BUCINABLE [END]

By tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... More

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
25. Jalan-Jalan
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

44. PMS

166K 19.4K 14.6K
By tamarabiliskii

Haiiii guys, vote dan komen yang banyak yaa buat semangatin aku💖

Kalian tim Riri Rafa?
Atau tim Gala Amora?
😏😏😏

Baca yang teliti ya guys🙏🏻

"Kenapa ke sini?! Aku udah bilang berkali-kali jangan datang ke rumah ini!"

Merryana menatap Asti tak suka. Sudah ia peringatkan berkali-kali agar adiknya itu tidak datang ke rumahnya seperti sekarang. Namun Asti tetap saja melanggar. Bahkan wajah Asti saat ini tetap terlihat santai. Tidak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun.

"Keluar dari rumah ini atau--"

"Atau apa?" sela Asti begitu tenang. Asti mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Ia tidak memedulikan wajah Merryana yang sudah merah padam menahan amarah.

"Sampai kapan kamu akan diam seperti ini? Lihat, Rafa, Gala, mereka sudah tumbuh dewasa. Mereka sudah sepatutnya tau, fakta apa yang selama ini kamu sembunyikan."

"Rafa harus tau, kalau dia cuma anak tiri kamu. Begitupun dengan Gala, dia juga harus tau kalau kamu ibu kandungnya," lanjut Asti menatap Merryana yang masih berdiri di ambang pintu.

Asti menghela napas lelah. "Mer, kamu sudah kehilangan satu anak di masa lalu, apa kamu ingin kehilangan lagi? Kamu ingin kehilangan mereka berdua suatu hari nanti? Kamu ingin kehilangan Rafa dan Gala karena kebodohanmu ini?"

Merryana duduk di hadapan Asti dan menatap Asti lekat-lekat. "Aku gak akan pernah kehilangan Gal--" Merryana terdiam sejenak sebelum meralat kalimatnya.

"Aku gak akan pernah kehilangan dia, karena aku memang gak pernah merasa memiliki dia. Semenjak hari itu, aku udah melepaskan dia dan apapun yang terjadi dengan dia sekarang, itu bukan urusanku lagi!"

"Untuk Rafa, sampai kapanpun aku gak akan kasih tau semuanya. Aku udah menganggap dia anakku. Satu-satunya anakku sekarang," tegas Merryana. Berharap Asti mau menghargai pilihannya.

Sementara Asti, wanita itu tidak habis pikir dengan ucapan Merryana barusan. "Tapi Rafa berhak tau kalau kamu bukan ibu kandungnya, Mer! Gala juga berhak tau kalau kamu adalah ibu kandungnya yang selama ini dia cari! Mereka ber--"

"Oh, jadi itu alasan Mama nyuruh aku ngalah? Nyuruh aku jauhin Riri dan cari cewek lain selain Riri?"

Rafa menggeleng tidak percaya. Hari ini ia mendengar dua fakta yang membuatnya hampir gila. Fakta pertama ternyata ia hanya anak tiri dan fakta kedua ternyata Gala adalah anak kandung dari wanita yang selama ini ia anggap sebagai Mama kandungnya.

"Karena Gala anak kandung Mama? Sementara aku ternyata cuma anak tiri Mama? Jadi Mama pengen ngelihat Gala bahagia dan Mama gak peduli sama kebahagiaan aku? Iya?!"

Rafa tidak habis pikir. Ini benar-benar fakta yang tidak pernah ia bayangkan sepanjang hidupnya.

Rafa mengangguk paham. "Oh, sekarang aku juga tau, kenapa Mama gak suka setiap lihat aku main ke panti, Mama takut Bunda Asti ngasih tau soal ini ke aku, kan?" tanya Rafa kemudian tertawa sumbang.

Merryana berdiri, menghalangi Rafa yang hendak pergi. Sepertinya ia harus cepat-cepat menjelaskan semua pada Rafa sebelum semua menjadi rumit.

"Raf--"

"Apa? Aku udah tau semuanya, Ma!" teriak Rafa dengan mata berkaca-kaca.

"Oke, Mama salah karena udah bohongin kamu dan menyembunyikan status kamu yang sebenarnya." Merryana memegang kedua pundak Rafa lalu melirik ke arah Asti sekilas. "Mama juga minta maaf karena gak ngasih tau ke kamu kalau dia adik kandung Mama."

"Tapi satu hal yang harus kamu tau, Rafa. Mama ngelakuin semua ini demi kamu. Mama sayang sama kamu. Mama udah anggap kamu seperti anak kandung Mama sendiri meski Kenyataannya gak kaya gitu."

"Di hari pertama Mama menikah dengan Papa kamu, Mama sudah menganggap kamu sebagai anak kandung Mama. Satu-satunya anak Mama dari dulu sampai sekarang. Lantas apa lagi yang kamu khawatirkan, Rafa? Apa?"

"Gala? Dia beneran anak kandung Mama?"

Merryana terdiam dan hal itu Rafa anggap sebagai jawaban, iya.

"Kalau Mama lebih sayang sama aku daripada Gala, buktiin. Buat Riri jadi milik aku. Aku cuma mau Riri."

Rafa yang hendak pergi kembali membalikkan badannya menatap ke arah Merryana dan Asti bergantian. "Satu lagi, kalau Mama beneran sayang sama aku, tolong berhenti dari pekerjaan haram itu."

*****

"Mau kemana buru-buru banget?" tanya Agam ketika berpapasan dengan Gala di lobby kantor.

"Ck, kepo lo! Minggir!" Gala mendorong Agam yang menghalangi langkahnya.

"Kenapa sih?!" marah Gala karena Agam tetap berusaha menahan dirinya. "Gue udah selesaiin semua kerjaan gue hari ini! Terus apa lagi?!"

Agam mengernyit tak mengerti. Padahal ia bertanya baik-baik, tapi kenapa cowok di hadapannya yang terlihat gagah dan berkarisma dengan pakaian formalnya itu jadi semarah ini?

"Lo kenapa?" satu alis Agam terangkat heran.

"Lo yang kenapa?!" balas Gala emosi. Gala tidak sadar jika beberapa orang yang ada di sekitarnya kini mulai mengalihkan fokus mereka ke arahnya.

"Gue buru-buru! Cewek gue sakit! Mau apa lo?! Ngelarang gue pergi, hah?!"

Agam menggeleng pelan. "Gak. Ya udah sana," jawabnya santai sembari melepaskan cekalan tangannya di lengan Gala.

"Aaarrghh!" Gala mengacak rambutnya kesal. "Gak tau kalo gue lagi panik apa?! Dasar tua bangka!"

"Bentar ya, sayang. Jangan nangis. Sakitnya ditahan dulu," tenang Gala setelah panggilannya tersambung dengan Riri.

"Tapi sakit banget, hiks."

"Iya, bentar lagi gue nyampe," balas Gala sambil mengendurkan dasi yang terpasang rapi di lehernya.

"Anjing!" umpat Gala memukul setir mobilnya keras-keras.

Gala memencet klakson tanpa henti saat ada satu mobil yang tiba-tiba menyebrang sehingga membuat mobilnya harus berhenti.

"Gala ngatain Riri kaya anjing?"

"Bukan. Ini--"

"Huaaaa!!"

"Bangsat!" marah Gala sambil mengerem mobilnya mendadak karena mobil di depannya tiba-tiba berhenti.

"Riri bangsat juga? Huaaaa!!"

"Enggak sayang, ini--"

"Woi! Mau mati lo?!" teriak Gala pada satu motor yang posisinya sangat dekat dengan mobilnya. Sehingga membuat mobil Gala susah bergerak.

"Siapa yang mau mati? Riri gak mau mati!" balas Riri dari seberang sana disertai isak tangis. "Gala jahat!"

"Aarrggghh!! Gak gitu sayang! Ini--"

Tut...tut...tut...

"Shit! Dimatiin!" Gala melempar ponselnya ke jok belakang.

"Kalo sampe cewek gue kenapa-kenapa karena gue terlambat dateng, gue cari lo semua! Sialan! Bangsat!"

*****

"SAYANG!"

Dengan langkah tergesa-gesa Gala memasuki rumah Riri yang tampak begitu sepi.

"SAYANG!"

"BOCIL!"

"RI!"

Sialnya teriakan Gala tak mendapat sahutan apapun dari Riri. Saat mengecek ke kamar Riri pun, kosong. Tidak ada Riri di sana.

"Lo di mana sih?!" Gala mengacak-acak rambutnya dan kembali menuruni anak tangga menuju lantai utama.

"Gala..."

"Sayang?" Gala berusaha menajamkan pendengarannya setelah mendengar Riri menyebut namanya dengan suara pelan.

"Sayang! Lo di mana?!"

"Ck!" decak Gala mengusap wajahnya kasar. "WOI JAWAB! LO DI MANA, RI?! GUE TERIAK-TERIAK KARENA KHAWATIR! BUKAN MAU MINTA SUMBANGAN!"

"SAYA--" mata Gala menyipit melihat bayangan seseorang di dekat dapur.

"Astaga, lo ngapain?! Ayo berdiri!"

"Sakit..."

"Makanya ayo berdiri dulu. Mau cosplay jadi suster ngesot lo?!"

"Sakit Gala! Riri gak bisa berdiri!" adu Riri dengan wajah memelas. "Gendong!"

"Ngerepotin!"

Meski begitu, Gala tetap menggendong Riri. Membawa gadis itu duduk di sofa ruang tengah.

Kebetulan di rumah Riri memang sedang tidak ada orang. Semua penghuni rumah pergi kecuali Riri. Maka dari itu, tadi, setelah Gala mendapat kabar jika Riri mengalami kesakitan yang entah apa sebabnya, Gala langsung panik dan buru-buru datang ke rumah Riri.

"Jadi sebenernya apa yang sakit sampe lo ngesot di dapur kaya tadi?"

Riri memegang perutnya. "Riri sakit perut karena sekarang hari pertama haid. Terus tadi Riri ke dapur mau buat jus, eh malah jari Riri kepotong waktu motong buahnya."

"Kepotong gimana?! Coba lihat!" panik Gala menarik tangan Riri sedikit kasar. Takut-takut jika jari Riri benar-benar kepotong dan akan buntung.

"Mana yang kepotong?!"

Riri meringis pelan. "Maksudnya kena pisau dikit, bukan kepotong sampe lepas terus ngegelinding gitu ih!"

Gala menghela napas lega sembari menyandarkan punggungnya ke sofa. "Anjir lo, gue udah panik banget gila. Udah buru-buru ke sini taunya cuma luka kaya gitu."

Riri yang merasa rasa sakitnya diremehkan oleh Gala memilih diam saja.

Gala kembali menegakkan badannya. "Terus kenapa tadi lo ngesot di dapur, hah?"

"Kan perut Riri sakit! Gak kuat berdiri!" gas Riri dengan mata berkaca-kaca.

"Santai aja dong jawabnya. Mau gue beliin obat buat ngurangin rasa nyeri haid gak?"

Riri menggeleng menolak. "Gak usah!"

"Kenapa lagi?"

Dari tatapan gadis itu, Gala menyadari ada sesuatu yang janggal. Sepertinya Riri sedang kesal dengan dirinya. Entah karena apa. Gala bingung.

Bukannya langsung menjawab, Riri justru menangis terlebih dahulu. "Tadi Gala bentak Riri, ngatain Riri mau mati. Terus sekarang ngeremehin sakit yang Riri rasain! Gala jahat banget!"

"Nyebelin lo kalo lagi PMS." Gala menarik Riri ke dalam pelukannya. "Sini jari lo biar gue isep darahnya."

Awalnya Riri memberontak, namun lama-kelamaan karena lelah melawan, Riri memilih menurut.

Riri hanya diam memerhatikan saat Gala menghisap darah di jarinya sambil sesekali tangan bebas cowok itu akan masuk ke dalam kaosnya untuk mengusap-usap bagian perutnya yang sakit.

"Gala tau gak singkatan dari PMS itu apa?" tanya Riri random sambil menikmati usapan tangan besar Gala.

"Perempuan menjadi suster ngesot," jawab Gala asal membuat Riri menyingkirkan tangan Gala dan memukuli lengan cowok itu.

"Ck! Bocil!" Gala menahan kedua tangan Riri. "Udah, udah, gue harus ngapain lagi biar lo gak mode senggol bacok kaya gini, hah?"

"Beliin ikan satu kolam buat jadi temennya Joko."

*****

"Ri!"

Rafa mengejar Riri yang akhir-akhir ini berusaha menghindarinya.

"Ri!" Rafa berhasil menarik pergelangan tangan Riri. Membuat langkah gadis itu otomatis terhenti. "Gue minta maaf soal kemarin."

"Lepas!" berontak Riri.

"Lo mau maafin gue, kan, Ri?"

"Lepas!"

"Jawab dulu. Gue minta maaf."

Mata Riri berkaca-kaca. Demi apapun sebenarnya Riri sangat takut dengan Rafa semenjak kejadian beberapa hari yang lalu. Rasanya Riri tidak ingin bertemu dengan Rafa lagi. Namun sayang seribu sayang, mereka satu kelas, satu jurusan dan satu kampus. Sangat sulit bagi Riri untuk menghindari cowok brengsek di hadapannya itu.

"Permintaan maaf Rafa gak akan buat semuanya baik-baik aja!"

"Gue khilaf, Ri. Maaf."

"Lepas!" Riri menghempaskan tangan Rafa kasar namun tetap tidak bisa terlepas. "Apa sih yang Rafa mau? Kenapa jahat banget?!"

"Gue mau lo," jawab Rafa terang-terangan membuat kedua mata Riri membulat. Rafa benar-benar gila.

"Lepas Rafa!" Nenda datang dan langsung bergerak cepat untuk melepaskan cekalan tangan Rafa di pergelangan tangan Riri.

"Lo gak papa?"

Riri menggeleng. Nenda menghela napas lega lalu menarik Riri pergi.

Tersenyum licik, Rafa mengamati punggung kecil Riri yang semakin menjauh. "Kalo gue gak bisa dapetin lo pake cara baik-baik, gue gak keberatan pake cara kotor."

*****

"Ngelamunin apa lo?"

Riri menggeleng terkejut. "Enggak. Riri banyak tugas makanya agak pusing."

"Bohong!"

"Beneran."

"Gue kenal lo gak setahun dua tahun. Gue tau lo bukan tipe manusia yang suka khawatirin masalah tugas. Mau tugas lo seabrek juga lo tetep haahahihi doang. Pas hari H aja lo datengin gue sambil nyengir."

"Gili Riri bilim ngirjiin tigis. Bintiin," imbuh Gala menirukan ucapan Riri seperti biasanya.

Riri memukul pundak cowok yang menyetir di sebelahnya. "Ish! Tapi sekarang Riri beneran pusing mikirin tugas. Ternyata kuliah susah. Enakan sekolah."

"Sono balik TK aja," ledek Gala. "Jujur. Lo lagi mikirin apa?" tanya Gala lagi karena merasa ada hal yang sedang Riri sembunyikan.

"Jangan sampe lo mikirin cowok selain gue. Bakal gue tebas kepala tuh cowok."

"Riri beneran gak mikirin apa-apa." Riri memeluk lengan Gala. Berusaha mengalihkan fokus Gala agar cowok itu berhenti mencurigai dirinya.

"Gala, Riri boleh nanya?"

"Paan?"

"Soal Mama kandung Gala, gi--"

"Jangan bahas itu sekarang."

Riri mengangguk menurut. Riri jadi merasa bersalah melihat keterdiaman Gala setelah pertanyaan yang ia lontarkan barusan. Mungkin hal itu memang terlalu sensitive bagi Gala untuk saat ini.

"Gala itu apa?" tunjuk Riri ke dashboard mobil. Di sana terdapat kotak kecil berisi sesuatu yang bentuknya semacam pil obat-obatan.

Gala yang belum menyadari apa yang sedang Riri tanyakan tampak tak peduli. "Apa sih lo? Mending lo tidur sana daripada ngoceh gak jelas, di depan macet panjang."

Karena penasaran, Riri melepaskan pelukannya di lengan Gala lalu mengambil kotak kecil itu. Riri membaca tulisan yang ada di kotak kecil itu tanpa sepengetahuan Gala.

"Fluoxetine?" gumamnya penasaran. Riri sama sekali belum pernah mendengar jenis obat ini.

"Ri--" Gala membulatkan kedua matanya mendapati Riri memegang sesuatu yang seharusnya tidak gadis itu tahu.

Dengan cepat Gala merebutnya. "Apa-apaan sih lo?! Ngambil barang orang sembarangan!"

"Lancang lo!"

"Maaf," ucap Riri merasa bersalah. "Emang Fluoxetine itu obat apa?"

"Flu."

"Oh," angguk Riri tampak percaya. "Riri gak pernah minum obat itu kalo lagi flu."

"Jenis obat kan banyak, obat flu di dunia ini juga banyak. Gak cuma ini doang! Gimana sih lo?! Gitu doang gak paham! Begonya kebangetan."

Riri bersidekap dada. "Riri kan cuma nanya. Kenapa sih Gala gitu banget jawabnya?!"

"Lo lancang!" balas Gala setengah berteriak. "Awas aja lo kaya gini lagi! Gue bakal marah banget sama lo!"

"Jadi cewek kepo banget!"

Riri terdiam, Riri merasa sedikit sakit hati mendengar ucapan Gala barusan.

"Marah?" tanya Gala setelah mobilnya berhenti di tengah-tengah kemacetan sore hari.

"Ri!"

"Apa?" Riri menoleh dan menjawab dengan wajah tak bersahabat.

"Apa Gal?" ulang Riri.

Gala menoleh cepat. "GAL GAL, SIAPA YANG NGAJARIN LO MANGGIL KAYA GITU, HAH?!" marah Gala menatap Riri penuh emosi.

"Kan bener Gal, Gala," jawab Riri berusaha tetap tenang meski nyalinya sudah menciut karena takut dengan tatapan tajam Gala.

"GALA BUKAN GAL!" bentak Gala marah. "Sekali lagi lo manggil gue kaya gitu, abis lo sama gue!"

*****

Setelah perdebatan tidak penting di dalam mobil tadi, kini mereka berdua saling terdiam di teras rumah Riri.

Gala melirik Riri yang duduk di sebelahnya. Lalu berdiri. "Gue pulang."

Riri membuyarkan lamunannya lalu mengangguk cepat. "Iya, hati-hati."

Kedua mata Gala langsung melotot melihat respon Riri yang tampak biasa saja. Gala jelas tidak terima dengan respon yang Riri berikan kali ini.

"Kok gak ditahan?!" marah Gala membuat Riri ikut berdiri.

"Ditahan gimana?" tanya gadis itu bingung.

"Aaarrrghhhh lo kenapa sih?!" Gala mengacak rambutnya frustasi. "Lo gak gini biasanya, Ri! Gak gini!"

"Lo kenapa?! Bilang!" tanya Gala dengan napas memburu naik turun karena sedang menahan rasa kesal yang semakin menggunung.

Riri melongo tidak paham. "Kan Gala mau pulang, Riri iyain. Salahnya di mana coba? Riri pusing!"

Entah benar-benar tidak peka atau pura-pura tidak tahu saja, Riri tetap terlihat begitu santai menghadapi sikap Gala yang seolah akan mencak-mencak di depannya.

"Bodoamat!" Gala pergi begitu saja. Membuat Riri semakin bertambah bingung.

"Gala kenap--"

"AAAARRGGHHH KENAPA GAK DITAHAN LAGI?!!!" Gala kembali berdiri di hadapan Riri setelah melangkah beberapa langkah.

Rambut Gala yang memang sudah acak-acakan, kini semakin terlihat acak-acakan karena ulahnya sendiri.

"LO KENAPA?! GUE SALAH APA?!"

Riri meletakkan jari telunjuknya di depan bibir dengan ekspresi panik. "Sssttt! Gala jangan teriak-teriak, nanti orang-orang di dalem rumah pada denger!"

"BODOAMAT!" Gala tidak peduli. Gala memegang kedua pundak Riri lalu menggoyangkannya. "LO KENAPA?! GUE SALAH APA SAMA LO? KENAPA LO GAK NAHAN GUE? BIASANYA SELALU DITAHAN KALO GUE MAU PULANG! LO KENAPA, HAH?!"

"LO ADA COWOK LA--"

Bibir Gala langsung tertutup rapat begitu Riri memeluknya erat.

"Gala kenapa? Riri minta maaf kalo ada salah. Riri gak bermaksud apa-apa. Tadi Riri emang masih kesel sama Gala, makanya gak mau nahan Gala. Maaf."

Menyadari jika Gala sudah membalas pelukannya, Riri tersenyum sambil mengusap-usap punggung cowok itu.

"Maaf ya?"

"Gala nang--"

"Gara-gara lo!" potong Gala cepat. "Lo nyebelin! Kenapa gak nahan gue?! Padahal biasanya setiap gue mau pulang lo selalu nahan! Selalu ngerengek gak bolehin gue pulang cepet!"

"Tapi sekarang enggak!" lanjutnya dengan suara serak karena menangis.

"Gala, ini udah mau malem. Gala kuliah dari pagi sampe sore. Makanya Riri gak nahan. Riri juga pengen Gala cepet-cepet istirahat."

"Alesan! Bilang aja lo seneng kalo gak ada gue! Iya kan?!"

Riri menghela napas. Tangannya tidak berhenti mengusap-usap punggung Gala. "Riri yang haid kok Gala yang PMS sih?" tanyanya heran. Karena sikap Gala sekarang persis seperti perempuan PMS yang sulit dimengerti.

"Bacot! Bilang aja lo seneng kalo gak ada gue karena bisa caper ke cowok lain!"

"Ya udah Riri diem aja deh. Gak bacot lagi."

"KENAPA DIEM AJA?! LO GAK SAYANG SAMA GUE HAH?!"

"Gala jangan teriak ih!"

"Lo bocil nyebelin! Jamet! Ingusan! Jelek! Kesel gue sama lo!" Gala melepaskan pelukannya setelah memastikan tidak ada sisa air mata di kedua pipinya.

"Kalo gak cantik minimal tinggi!" ejek Gala ketika Riri hendak merapikan rambutnya namun tetap tidak sampai meskipun gadis itu juga sudah berjinjit.

Riri cemberut. Detik berikutnya Riri terkejut karena tiba-tiba Gala mengangkat tubuhnya. Menggendongnya seperti koala.

"Cepet rapihin."

Riri tersenyum. Tangan mungilnya bergerak dengan cekatan untuk merapikan rambut Gala yang sangat berantakan.

Melihat kelakuan Gala akhir-akhir ini yang sangat bergantung dengannya, entah kenapa Riri jadi kepikiran suatu hal.

"Gala?"

"Hm?"

"Kalau suatu saat Riri gak ada, Gala harus ada untuk diri Gala sendiri, ya."

"Apaan sih lo! Ngaco!" balas Gala dengan nada tak suka yang sangat kentara.

"Kan cuma kalau, enggak ben--"

"Ngomong sekali lagi, gue lempar lo ke got!" ancam Gala membuat kedua pipi Riri mengembung lucu.

Gala menurunkan Riri dari gendongannya lalu menatap gadis itu serius. "Baik gue maupun lo. Gak akan ada yang pergi. Kita akan tetap sama-sama sampai kapanpun! Lo inget itu!"

*****

Gala baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah membersihkan badan. Bibirnya berdecak kala mendengar bunyi notifikasi bertubi-tubi dari ponselnya. Gala mengira itu adalah pesan dari Riri. Karena siapa lagi kalau bukan Riri yang berani menghubunginya tengah malam begini.

"Ck, bocil. Baru juga tadi ketemu, masa kangen lagi," herannya. "Tapi wajar sih, dia kan cinta mati sama gue," ucapnya percaya diri disertai senyum smirk.

"Bangsat!" umpat Gala setelah melihat foto yang Rafa kirimkan. Ternyata bukan Riri yang mengiriminya pesan. Melainkan Rafa.

Rafa : Mau gue kasih surprise?

Rafa : Btw thanks, Gal, ternyata bibir cewek lo emang seenak itu sampe gue kecanduan.

Rafa : Sorry ngucapin makasihnya ke lo, karena waktu itu gue gak sempet ngucapin ke Riri. Kita saling menikmati sampe gak bisa berkata-kata.

Rafa : Sekarang gue paham kenapa lo gak rela Riri disentuh cowok lain.

Rafa : I know she's your gf, but sorry I'll still love her.

*****

Sorry yaa kalau merasa cerita ini terlalu pasaran dan gampang ketebak, karena aku belum sehebat itu buat bikin cerita yang sempurna🥺💖 Kadang sedih aja kalo liat konten di tiktok, di mana pembaca selalu banding²in author dulu dengan author sekarang.

Padahal menurut aku, keduanya sama-sama hebat dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Semua author wattpad itu hebat, karena mereka berani mempublikasikan karyanya meski belum sempurna. Jangan takut buat publish cerita kalian yaa.

Dan satu lagi, ngasih masukan dan kritik itu gak masalah dan gak papa banget, karena hal itu bisa jadi bahan evaluasi bagi seorang author. Tapi kalo udah ngatur dari segi alur dan karakter, mending buat cerita sendiri aja gak sih😭🙏🏻

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri? 

Pesan buat Amora?

Pesan buat Rafa?

Pesan buat author :

Pesan buat siapa aja :

Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

See yoouu 🤎🤎

Foto² kaya gini itu bener-bener vibes Gala Riri banget😭💖 Kalo kalian ada foto lucu-lucu gini bisa kirim ke DM IG aku ya @tamarabiliskii

Kalo ada adegan lucu dan gemes di tiktok kalian juga bisa tag akun tiktok aku @tamarabiliskii pokonyaaa tag aja gapapa banget

Continue Reading

You'll Also Like

51.2K 4.2K 38
Jika diibaratkan 4 musim, Milo berada dimusim yang mana? "Aku tak bisa memilih. Karena, Milo bisa aja berada di 4 musim tersebut. Sifat hangat bagai...
1.3M 152K 35
"๐‘๐ข๐ซ๐ข ๐ข๐ญ๐ฎ ๐ฅ๐ž๐›๐ข๐ก ๐๐š๐ซ๐ข ๐ฌ๐ž๐ค๐ž๐๐š๐ซ ๐ญ๐ž๐ฆ๐ฉ๐š๐ญ ๐ฉ๐ฎ๐ฅ๐š๐ง๐ , ๐ค๐š๐ซ๐ž๐ง๐š ๐๐ข๐š ๐ฌ๐ž๐ ๐š๐ฅ๐š๐ง๐ฒ๐š ๐›๐ฎ๐š๐ญ ๐ ๐ฎ๐ž." Urutan baca k...
7.9K 168 20
WARNING โš ๏ธ BANYAK KATA KATA KASAR Alexandra Eustacia leana Mahasiswi rumit, susah diatur ,dan tidak lepas dari ketoxic-an Dan Dosen Gila yang sanga...
12.6K 194 19
FIRST STORY Jangan lupa vote! Gimana perasaan kalian saat orang tua kalian menjodohkan dengan orang yang sama sekali kamu belum ketahui sebelumnya? ...