?" Tanya jenandra, dan Ashila mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Jenandra lagi.

"Pengen aja, gue bakal bangga sama diri sendiri kalau sampe jadi perwakilan siswa berprestasi."

"Okay, gue bakal ada diurutan ke dua setelah lo."

Ashila kembali membalas tatapan Jenandra, "kenapa?"

"Gue udah bilang, karena gue gak sepinter Killian. Lo gak perlu takut tersaingi, lo yang paling hebat di sini," sahut Jenandra seraya tersenyum kecil.

Ashila tersenyum bangga, "bener juga."

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Jenandra.

"Kenapa gue harus marah?"

"Karena gue udah ciuman sama Alexa."

"Gue bukan siapa-siapa lo, ngapain gue marah?"

"Jadi, lo mau ada status sama gue? Pacaran?" Tanya Jenandra seraya tersenyum kecil.

"Enggak mau, takutnya kalau udah pacaran gue sakit hati terus, kayaknya lo sama Killian sama aja, suka ngeladenin cewek lain."

"Berarti kalau Killian nembak lo, lo gak mau terima dia?"

"Dulu gue udah berulang kali mikir kayak gini, dan jawaban gue, gue gak akan nerima Killian sebelum gue yakin kalau Killian gak akan ngeladenin cewek lain," sahut Ashila dengan santai, Jenandra pun menganggum kecil.

"Kalau gitu Ayok pacaran, gue gak akan ngeladenin cewek lain, gue gak akan biarin lo ngerasa sakit hati sama sikap gue."

"Gak, lo masih diincer Alexa, dan lo sama cowok lain tuh sama aja, sama-sama gak bisa nolak Alexa."

"Okay, permasalahannya cuma di Alexa. Seriusan gak mau pacaran sama gue?"

"Enggak."

"Yakin?"

"Yakin, kenapa lo maksa banget?"

"Gue cuma nanya."

"Gue udah nolak, jangan tanya lagi."

"Okay Okay.."

"Mata lo kenapa?" Tanya Ashila yang membuat Jenandra tersenyum.

"Gak apa-apa, emang sering gini, gak bisa kena debu."

"Aneh."

**

Hari ini Alexa tidak ke sekolah lagi, ia hanya duduk di atas kasurnya sambil memandnag boneka beruang yang selalu ia taruh di pojokan kasurnya.

Alexa menghela nafasnya, ia pun meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

IBU

Alexa
Bu, jualan lancar?

Ibu
Biasa, untung-untungan,
hari ini lagi kurang beruntung.

Alexa
Aku ramal nanti sore bakal ada
yang borong dagangan ibu!

Ibu
Hahaha, semoga aja.
Kamu sehat, nak?

Alexa
Sehat, ibu harus sehat juga ya.
Minggu depan aku pulang,
kangen masakan ibu.

Ibu
Iya kabarin aja kalau jadi pulang,
ibu masak enak.

Alexa
Ayah gimana Bu?
Masih mabok-mabokan?

Ibu
Masih, ibu udah males ngomongnya,
terserah dia mau ngapain.

Alexa
Ayah masih sering pukul ibu?

Ibu
Enggak kok, ayah jarang di rumah.

Alexa
Jangan lupa cek rekening ibu ya,
aku udah kirim uangnya, novel-novelku
di toko buku laku keras!

Ibu
Fokus belajar ya, sayang.
Nulisnya nanti aja.

Alexa
Okay.

Alexa memang menulis sebuah novel, novel itu terbit sekitar 2 tahun yang lalu, namun penjualannya sudah menurun bahkan hampir tak ada pemasukan.

Tapi Alexa menjual dirinya pada teman-teman laki-lakinya, hingga ia mendapat pemasukan yang lumayan, mengingat ia mampu menjerat laki-laki mana pun dengan sentuhannya.

Alexa terpaksa melakukan hal itu agar ibunya tak merasa kekurangan uang lagi, sebab ibunya sudah sakit-sakitan, dan ayahnya tidak mau bekerja, yang ada malah menghabiskan uang.

Sebenarnya Alexa ingin bekerja, namun ibunya sangat melarang keras, dengan alasan bahwa Alexa harus sekolah setinggi mungkin, agar kelak tak ada yang bisa meremehkannya lagi.

**

Pak Sean bersikap dingin pada Jenandra, ketika Jenandra ingin membahas soal kejadian semalam, pak Sean bilang bahwa dirinya sibuk, hal tersebut Jenandra semakin yakin, bahwa hilangnya murid-murid di sini sudah diatur oleh pihak sekolah.

"Jen! Liat daftar kelompok buat jum'at depan!" Teriak Echan dari ambang pintu.

"Kelompok apa?"

"Kelompok baksos, lo gak tau?"

Jenandra beranjak dari kursinya, kemudian ia pergi menuju mading bersama Echan, keduanya mencari nama mereka masing-masing.

Jarez
Nando
Ashila
Jenandra
Ghea

"Anjir! Lo sekelompok sama Ashila!" Pekik Echan seraya menepuk bahu Jenandra, raut wajahnya terlihat begitu senang.

"Ini saatnya buat lo deketin Ashila, Jen." Ucap Echan lagi.

"Gak perlu dideketin juga udah deket," sahut Jenandra seraya tersenyum bangga.

"Wahh, gila.. gercep juga. Ngomong-ngomong kelompok gue cowok semua," gumam Echan yang terlihat kesal, membuat Jenandra tertawa mengejek.

"Yang nyusun kelompok tau, lo gak akan fokus kalau sekelompok sama cewek."

"Gue gak senorak itu, Jenan. Gue mau minta Nando buat tukeran kelompok, siapa tau gue bisa deketin Ghea."

"Ini ada tulisannya, udah gak bisa diubah, atau lo gak dapet nilai praktek." Jenandra menunjuk tulisan di atas sana, membuat bahu Echan melemas.

"Gak semangat jadinya."

Jenandra merangkul Echan menuju kantin, "gak usah Lebay, di sana lo masih bisa ngejar Alexa."

"Alexa kayaknya benci sama gue."

"Kenapa?"

"Risih kali, padahal gue ganteng."

Jenandra melirik Echan yang tengah memeluk pinggangnya sambil menyandarkan kepala di bahunya, "ngelunjak, anjng!" Makinya seraya mendorong Echan untuk menjauh darinya.

"Biarin aja napa! Gue pengen disayang!"

"Najis, kayak homo.."

"Ck bacot."

Jenandra tersenyum remeh ketika bertemu tatap dengan Kaivan yang tengah berjalan dari arah yang berlawanan, Kaivan pun menghentikan langkahnya di hadapan Jenandra dengan tatapan yang tajam.

"Gak usah cari masalah," desis Kaivan.

"Apa? Gue gak ngapa-ngapain." Jenandra terlihat bingung, sementara Echan hanya diam di belakangnya.

"Gue tunggu nanti malem, kalau lo gak dateng, tandanya lo pengecut," ucap Kaivan, kemudian ia melangkah pergi bersama kedua temannya.

"Jen, bisa gak sih lo diemin aja mereka?" Tanya Echan yang terlihat kesal.

"Gue diem kok."

"Muka lo nantangin, anjng! Kata lo mereka pembully, gimana kalau lo diBully sama mereka?"

"Biarin aja, lo gak perlu khawatir, itu urusan gue sama Kaivan," sahut Jenandra seraya melanjutkan langkahnya dengan santai, sementara Echan hanya mendengus sebal.

**

ASHILA IPA 5

Jenandra
Di mana? Gak makan malem?

Ashila
Gak laper, di kamar lagi belajar, besok ulangan fisika.

Jenandra
Gue bawain makanan ke kamar lo ya?

Ashila
Apaan sih? Gak!

Jenandra
Emang kalau gak makan bisa fokus belajar?

Ashila
Masih kenyang, jadi bisa fokus.

Jenandra
Bentonya gue titipin ke Alexa ya, jangan tidur malem-malem. 🤟🏻

Ashila
Y.

Jenandra
Ngomong-ngomong kebetulan kita sekelompok.

Ashila.
Y.

**

Jam menunjukan pukul 11 malam, Jenandra keluar dari asramanya untuk menemui Kaivan di gudang belakang, ia terlihat tak takut, justru ia tak sabar untuk bertemu Kaivan.

Jenandra susah payah menghindari security yang tengah berjaga, kemudian ia sampai di gudang belakang sekolah, ia tersenyum kecil ketika melihat Kaivan membawa kelima temannya di sana.

"Di mana geng ayam lo?" Tanya Kaivan.

"Ada, kenapa?"

"Harusnya lo ajak ke sini juga, biar asik."

"Lebih asik satu lawan 6 sih," celetuk Jenandra yang menbuat mereka tak habis pikir, Jenandra benar-benar menantangnya.

Jenandra melihat-lihat ruangan tersebut, terlihat kotor dan banyak barang tak terpakai, "jadi ini tempat lo ngeBully Killian?"

"Ya, dan sekarang lo bakal gantiin posisi Killian."

Jenandra menoleh setelah mendengar sahutan Kaivan, "apa lo gak puas udah bikin Killian hilang?"

Kaivan tertawa pelan, "gue gak tau apa-apa tentang ilangnya Killian, tapi gue denger dia sengaja kabur gara-gara ketauan kecanduan narkoba."

"Ah begitu, tapi tetep aja di belakang Killian ada lo yang selalu nyakitin dia. Gue bakal ngungkapin kasus ini sampe lo bener-bener dihukum."

Kaivan tertawa semakin keras, "silahkan, Killian hilang aja gak ada yang bisa nemuin, apalagi ngungkapin kasus pembullyan di sekolah ini?"

Jenandra mengangguk kecil, "emang susah ngadepin orang pengecut, berani berbuat tapi berlindung dibalik kekuasaan keluarganya."

"Gak usah banyak omong, gue udah lama banget gak mukulin Killian," ucap Kaivan seraya menggulung lengan Hoodienya.

Rino dan Rey pun memegangi kedua tangan Jenandra, namun Jenandra hanya diam dengan tatapan menyebalkan, seolah ia tak takut dengan Kaivan.

"Jangan nantangin gue, anjng!" Maki Kaivan seraya menendang wajah Jenandra, dan Jenandra hanya tertawa remeh.

"Ah begini cara lo nyakitin Killian, mungkin Killian agak lemah, tapi gue enggak," gumam Jenandra.

"Kalau gitu lawan gue-Ahk!" Ucapan Kaivan di kalimat terakhir menjadi pekikan ketika Jenandra menendang dadanya dengan keras, kemudian menendang wajah Rino dan menonjok wajah Rey sebanyak tiga kali, setelah itu mendorong tubuh Rey hingga menimpa tubuh Rino.

"Gue bukan Killian yang cuma diam waktu kalian Bully. Maju satu persatu, atau dua, atau semuanya juga boleh," ujar Jenandra yang menantangi.

"Bajingan!" Maki Kaivan, kemudian ia menyerang Jenandra bersamaan dengan kelima temannya.

Diluar dugaan, Jenandra benar-benar melawan secara rapi dan tepat sasaran, Kaivan akui pukulan jenandra lebih kuat darinya, bahkan hingga membuatnya sempat kesulitan untuk bangkit dan kembali menyerang.

Kaivan memundurkan langkahnya, memperhatikan Jenandra yang masih berkelahi dengan ketiga temannya yang belum tumbang.

Gerakan Jenandra terlihat begitu terlatih, bahkan Kaivan tak bisa menebak pukulan Jenandra.

Benar, Jenandra tak lemah, bahkan Jenandra mampu menangkis semua pukulan enam orang di sekitarnya.

Kaivan meraih balok di pojok ruangan, ia memutari tubuh Jenandra yang masih sibuk memukuli teman-temannya, kemudian ia memukulkan balok itu ke tengkuk Jenandra, hingga Jenandra jatuh tersungkur.

Kaivan kembali memukulkan balok itu ke tubuh Jenandra, membuat Jenandra sibuk melindungi kepalanya.

"Pegangin dia!" Pinta Kaivan, kemudian ketiga temannya memegangi tubuh Jenandra yang tengkurap di atas lantai yang kotor, Kaivan menginjak punggung Jenandra dengan kuat, lalu menjambak surai Jenandra hingga kepala Jenandra agak terdongak.

Kaivan mengeluarkan jarum suntik, kemudian melepaskan tutupnya dengan mulut, "lo tau ini apa?" Tanyanya seraya menunjukan suntikan itu pada Jenandra, seketika bahu Jenandra menegang dengan mata agak terbelalak.

"Ini heroin, obat kesukaan Killian. Setiap kali Killian pengen obat ini, dia bakal sujud di kaki gue, bahkan jilatin sepatu gue," ujar Kaivan seraya tersenyum mengejek, hal tersebut membuat Jenandra berontak, namun tak bisa terbebas.

"Sekarang obat ini gak kepake lagi, soalnya Killian udah gak ada, semoga aja belum expired."

"Jangan," desis Jenandra saat Kaivan mengarahkan jarum suntik itu ke lehernya.

"Kenapa? Lo takut? Tadi lo nantangin."

Jenandra tak tahu harus bicara apa lagi, ia tidak mungkin memohon untuk minta dilepaskan.

"Nikmatin aja, gue kasih dosis yang rendah dulu," bisik Kaivan, kemudian ia membenturkan wajah Jenandra ke lantai dengan keras, lalu menyuntikan cairan itu ke leher Jenandra, sementara Jenandra hanya bisa memejamkan matanya sambil mengeraskan rahangnya.

Jantung Jenandra berdetak semakin keras, nafasnya mulai memburu hebat ketika obat itu mulai menyebar di dalam tubuhnya, namun lama-lama tubuhnya mulai rileks dengan kepala yang mulai ringan.

Kaivan dan teman-temannya pun menjauh dari tubuh Jenandra yang terlihat melemas, "respon yang bagus, Jenandra."

Setelah itu, Kaivan dan teman-temannya memukuli Jenandra yang sudah tak berdaya, namun mereka menghindari wajah agar tidak terlihat jelas bahwa Jenandra habis dipukuli.

**

Suara nafas memburu yang bersahut-sahutan terdengar di toilet sekolah lantai 3, Alexa mengepalkan kedua tangannya yang menempel pada pintu toilet di hadapannya, tubuhnya terhentak-hentak kuat dengan keringat yang bercucuran.

"Ahk!" Pekik Alexa ketika surainya dijambak dan wajahnya dibenturkan pada pintu.

"Jangan bocorin apapun tentang sekolah ini ke Jenandra," bisik laki-laki di belakang Alexa.

"Tapi lo ingkar, lo ngebiarin gue jadi targetnya, gue hampir mati."

"Gak, semalem cuma jebakan, ternyata bener Jenandra nekat nyelametin lo, tapi dia enggak bego."

"Nghh, brengsek," maki Alexa dengan suara tertahan saat merasakan cairan laki-laki itu keluar di dalam tubuhnya.

"Kenapa lo gak bunuh Jenandra?" Tanya Alexa.

"Ini seru, setelah gue amatin, dia punya banyak rencana di sekolah ini, nanti gue bakal bunuh dia," sahut laki-laki itu, kemudian ia membalikan tubuh Alexa hingga berhadapan dengannya.

Laki-laki itu mencengkram leher Alexa, namun Alexa hanya diam dengan raut wajah dinginnya.

"Terus deketin Jenandra, cari tau apa yang bakal dia lakuin setelah ini," pinta laki-laki itu.

Alexa pun menganggukan kepalanya, "janji sama gue, lo harus ngebiarin gue hidup, nyokap gue masih butuh gue," bisiknya.

"Ya, selama lo masih patuh sama ucapan gue, lo bakal baik-baik aja."

"Hm." Alexa memeluk laki-laki itu, menyembunyikan rasa bencinya, sebab ia terpaksa patuh dari pada harus mati meninggalkan ibunya.

.
.
.
Tbc

Next?

💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

25.9K 1.8K 13
Iexglez diketuai oleh Kenzo, anggota inti menyamar menjadi siswa di SMA Rajawali untuk suatu misi. Ditengah misi itu ada Lilia, gadis yang Kenzo suka...
185K 12.1K 45
TERBIT DI TEORIKATAPUBLISHING [BEBERAPA PART SUDAH TIDAK LENGKAP] REVISI HANYA ADA VERSI BUKU .... "Gue hukum lo jadi pacar gue." "Hah?" ---- Mel...
147K 4K 46
[Wajib Follow Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. šŸ“Œ "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertingg...