About Everything [END]

Par fairytls

935K 119K 116K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Laluka Lotusia gadis yang menjadi korban bullying di sekolahnya, dia tida... Plus

P R O L O G U E
1. Angkasa High School
2. Slytherin
3. Pearl Family
4. Fried Rice
5. Unexpected
6. Eating Together
7. Careless
8. School
9. Damn! Meet Again
10. Beginning of Trouble
11. Allergy?
12. Wagering
13. Racing
14. She's a Antagonist
15. Thank You, Bad Boy
16. Scholarship Revoked
17. Cooking For Bad boy
18. Bullying
19. Offering Help
20. Nothing is Free, Little Girl
21. Unclear Gang
22. Bullying Again
23. Deal With The Bad Guy
25. Turn On
26. Axel's Arrival
27. New Student
28. The Jealous
29. First Kiss
30. Love Triangle
31. Blue Sea
32. Problem Is Coming
33. Disappointed
34. Father Or Son
35. Company Party
36. Company Party II
37. Rumors
38. Angkasa's Past
39. Live In Hostel
40. Boyfriends?
41. Kill Yourself Or Be Killed
42. Between Life Or Death
43. They Confess To Luka
44. She's Alleana Maracle Pearl
45. Mortal Enemy
46. Open Eyes
47. Luka Parents
48. Choose Who?
49. Select All
50. Is It Love?
51. Exam
52. Elang's Secret
53. Foot Candy
54. Last Day Of Exam
55. Take Report
56. School Holidays
57. First Date With Axel
58. Second Date With Angkasa
59. Third Date With Orion
E P I L O G U E

24. Mrs Mahendra

15.3K 2.2K 1.1K
Par fairytls

Ponsel Luka bergetar, ia merogoh benda pipih di sakunya, ada pesan dari nomor tidak dikenal. Namun Luka tahu bahwa sang pengirim pesan adalah Angkasa, karena isi pesannya mengatakan bahwa Angkasa harus kembali ke kantor karena ada meeting penting. Luka tak ambil pusing dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku, masa bodoh Angkasa mau kembali ke kantor atau tidak.

Bel pulang berbunyi. Seperti biasa Luka naik bus untuk pulang. Dua puluh menit berlalu akhirnya ia sampai di kosan. Luka masuk, ia segera membuka kulkas mencari es batu. Luka mengompres pipinya yang memerah akibat tamparan Alexa di sekolah tadi siang. Luka menatap nanar cermin di hadapannya. "Seandainya aku punya orang tua, seandainya aku anak orang kaya, seandainya aku punya kuasa kayak Alexa, apa aku masih pantas dapat bullyan kayak gini?" Air mata Luka menetes, ia terisak pelan. Hampir satu setengah tahun ia mendapatkan pembullyan. Saat kelas X ia mati-matian menerima semua hinaan serta siksaan agar beasiswanya tidak dicabut.

Menyedihkannya lagi Luka tidak punya siapa pun yang akan memberikan semangat kepadanya. Terkadang Luka iri melihat di bus ada ibu-ibu mengantar anaknya ke sekolah. Luka juga ingin merasakan bagaimana dipeluk seorang Ibu, bagaimana pucuk kepalanya dielus sayang oleh Ibunya. Hampir delapan belas tahun Luka tidak pernah tahu siapa orang tuannya. Luka pernah bertanya kepada pengurus panti tentang siapa orang tuanya, namun hasilnya nihil Ibu pengurus panti hanya mengatakan bahwa ia ditemukan di depan panti asuhan.

Tok! tok! Ketukan di pintu membuat Luka segera menyeka air matanya, ia buru-buru membuka pintu. "Maaf, Bapak cari siapa ya?" tanya Luka ketika membuka pintu, ia menatap dua pria setengah baya dengan pakaian serba hitam sedang berdiri di depan pintu kosannya.

"Kami bodyguard Pak Angkasa, kami disuruh menjemput Non," jawab salah satu dari mereka.

"Kalau Non sudah siap, segera ke mobil." lanjutnya.

Luka mendengus pelan, apakah ia benar-benar harus tinggal di rumah Angkasa? Luka merasa Angkasa sedikit berlebihan. "Ta-tapi Pak, saya belum beres-beres," ucap Luka segan.

"Pesan Pak Angkasa Non tidak perlu membawa banyak barang."

Luka menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia bingung. "Eh ... kalau gitu saya, anu. Saya mau beres-beres buku sama peralatan sekolah dulu," ucap Luka membuat kedua Pria tersebut mengangguk pelan. Setelah selesai Luka menatap lama rumah kecil di depannya, rumah yang sudah ia tinggali selama satu setengah tahun meski tidak ada kenangan indah di sini, tapi tetap saja sedikit berat meninggalkannya.

"Biar saya yang bawa Non," ucap Bodyguard menawarkan diri untuk membawa tas ransel Luka.

"Nggak usah Pak," tolak Luka lembut.

Sang Bodyguard membuka pintu mobil untuk Luka, setelah Luka masuk barulah mereka berdua membawanya menuju mansion Angkasa. Jalanan kota selalu ramai oleh kendaraan tapi untunglah tidak macet, langit terlihat mendung memunculkan awan-awan kelabu, tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di depan mansion mewah milik Angkasa. Bodyguard dengan cetakan kembali membuka pintu mobil untuk Luka agar ia bisa keluar. "Silakan Non," ucap Bodyguard penuh hormat.

Luka langsung disambut oleh dua orang pelayan tempo hari, wajah mereka terlihat berseri-seri dengan senyum terpatri menatap ke arah Luka. "Calon Nyonya Mahendra," bisik Nining, pelayan berumur hampir 40 tahun itu kepada temannya Nunung. Mereka bukan kembar, kebetulan nama mereka hampir sama.

"Bik," sapa Luka sambil tersenyum ramah.

"Ayo Non masuk," ajak Ning.

"Tasnya berat nggak Non? Sini biar Bibik yang bawa," ucap Nung.

"Nggak kok Bik, isinya cuma buku," balas Luka tersenyum lembut ke arah Nung.

Ning Nung mengantarkan Luka menuju kamarnya di lantai atas, kamarnya bersebelahan dengan kamar Angkasa. "Ini kamar Non." Ning membuka pintu kamar Luka.

Luka menatap kagum kamar barunya. Sangat luas dengan ranjang dan kasur besar. Ada meja belajar, rak buku dengan berbagai macam novel serta buku lainnya tersusun rapi, tak lupa balkon yang menghadap langsung ke arah pusat kota. "Gimana Non, suka nggak? Ini kami yang menata barang-barangnya." ucap Nung.

"Suka Bik," balas Luka.

"Baiklah kalau gitu, kami mau lanjut kerja lagi. Non kalau butuh sesuatu panggil salah satu dari kami." Ning dan Nung keluar dari kamar Luka.

Luka meletakkan tas ransel dari bahunya ke atas meja belajar. Ia mulai mengeluarkan buku-buku pelajaran miliknya untuk dirapikan. Ia menatap sesekiling, kamarnya luas dengan warna tembok cream. Luka membuka laci hendak menyimpan kotak kayu mini berisi kalung yang ia bawa dari kosannya, namun ia sedikit terkejut mendapati Laptop serta ponsel berlogo apple di sana. "Milik Om Angkasa?" gumam Luka menatap kedua benda tersebut, ia kembali menutup laci.

Luka mendekat ke arah kasur lalu merebahkan dirinya di sana. "Empuk banget, beda sama kasur aku di kosan," ucap Luka meresapi rasa nyaman dari kasur barunya.

"Dari tadi aku belum liat om Angkasa, kemana dia?" Luka beranjak dari kasur dan memilih keluar kamar. Ia menuruni tanga yang berkelok serta panjang. "Bik," panggil Luka.

"Iya Non." Nung muncul dari balik lemari kaca membuat Luka kaget.

"Astaga, Bibik ngagetin." Luka mengelus dadanya pelan.

Nung tertawa pelan. "Saya lagi bersihin kaca Non, biar nggak ada debu," balas Nung sambil mengelap kaca lemari.

"Bik, om Angkasa mana?"

"Oh Bapak, Bapak biasa pulang malam dari kantor. Non bisa istirahat dulu aja di kamar."

"Ohh, gitu ya bik," balas Luka.

***

Angkasa sedang memperhatikan calon rekan bisnisnya yang tengah mempresentasikan sesuatu di depan layar proyeksi.

"Jadi dengan kita membangun sebuah hotel mewah di sana, itu akan menjadi peluang besar. Akan banyak pengunjung dari kelas atas baik dari luar negeri ataupun dalam negeri, saya sudah memprediksikan keuntungan yang akan kita peroleh," terang Pak Candra dengan sangat meyakinkan.

"Baik, saya setuju. Proyek ini akan ditangani oleh anda langsung. Saya mempercayai kinerja anda," ucap Angkasa membuat senyum Pak Candra mengembang.

Angkasa berdiri dari kursinya lalu berjabat tangan dengan Pak Candra. "Selamat bekerja sama," ucap satu sama lain.

"Saya rasa meeting kali ini cukup sampai di sini," ucap Angkasa, ia memberi isyarat kepada bawahannya untuk mengantarkan Pak Candra sampai ke pintu lobby. Setelah semua orang pergi ruangan meeting terasa lengang menyisahkan Angkasa seorang. Angkasa Melepakan jas hitam dari tubuhnya, ia kembali duduk sambil melonggarkan dasi serta memejamkan mata bersandar dikursi, terlihat lelah sudah bekerja seharian. Angkasa menatap jam ditangannya, pukul delapan malam ia harus pulang.

Dengan mengendarai mobil mewahnya Angkasa membelah jalanan kota, ia tak sabar ingin bertemu Luka. Tak butuh waktu lama Pak Satpam membukakan gerbang untuk Angkasa yang baru saja tiba. Angkasa masuk ke dalam mansionnya.

"Bapak, sudah pulang," sapa Ning.

"Iya," balas Angkasa singkat.

"Di mana Luka?" tanya Angkasa.

"Non ada di kamarnya, Pak."

Angkasa segera naik ke lantai atas menggunakan lift. Lift berbunyi Angkasa pun keluar. Ia menatap pintu berwarna putih di depannya. Angkasa berpikir sejenak. Apa ia harus mengetuk?

"Tapi ini mansion saya, jadi suka-suka saya."

Tanpa mengetuk dan dengan tidak sopannya Angkasa masuk ke dalam kamar Luka, ia mendapati Luka sedang tertidur pulas di atas kasur. Terlihat seperti putri tidur, sangat cantik di mata Angkasa. Angkasa mendekat lalu duduk di sisi kasur dengan pelan, ia menatap intens wajah Luka cukup lama sampai tangannya bergerak sendiri untuk menyentuh kulit seputih salju itu.

Luka membuka mata, terkejut ketika merasakan sentuhan lembut dipipinya membuat ia langsung duduk dan mundur mendekat ke arah headboar. "Sudah bangun, hm?" tanya Angkasa lembut.

"O-om kapan pulang?" tanya Luka gugup.

"Baru saja," jawab Angkasa singkat.

"Ooh." Luka merasa sangat canggung.

"Om kenapa ada di sini?"

"Ini mansion saya, terserah saya mau di mana saja," balas Angkasa.

Luka terdiam. "Maksud aku, om kenapa ada di kamar ini? Ada perlu sama aku?"

"Iya."

"Perlu apa?"

"Saya capek kerja seharian," ucap Angkasa.

"Tarus?" Luka menatap Angkasa penuh tanya.

"Buatkan saya kopi, antar ke kamar saya, saya mau mandi." Setelah berkata demikian Angkasa keluar dari kamar gadis itu.

Luka bernapas lega ketika Angkasa pergi. Ia turun dari ranjang, buru-buru Luka turun ke bawah untuk membuat kopi. "Non," panggil Nung membuat Luka terkejut.

"Bibik! Ngagetin aku aja."

Nung cengegesan. "Non ada perlu turun ke bawah?" tanya Nung.

"Mau bikin kopi buat Om Angkasa," jawab Luka.

"Ooh gitu, ayo bibik antar ke dapur," ajak Nung.

Sampai di dapur terlihat Ning sedang menatap berbagai hidangan untuk makan malam. "Non," sapa Ning membuat Luka tersenyum.

"Nyonya mau bikin kopi," ucap Nung. Luka melotot kaget mendengar ucapan Nung barusan.

"Bibik," tegur Luka sambil tersenyum malu.

"Loh, Non kan memang calon nyonya di sini," timpal Ning.

"Bibik ada-ada aja, aku cuma numpang di sini, bukan calon nyonya." Luka geleng-geleng kepala.

"Bik, takaran kopi om Angkasa gimana? Aku takut salah bikinnya, nanti kemanisan."

"Itu mah gampang Non," balas Ning.

Ning mengambil kopi serta gula dari tempatnya, tak lupa gelas mewah serta sendok emas untuk mengaduk kopinya nanti. "Bapak itu suka kopi air panasnya harus disuhu 100°C dengan 1000 tetes air. Gulanya cukup 6000 butir dan mengaduknya harus sesuai arah jarum jam sebanyak 8 kali tidak boleh lebih. Mudahkan Non?"

"Serius, Bik?" tanya Luka tak percaya.

"Ning bercanda Non," timpal Nung.

"Bapak suka takaran kopinya satu sendok makan dengan gula satu sendok teh dan airnya tidak terlalu panas," ucap Nung.

"Ini lebih mudah dimengerti," balas Luka.

"Makasih Bik."

"Sama-sama. Ya udah Non bikin aja kopinya, kami berdua mau siapin makan malam dulu."

***

Dengan nampan perak serta cangkir mewah di atasnya Luka menatap pintu kamar Angkasa.

Luka mengetuk tiga kali namun tak ada sahutan dari dalam, Luka dengan sedikit kesusahan memutar knop pintu. Untuk kedua kalinya ia masuk ke dalam kamar Angkasa yang dominan warna hitam.

"Om," panggil Luka ketika masuk ke dalam kamar Angkasa, terlihat kamar Angkasa kosong, mungkin Angkasa sedang mandi pikir Luka.

"Om, kopinya aku letakkan di meja ya."

Angkasa baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit pinggangnya serta rambut basah berantakan. Tak lupa enam roti sobek tersusun rapi diperutnya, otot kekar serta urat mencuat membuat aura sexy menguar dari tubuh seorang Angkasa. Mata Luka tak berkedip menatap Angkasa, biasanya ia pernah melihat pria sexy diponselnya saja namun kali ini ia bisa melihat real di depan matanya langsung.

"Ngedip." Suara berat Angkasa membuat Luka tersadar dan segera menunduk menatap lantai untuk mengalihkan pandangannya.

"It-itu om ... kopinya udah aku bikin," ucap Luka gugup.

"Kalo gitu aku keluar dulu," pamit Luka.

"Nggak ada yang nyuruh kamu keluar." Suara berat Angkasa membuat Luka mengurungkan niat untuk meninggalkan kamar Angkasa.

Spam next di sini→

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

little ace Par 🐮🐺

Roman pour Adolescents

904K 66.9K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
MEGASHAKA Par ketikanayu

Roman pour Adolescents

6.3K 1.8K 31
[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA MEMBACA.] • • • DRRUUMMMM~ cklek Seseorang memberhentikan motornya tepat di samping kanan Naza...
Rumah di Perantauan Par SenjaaHaluu

Roman pour Adolescents

586K 27.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
TRAUMA✓ Par alyeyy

Roman pour Adolescents

8.8K 1.1K 45
PART LENGKAP - FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! Ini tentang dia, kita dan trauma. Awalnya Aqilla kira jatuh cinta itu indah, seperti di novel yang perna...