[END] It's Okay, Kak..

By sungmngrl

104K 10.1K 1.6K

Markhyuck Area!! .. bagaimana seorang Hanan yang berpura-pura tidak mengerti dengan tujuan dan maksud Marseli... More

1. Jujur.
2. Dia Tahu?
3. Akrab?
4. Beneran di bawain?!
5. Lebih dekat.
6. Ice Cream dan pertanyaan singkat..
7. Obrolan Ayah dan Marahnya Reka.
8. Kenapa harus putus?
9. First Date?
10. Banyakin bahagia!
11. Marselio, Hanan dan coklat panas.
12. Johannes dan Marselio.
13. Berhenti, kata Hendrik.
14. Hanan tahu.. Semuanya.
15. Lagu dan segala makna di baliknya.
16. Part (2)
17. Hubungannya belum namun, luka baru kembali muncul.
18. Belum Usai dan pengakuan.
19. Marselio Vernando.
20. Nikmati waktu juga alurnya.
21. Papa Marselio.. Om Vernando.
22. Tentang penyesalan.
23. Second Date (?)
25. Kerandoman seorang Marselio.
26. Tak terduga.
27. Tentang yang di tinggalkan dan yang meninggalkan.
28. Bonchap.

24. Liburan.

2.5K 283 16
By sungmngrl

Satu Minggu.

"HANAN, TURUN NAK! UDAH SIANG INI JAM BERAPA LAGI KITA PERGI?" Teriakan menggelegar bunda dari halaman rumah berhasil membuat suara gaduh dari kamar Hanan. Pemuda Giovanni itu berlari dengan satu tas hitam miliknya.

"Ya ampun, apa lagi itu?"

Hanan tersenyum saja, lalu berjalan melewati bunda dengan wajah sangat ceria, mungkin dalam kepalanya seolah berkata, 'bogor i'm coming'. Setelah tepat berada di dekat mobil ia menyapa Marselio yang beberapa jam sebelumnya sudah datang.

"Haii Kak Lio!"

Marselio terkekeh, Hanan tidak pernah berubah, selalu mengatakan hal itu ketika mereka baru berjumpa.

"Nah ini anaknya baru nongol, ngapain aja sih Nan?" Tanya Johannes yang baru sama muncul dari arah belakang mobil, mungkin ayah dari Hanan itu sedang menata barang di bagasi mobil mereka.

Hanan hanya menyengir, ia lalu berjalan untuk masuk ke dalam mobil. Duduk di kursi penumpang bersama bunda di sampingnya, sedang Ayah juga Marselio berada di kursi depan.

"Om kalo capek boleh gantian bawa mobilnya."

Johannes mengangguk, ia mengatakan 'aman' sebagai jawabannya. Lalu setelahnya perjalanan di mulai, di awal perjalan Hanan sudah terlelap, sedang bunda sibuk bercerita dengan Marselio juga Johannes. Ketika perjalan sudah hendak sampai Hanan sudah bangun, ia melihat Bunda sudah terlelap di sampingnya.

"Ayah, udah sampe mana?"

"Bentar lagi sampe, satu jam lagi."

Hanan mengangguk, memajukan badannya untuk menempatkan diri di tengah-tengah, mengambil snack yang di siapkan oleh bunda semalam.

"Kak Lio, mau?" Tanya Hanan, ia menyodorkan keripik kentang ke arah Marselio yang di terima anak itu dengan baik. Yang mana membuat Johannes cemburu melihatnya.

"Lio aja nih? Ayah nya sendiri engga?"

Hanan terkekeh, lalu mengambil satu keripik kentang lagi lalu menyuapi sang ayah. Semenjak Hanan bangun mobil milik ayah yang melintas sedang di jalanan menjadi ramai, entah Hanan yang berceloteh ria, entah membahas ini dan itu, serta bernyanyi dengan suara unik miliknya. Hingga tidak terasa mereka sudah memasuki desa kelahiran sang bunda. Udara sejuk berbeda dengan suasana perkotaan yang sesak, Hanan tersenyum sembari mengulurkan tangannya di luar jendela, menikmati udara yang menyejukkan paru-parunya.

Mobil berhenti, dan mereka rupanya sudah sampai tepat di halaman rumah yang lumayan besar. Rumah nenek dari Bunda indentik dengan rumah di pedesaan jaman dahulu. Hanan dengan cepat turun dari mobil, menghiraukan tas-tas miliknya yang merupakan tanggung jawab dirinya sendiri.

Tok tok

"NINII!" Katanya heboh sebelum memasuki rumah tersebut. Wanita tua sekitar berumur 70an itu menoleh, senyum teduh di wajah keriput miliknya merekah. Ia berdiri di bantu dengan tongkat yang terletak di samping kursi tempat favoritnya.

Melihat itu Hanan dengan cepat melangkah mendekat, membantu sang nenek untuk berdiri dan berjalan menyambut kedatangan anak, menantu dan juga cucunya.

"Johannes." Panggilnya dengan lembut, mengusap pelan kepala menantu kebanggaannya.

"Iya, Bu. Ini Johannes, gimana kabar ibu?" Tanya Johannes dengan nada lembut pula, sangat menghormati ibu dari istrinya ini.

"Baik." Katanya dengan senyuman, tak lama Bunda dari Hanan itu memasuki rumah masa kecilnya. "Aduh aku gak di ajak nih peluk-pelukannya?" Katanya dengan wajah memberut.

Ibu dari Tennie lantas menoleh, ia melihat orang tersebut dengan bingung, "kamu anakku kan? Tennie?"

Tennie lantas memberut kembali, "curang, menantu aja yang di inget, anak sendiri bisa lupa." Katanya, ia lalu berlalu ke arah dapur.

Tak lama Marselio datang dengan tas-tas yang ia bawa, nenek yang melihatnya lantas mengernyit keheranan, dia memang pelupa, tapi ia sedikit ingat bahwa ia tidak pernah melihat pemuda tampan yang baru saja masuk ke dalam rumahnya ini.

"Ini temennya Hanan, Ni. Namanya Kak Lio!" Kata Hanan menjelaskan ketika ia menyadari ekspresi neneknya yang terlihat keheranan.

Nenek mengangguk lantas tersenyum, sedangkan Marselio hanya membungkuk dan tersenyum setelahnya. Selanjutnya hanya di isi dengan obrolan-obrolan singkat bagaimana kabar selama mereka berpisah, di ruang keluarga di temani dengan teh hangat juga bakwan buatan bunda dengan bibi nya Hanan yang datang 10 menit setelah mereka sampai.



Hari-hari berikutnya mereka habiskan dengan begitu banyak pengalaman, begitu banyak hal-hal baru yang Marselio dapatkan. Hanan mengajaknya untuk memancing bersama dengan Amang Vandi- Om dari Hanan sendiri. Bermain-main di sawah yang tidak akan pernah mereka dapatkan jika di kota.

Hari ini hari Jumat, malam Sabtu. Hanan juga Marselio sudah siap-siap akan pergi keluar, ditemani dengan Nindi, saudara Hanan dari adik sang Bunda yang usianya 2 tahun di bawah Hanan.

"Kita teh mau kemana Aa?" Tanya Nindi pada Hanan juga Marselio, ngomong-ngomong mereka sudah di dalam mobil, sudah siap akan jalan-jalan menghabiskan waktu malam ini, sebenarnya Hanan ingin jalan-jalan pas malam minggu saja, tapi mengingat Minggu pagi mereka sudah pulang membuat Hanan mengurungkan niatnya tersebut, alhasil malam ini mereka akan melakukan jalan-jalan malam.

"Enaknya kemana ya, Nin?"

"Ke alun-alun aja gimana? Mau aa?"

Hanan menoleh ke arah Marselio, ketika pemuda itu mengangguk bahwa ia tidak keberatan sama sekali Hanan pun ikut mengangguk, menyetujui saran yang Nindi berikan. Nindi tersenyum, ia mengangguk lalu mobil pun melaju sebagai Nindi yang menjadi penunjuk jalan mereka.

Setelah mereka sampai ketiganya memilih tempat untuk menikmati suasana malam di kota Bogor hari ini. Mereka bercerita mengenai banyak hal hingga akhirnya Nindi tersenyum menatap keduanya.

"Kalian ini pacaran ya, Aa?" Tanya Nindi dengan senyum menggoda miliknya. Sehingga membuat Hanan juga Marselio yang melihatnya saling melirik satu sama lain.

"Coba Hanan jawab pertanyaan dari Nindi."

Hanan hanya tersenyum lembut, ia lalu menggelengkan kepalanya yang mana membuat Nindi terkejut di buatnya, "beneran ini teh? Nindi kira teh pacaran ih, cocok atuh. Kenapa gak pacaran aja?". Tanya Nindi, entah kenapa gadis itu nampak kecewa dengan hubungan kedua pemuda di hadapannya ini, mungkin tidak sesuai ekspektasinya.

"Kalo aa mau tau yah, kalian berdua udah jadi bahan gosipan di desa. Kasep pisan sih, kalo bukan sodara aja udah Nindi pepet kamu aa." Katanya merujuk pada Hanan yang hanya terkekeh di buatnya.

Hanan lalu menyenggol lengan Marselio, "nih, temennya aa, mau gak Nindi?"

Nindi tersenyum malu-malu, lalu setelahnya ia menggelengkan kepala, "di liat-liat cocokan sama aa ketimbang sama Nindi." Nindi terkikik di ujung kalimatnya. Hanan juga Marselio hanya tertawa sembari menggelengkan kepala mereka.

"Ayo deh pacaran kalian, Nindi setuju banget kalo kalian teh beneran official."

Hanan menggusak pucuk kepala saudaranya, saudara yang sudah ia anggap layaknya adik kandungnya sendiri.

"Bisa aja kamu mah. Nanti deh, waktunya belum tepat, ya gak Kak?"

Marselio yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kini mengangguk sembari tersenyum, "iya Nin, belum waktunya. Nanti pasti di jedor kok." Kata Marselio yang mampu membuat Hanan tersipu di buatnya. Sedangkan Nindi, perempuan itu sudah tersenyum dengan penuh goda.



Keesokan harinya, tepatnya hari sabtu Hanan juga Marselio sudah berada di kebun teh, tempat yang memang sudah mereka rencanakan sedari jauh hari, tanpa Nindi tentunya, sebab di sinilah Marselio akan menyatakan perasaannya kembali pada Hanan.

Sembari menikmati indahnya pemandangan dan sejuknya udara, mereka sudah menundukkan diri di sebuah batu yang cukup besar. Sudah sekitar satu jam kurang mereka di sini, mereka juga sudah berfoto, memperbanyak kenangan yang akan mereka rindukan nanti.

"Nan.." Panggil Marselio pada Hanan yang kini sudah menoleh ke arahnya.

"Aku mau ngomong serius sama kamu."

Hanan tak menjawab, ia hanya menatap Marselio dalam diamnya. Marselio tersenyum, mengelus pipi berisi milik Hanan yang terlalu menggemaskan di mata Marselio.

"Mungkin aku bukan laki-laki yang baik buat kamu, bukan orang yang baik buat kamu, aku sadar kalo aku gak pantes buat dapetin laki-laki sebaik kamu. Kamu tau, Nan? Kamu layaknya malaikat yang hatinya bener-bener bersih, bahkan ketika aku jelas-jelas nyakitin kamu seburuk itu, kamu tetap mau maafiin aku dan nerima aku di sisi kamu. Kamu gak pandang masalah aku sama Catherine kemarin, kamu malah nguatin aku karena aku di cabut beasiswanya, karena aku banyak dapetin ujaran kebencian, tatapan sini dari semua orang, kamu tetap ada di sisi aku, Nan."

Marselio memindahkan tangannya yang berada di pipi Hanan kini ke punggung milik Hanan sendiri, menggenggamnya dengan erat, mengatakan lewat genggaman itu bahwa Marselio memang benar-benar tulus mengatakannya. Hanan tersenyum, ia membalas genggaman hangat Marselio di tangannya.

"Aku gak tau lagi gimana caranya berterimakasih ke kamu, aku gak tau caranya gimana aku ngungkapin rasa aku yang sepenuhnya buat kamu, aku udah jatuh sama kamu Hanan, jatuh sama ketulusan kamu sama laki-laki brengsek kayak aku ini."

Hanan menggelengkan kepalanya, tidak menyetujui kata-kata terkahir Marselio yang mengatakan dirinya sendiri laki-laki yang seperti itu, terlepas dari Marselio yang dulu.

"Sekarang aku mau jadi laki-laki yang gak tau diri, aku mau kamu jadi milik aku lagi, Nan. Aku mau kita menjalin hubungan kita yang dulu sempat terhenti. Jadi, kamu mau mulai semuanya dari awal sama aku? Tanpa terpaksa dan tanpa drama."

Hanan terdiam, ia belum bisa menjawab sebab ia terpikir akan suatu hal. Tentang percakapannya bersama dengan dua sahabatnya.

[Flashback]

"Guys, gimana kalo gue balikan sama Kak Lio?"

Keduanya sontak menoleh, mereka terlihat tidak perduli, masih sakit hati sebab temannya ini sudah di sakiti dengan tidak manusiawi.

Hanan yang merasa terabaikan sontak menatap keduanya dengan tatapan sedih. "Guys, kok diem aja! Jawab dong!" Katanya memprotes, Reka yang saat itu sibuk dengan handphone miliknya menarik napas panjang, sedang Agrena menatap datar ke arah Hanan.

"Lo mau kita jawab apa?" Tanya Reka

Hanan memberutkan bibirnya, "kok nanya balik sih??"

"Ya kita mau jawab jangan juga nanti lo balikan, selain jawab iya apa lagi, Nan?" Kali ini Agrena yang bersuara.

Hanan menunduk, ia cukup sadar bahwa dirinya memang se keras kepala itu.

"Tapi kan gue butuh pendapat kalian sebagai sahabat gue."

"Gini Nan, kalo emang kata lo Kak Marsel udah beneran berubah, dia udah jadi cowok baik-baik versi lo, ya gapapa balikan. Tapi kalo hati lo ngomong jangan, ya jangan. Karena patah hati itu bikin capek loh, bikin sakit jiwa raga lo juga." Reka mencoba, ia mencoba memberikan pendapat terbaik untuk temannya waktu itu.

Agrena pun mengangguk, "lagian kata lo Kak Marsel udah berubah 180° kan?  Ya kalo di rasa dia memang berhak buat dapetin hati lo lagi, gapapa sih. Gue liat-liat juga kayak nya Kak Marsel emang udah berubah banget akhir-akhir ini."

"Tapi kalo lo di sakitin lagi, gue gak akan segan-segan labrak itu orang, dan lo gak boleh ngehalangin gue!"

Agrena mengangguk, "gue juga gak terima lah, bukan cuman dia yang gue labrak, lo juga ya Nan!"

Hanan hanya terkekeh dan mengangguk setelahnya, restu kedua sahabatnya sudah ia dapatkan, maka dengan itu kalau memang nanti saatnya tiba Hanan tidak perlu ragu untuk mengatakan iya.

[Flashback off]

~~

Udah tau lah yaa jawabannya apaa

Kayaknya part depan udah mau end deh^^

Kalian yang nungguin karma Marselio apakah masih kurang? Apa mau di tambah lagi?

Btw maaf ini di cepet-cepetin, takutnya malah jadi bosenin hihi

Jangan lupa vote sama komennya yaa^^

See youuuu 💚💚💚





Continue Reading

You'll Also Like

728K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
85.8K 9.4K 32
[COMPLETED] [Obsession] [Mystery] Haechan yang terjebak antara dua obsesi namja, Dia mahasiswa baru dari desa jeju, hanya berniat datang ke Seoul unt...
22.6K 2.4K 36
📌 FOLLOW SEBELUM BACA 📌 Sequel "Takdir si Kembar" 📌 End - Part Lengkap Ini tentang Arga Mahendra Aditama. Laki-laki yang tanpa disengaja bertemu...
1.6K 180 7
[ Don't forget to votmen and follow my account for another story ] baca aja dulu kak.. ∆ homophobic silakan tinggalkan story ini karena disini menga...