SENJALUKA

By mahlitha

98.1K 10.2K 745

Perempuan yang mampu berjalan dikaki yang hampir lumpuh. Perempuan yang mampu berlari dijalan yang mulai terl... More

PROLOG
1. Mba Kunti
2. Anak Baru
3. Pertemuan dikala hujan
4. Terlambat bersama
5. Bubur untuk papa
CAST SENJALUKA
6. Cafe Tertawa
7. Buku dari Naresh
8. Salah Jalan.
9. Hadir kembali
ketawa dulu nunggu besok update
10. Ketemu lagi?
Cast SENJALUKA 2
11. Hukuman
12. Tom and Jerry
13. Pasar Malam
14. Bunga Mawar
15. Kotak Makan
16. Sisi lain Regan
17. Jatuh cinta?
19. Petak umpet
18. Meresahkan
20. Pantai
21. Cemburu
22. Jadian sama Kayla?
23. Halu
24. Semesta Bercanda?
25. Salah Paham
26. Peringatan Pertama
27. Senja juga mau didengar
28. Satu Alasan
29. Nama Baru
30. Keharusan Bukan Kemauan
31. Ingin mengulang waktu
32. Datang namun pergi
33. Receh
34. Tuyul
35. Sembuh, Nak.
36. Sederhana namun luar biasa
37. Rintihan Senja
38. Khawatir
39. Desiran Bahagia
40. Berkecamuk
41. Asing?
42. Bisma?
43. Aodra
44. Merasa kehilangan
45. Pengakuan Regan
47. Kecewa nya Naresh
48. Julid

46. Malam bersama Senja

1.4K 122 33
By mahlitha

Hari telah berganti menjadi malam. Ini yang Regan tunggu-tunggu. Ia mengambil kunci mobil, lalu menyempatkan untuk menemui bundanya terlebih dahulu sebelum pergi.

"Anak bunda ganteng banget," puji Astrid sambil terkekeh kecil.

"Iya dong, doain Regan ya semoga malem ini berjalan dengan lancar," ucap Regan sambil menyalami tangan bundanya.

"Goodluck sayang," ucap Astrid sambil mencium kening anaknya.

Regan melambaikan tangan ke arah bundanya, lalu ia keluar dan berjalan ke garasi untuk mengambil mobil. Setelah masuk kedalam mobil barulah ia pergi berkendara untuk sampai ke rumah Senja.

Selama perjalanan Regan tak henti-hentinya menunjukkan senyum. Ia benar-benar bahagia.

Mobil yang Regan kendarai berbelok ke arah kiri memasuki perumahan Senja. Dari jauh ia sudah melihat Senja sedang berdiri didepan gerbang. Lagi-lagi senyum Regan mengembang, Senja sangat cantik malam ini.

Regan memberhentikan mobilnya, lalu keluar untuk menemui Senja.

"Udah lama nunggu nya?" Tanya Regan sambil tersenyum.

Senja menggeleng. "Engga kok, santai aja."

"Ayo," ajak Regan sambil membukakan pintu mobil untuk Senja.

"Makasih Regan," ucap Senja sebelum masuk kedalam mobil.

Regan mengangguk, lalu ikut masuk kedalam mobil.

"Eh sebentar ada yang ketinggalan. Gue ambil dulu di dalam," ucap Senja yang baru ingat ada sesuatu yang tertinggal dikamarnya.

Regan mengangguk saja dan menunggu Senja didalam mobil.

Drtt.... Drt....
Handphone Senja berbunyi, ada panggilan masuk dari Naresh.

Regan melirik handphone Senja lalu melihat nama yang tertera dilayar. Ia mendesis, lagi-lagi Naresh. Ia mengambil handphone Senja, lalu diletakkan disaku jaketnya. Ia tau ini hal yang salah, biarlah kali ini ia egois, setidaknya hanya hari ini.

"Sorry, Nja."

"Woy bengong aja! Yuk jalan," ucap Senja yang sudah masuk kedalam mobil dan duduk disamping Regan.

"Loh udah? Oke yuk," balas Regan, lalu menjalankan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Senja.

"Udah gue bilang kan jangan dandan cantik-cantik. Siap-siap aja disukain sama bencong," ucap Regan memulai pembicaraan.

"Matamu! Ini biasa aja tau," balas Senja sambil memutar bola matanya malas mendengar ocehan Regan.

"Emang lo mau ngajak gue kemana sih?" Tanya Senja penasaran.

"Ke om Burhan, lo mau gue jual," jawab Regan sambil menahan tawa.

"Yang bener Gan!" Pekik Senja sambil menggeplak lengan Regan.

"Siapa suruh gak mau jadi pacar gue.  Yaudah gue jual aja deh, lumayan duit nya bisa gue pakai buat beli motor baru," ucap Regan semakin menjadi-jadi membuat Senja was-was sendiri.

"Lo kok jahat banget sih!" Ucap Senja yang mulai termakan omongan Regan. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca saat ini.

Regan melirik Senja yang ingin menangis. Mati-matian ia menahan tawa agar tak meledak didepan Senja. Ia masih ingin menjahili perempuan itu.

"Emang! Baru tau ya?" Tanya Regan sambil mencolek lengan Senja.

"Gak usah colek-colek!" Sinis Senja sambil menghempas tangan Regan.

"Gitu aja nangis, dasar cengeng! Nanti aja nangisnya kalau udah ketemu om Burhan," ledek Regan membuat tangisan Senja semakin kencang.

"Mau turun! Mau pulang! Gak mau sama lo!" Rengek Senja sambil memegang pintu mobil.

Meledak sudah tawa Regan didepan Senja. Wajah Senja benar-benar lucu saat menangis.

Senja yang melihat Regan tertawa malah semakin mengeraskan tangisnya.

"REGAN SIALANNN!" Maki Senja sambil menjambak rambut Regan.

"Iya-iya ampun. Sakit tau," ucap Regan sambil melepaskan tangan Senja dari rambutnya.

"Jangan ngomong sama gue!" Ucap Senja teramat kesal.

"Apa? I love you? Love you more, baby," ledek Regan membalas ucapan Senja.

"I hate you!"

"Ngomong apa sih? Gak denger gue," timpal Regan sambil melirik Senja yang masih sesenggukan dan dalam mode ngambek.

Senja hanya menatap Regan tak minat. Ia benar-benar malas.

"Maaf ya? Gue seneng kalau lihat lo marah kaya tadi, soalnya lucu. Satu lagi, gue gak mungkin jual lo ke om-om, gak rela lah gue, masa iya perempuan yang jadi kebahagiaan gue malah gue jual ke oranglain? Berantakan hidup gue kalau lo gak ada," pungkas Regan jujur.

Senja memalingkan wajahnya. Sial, kenapa jadi mau senyum?

"Gue pikir lo beneran tadi," ketus Senja menutupi senyum nya.

"Kalau mau senyum mah senyum aja kali," goda Regan sambil tertawa melihat Senja yang saat ini menundukkan kepalanya.

"Nggak tuh! Geer lo!" Elak Senja.

Senja mengambil tas nya, niat hati ingin mengambil handphone, namun handphone yang sudah ia masukkan kedalam tas malah tidak ada. Senja terus mencari handphone nya dengan raut wajah panik. Apa ketinggalan dirumah?

"Cari apa?" Tanya Regan.

"Handphone gue, kok gak ada ya? Perasaan udah gue masukin ke tas kok," kata Senja dengan raut wajah kebingungan.

"Ketinggalan kali, udahlah biarin aja. Lagian ngapain main handphone? Ada gue disamping lo, ngobrol aja sama gue," ucap Regan setenang mungkin agar tak kelihatan bahwa ia yang menyembunyikan handphone Senja.

Senja hanya bisa mengangguk pasrah. Ia hanya takut handphone nya itu hilang. Syukur-syukur jika handphone nya tertinggal dirumah, kalau jatuh dijalan gimana?

"Masih lama ya sampai nya?" Tanya Senja.

"Sedikit lagi," balas Regan seadanya.

Hening. Tak ada percakapan lagi antara mereka berdua. Senja yang fokus melihat jalanan dari dalam jendela, dan Regan yang fokus menyetir mobil agar cepat sampai ke tempat tujuan.

"Sampai," ucap Regan yang kini memberhentikan mobilnya.

"Serius? Lo bawa gue ke hutan? Mau ngapain lo? Jangan macam-macam ya!" Celetuk Senja setengah takut.

"Kalau gue mau macam-macam, udah daritadi pas dimobil gue lakuin. Gue gak bakal ngapa-ngapain lo. Tenang ya," ucap Regan dengan senyum meyakinkan.

Senja berpikir sebentar, benar juga sih yang dibilang Regan.

"Ayo turun," ucap Regan yang turun lebih dulu, lalu membukakan pintu mobil untuk Senja. Ia mengambil satu tangan Senja lalu digandeng agar gadis itu tak takut.

"Gelap banget. Lo gak salah jalan kan? Gue gak mau ya kalau sampai kita salah jalan terus ketemu hewan buas. Gimana kalau kita dimakan? Ih serem!" ujar Senja merinding sendiri.

"Penunggu disini seneng sama cewek yang cerewet. Hati-hati aja sih," ucap Regan menakut-nakuti Senja.

Tak Regan sangka-sangka, reaksi gadis itu malah memeluk dirinya. Benar-benar tak baik untuk jantungnya saat ini.

"Lo serius?" Tanya Senja teramat pelan. Ia tak kunjung melepas pelukannya.

Regan tersenyum sumringah. Ia menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Senja.

"Terus nih ya katanya, penunggu disini tuh seneng sama cewek yang rambutnya panjang. Rambut lo kan panjang, ih serem. Hati-hati aja sih," cerca Regan semakin menakut-nakuti Senja.

Senja semakin takut. Ia mengeratkan pelukannya pada Regan.

"Terus biar gak digangguin gue harus apa?" Tanya Senja sambil melirik sekitar.

"Peluk terus orang yang ada disamping lo. Ya terserah lo sih kalau mau ngikutin omongan gue apa nggak. Lagian juga kan yang bakal digangguin itu lo, bukan gue," ucap Regan berbohong. Ia sengaja berkata seperti itu agar Senja terus memeluk dirinya.

Tanpa banyak protes, Senja mengangguk saja mengiyakan ucapan Regan. Hal itu membuat Regan semakin mengembangkan senyumnya. Mereka berdua mulai berjalan sembari berpelukan, walaupun sedikit kesusahan untuk berjalan, tapi itu bukan masalah besar.

"Wah bagus banget!" Ungkap Senja takjub dengan mata yang berbinar-binar. Kini, tangan yang tadinya melingkar sempurna dipinggang Regan terlepas begitu saja ketika melihat pemandangan indah yang ada didepan nya saat ini.

"Suka?" Tanya Regan pada Senja.

"Suka banget! Gue baru tau loh ada tempat kaya gini," ucap Senja yang masih memandang kagum dengan pemandangan yang ada didepan nya saat ini.

"Sini," ajak Regan untuk duduk diatas batu sambil melihat langit yang malam ini dipenuhi dengan hamparan bintang.

"Lo seneng gue ajak ke tempat kaya gini?" Tanya Regan memastikan.

Senja mengangguk penuh semangat. Matanya tak pernah lepas memandang langit yang dipenuhi bintang dan juga bulan. Ia lebih suka diajak ketempat seperti ini.

Regan tersenyum lega. Ia senang jika Senja senang. Diam-diam ia memotret Senja dari samping. Cantik, Senja nya selalu cantik.

"Bisa gak ya gue sama lo kaya gini terus?" Tanya Regan yang mampu mengalihkan perhatian Senja.

Senja tersenyum kecil menatap Regan.

"Bisa," jawab Senja.

"Caranya?" Tanya Regan.

"Kembali jadi teman dan lupain perasaan lo itu."

Regan diam. Ia tak bisa seperti itu. Perasaan nya sudah jatuh terlalu dalam pada Senja.

"Apa gak ada ruang dihati lo buat gue?" Lagi-lagi Regan bertanya tentang hal yang sudah ia ketahui jawaban nya.

"Jangan jatuhin hati lo ke gue. Cari perempuan lain yang lebih menghargai lo. Buang perasaan lo jauh-jauh, sebelum lo nyesel. Nyesel karena jatuh hati sama perempuan yang dirinya aja hancur, Gan," ucap Senja melirih dengan kepala yang ditundukkan. Ia benar-benar merasa tak pantas jika dicintai seseorang. Trauma yang ia rasa dari kecil membuatnya tak percaya dengan kata cinta.

Regan merangkul Senja sambil mengusap-usap lengannya.

"Sampai kapanpun posisi lo gak akan pernah terganti. Mau sebanyak apapun perempuan yang nyoba masuk ke hati gue nantinya, tetap aja, cuma lo pemenang nya," kata Regan sambil mengecup rambut Senja. Sungguh, ia benar-benar menyayangi Senja, tak peduli dengan latar belakang Senja seperti apa, yang ia tau, ia mencintai Senja nya.

Senja menatap Regan dari samping, begitupun dengan Regan. Keduanya terhanyut dalam tatapan yang dilontarkan satu sama lain.

"Janji sama gue, kalau lo harus berhasil jatuh cinta lagi. Jatuhin hati lo ke orang yang tepat. Lupain gue, lo berhak bahagia sama perempuan lain. Janji ya?" Ucap Senja sambil menaikkan jari kelingking nya.

Regan menatap Senja dengan sedikit kecewa. Bagaimana bisa perempuan itu menyuruhnya untuk jatuh cinta lagi ketika cintanya sudah habis ia berikan hanya untuk perempuan yang ada disampingnya saat ini? Karena tak ingin membuat Senja sedih, ia pun tersenyum lalu mengangguk dan menautkan kelingking nya dengan kelingking Senja.

"Gue sayang lo." Tak ada kata janji yang diucap Regan. Mulutnya seolah kelu. Ia hanya mampu berkata seperti itu dan membawa Senja kedalam pelukannya.

Senja membalas pelukan Regan tak kalah erat. Ia senang jika Regan mau berjanji padanya. Padahal tak tau saja Senja jika Regan tak sungguh-sungguh berjanji. Ia hanya tak ingin membuat Senja kecewa.

"Gue sayang musuh lo," balas Senja bercanda untuk menghilangkan suasana canggung antar dirinya dan juga Regan.

Regan terkekeh. Ia mengacak-acak rambut Senja membuat sang empu menggerutu kesal.

"Malam ini gak bakal pernah gue lupain seumur hidup gue, Nja. Salah satu kebahagiaan gue akhirnya terkabul," kata Regan sambil membawa kepala Senja untuk bersandar dibahunya.

"Apa untungnya sih jatuh cinta sama gue?" Tanya Senja pada Regan yang sedang memperhatikan langit.

Regan tersenyum tipis mendengar pertanyaan Senja.

"Gak ada alasan buat gue gak jatuh cinta sama lo. Kalau lo tanya kaya gini gue juga bingung. Yang gue tau cuma jatuh cinta sama apa yang jadi kebahagiaan gue. Dan itu lo, lo orangnya," jawab Regan sambil mengusap rambut panjang Senja yang terurai.

Senja diam-diam tersenyum mendengar ucapan Regan. Kenapa musuhnya mendadak jadi romantis gini sih?

"Tapi gue nya jahat banget, gak bisa balas perasaan lo. Maaf," ucap Senja yang lagi-lagi meminta maaf.

"Gue gak pernah nyesel suka sama lo setulus ini, bahkan kalau suatu saat nanti semesta paksa gue buat lupain lo, percaya deh, lo orang terakhir yang gue cintai sebesar ini," kata Regan sungguh-sungguh.

Senja lagi-lagi dibuat tersenyum dengan penuturan Regan.

"Terimakasih, Regan." Batin Senja berbisik.

"Setelah malam ini, gue bakal menjauh dari lo. Kalau gue udah gak ada, lo harus ada untuk diri lo sendiri. Lo harus bisa jaga diri baik-baik. Gue gak bisa jagain lo dari dekat, tapi gue janji bakal jaga lo dari jauh," ucap Regan sambil menggenggam tangan Senja.

Senja yang mendengar itu menjadi sedih. Hatinya benar-benar sakit. Ia tak ingin Regan menjauh, tapi disatu sisi ia tak bisa egois. Regan harus menjauh agar bisa melupakannya. Pikirnya berkata seperti itu, namun hatinya menolak.

"Kok diam?" Tanya Regan yang sadar jika Senja diam saja. Raut wajah perempuan itu juga sedih dan merasa bersalah secara bersamaan.

Senja mengangkat kepalanya dari bahu Regan. Ia menatap Regan dengan raut wajah sedih.

"Regan mau pergi ya?" Satu bulir airmata keluar dari mata Senja ketika ia berkata seperti itu pada Regan.

"Jangan nangis," ucap Regan sambil mengusap airmata Senja dengan ibu jarinya.

"Maaf, Regan." Senja tak henti-hentinya meminta maaf. Bahkan kedua bahunya sudah bergetar. Ia menangis.

"Lo kok jadi cengeng gini sih? Kemana Senja yang galak? Kangen nih gue," alibi Regan agar Senja berhenti menangis. Demi apapun, hatinya terasa sakit ketika melihat Senja menangis seperti itu.

"Regannnnnn," rengek Senja semakin mengencangkan tangisnya.

Regan terkekeh. Ia seperti melihat oranglain dalam diri Senja. Senja yang biasanya galak, kini menangis seperti anak kecil yang tak dibelikan permen oleh ibunya.

"Lo masih bisa lihat gue, Nja. Tapi lo gak bisa lihat Regan yang kemarin-kemarin sama lo," cetus Regan sulit dimengerti.

"Maksudnya?" Tanya Senja kebingungan.

Regan menggeleng. Ia mengelus kepala Senja. Ah, rasanya tak sanggup jika harus berjauhan dengan perempuan yang membuat harinya lebih berwarna. Tapi apa boleh buat? Ia tak bisa memaksa.

"Gak apa-apa. Jangan dipikirin ucapan gue barusan."

Senja hanya misuh-misuh mendengar ucapan Regan. Ia kan jadi penasaran.

"Nja," panggil Regan.

Senja menaikkan satu alisnya menjawab  panggilan Regan.

"Gue sayang sama lo dari yang paling dalam hingga dasar. Kalau bukan karena lo, gue gak tau apa rasanya jatuh cinta. Kalau bukan karena lo, gue gak tau sehampa apa hari-hari gue. Lo warna buat gue Nja. Warna yang bikin kehidupan gue pelan-pelan terarah. Gak pernah sekalipun gue ngerasa sakit karena jatuh cinta sama lo. Yang gue rasain cuma bahagia."

"Mari bertemu di kehidupan selanjutnya sebagai dua orang yang saling mencintai tanpa harus membatasi interaksi yang jauh," ucap Regan sambil mencium kening Senja lama. Tak terasa air matanya menetes. Regan benar-benar menangis dihadapan Senja.

Senja tak bisa berkata apa-apa. Rasa bersalahnya semakin besar pada Regan.

Regan melepas ciumannya pada kening Senja. Ia membuang muka sambil menghapus air mata nya. Dirasa cukup, barulah ia menoleh pada Senja.

"Dingin gak? Mau pulang?" Tanya Regan pada Senja.

Senja mengangguk.

Mereka berdua berjalan dengan tangan yang saling menggenggam. Saat sudah sampai didepan mobil, Regan buru-buru menyuruh Senja masuk agar perempuan itu tak kedinginan. Setelah Senja masuk, barulah Regan menjalankan mobilnya.

"Kita makan dulu," ucap Regan memecah keheningan.

Senja menggeleng.

"Jangan keras kepala, nanti lo sakit."

"Lo khawatir?" Tanya Senja sambil menoleh ke arah Regan yang duduk dikursi pengemudi.

"GR lo. Kalau lo sakit gue juga yang repot. Gimana kalau gue ditangkap polisi dengan kasus membiarkan seorang perempuan kelaparan hingga terkapar dirumah sakit. Gimana coba? Makanya gue ajak lo makan sekarang.  Kalau lo sakit nyusahin!" Elak Regan sambil menatap sinis ke arah Senja.

Senja berdecih. Tadi aja nangis-nangis, sekarang udah sinis lagi.

"Yaudah makan!" Jawab Senja sedikit ngegas.

Regan tersenyum puas mendengar jawaban Senja.

"Makan dirumah lo. Masakin gue sekalian," kata Regan sambil tersenyum menjengkelkan.

"Regan sialan," gumam Senja yang dapat didengar oleh Regan.

"Gue denger loh!"

Senja mendengus.

"Udah deh buruan! Lelet banget lo nyetir mobil!" Sentak Senja terlanjur kesal.

Regan terkekeh kecil. Ia senang menggoda Senja hingga perempuan itu menampilkan raut kesalnya. Ia juga sengaja mengajak Senja untuk makan dirumah, dan menyuruh gadis itu memasak. Bukan karena ia tak modal, ia hanya memanfaatkan waktu sebelum pagi datang. Setidaknya malam ini ia selalu berdekatan dengan Senja nya. Tak ingin Senja tambah kesal, ia pun menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai ke rumah perempuan yang sedang duduk disampingnya ini dengan wajah tertekuk.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 127K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
4.8M 258K 58
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
704K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

388K 18.9K 47
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...