ME AFTER YOU (TERBIT)

By LittleGrey161

545K 48.7K 621

[ TERBIT ] [ L.O.V.E SERIES - METROPOP ] --- TAMAT --- JANGAN LUPA FOLLOW AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE SETIA... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
TIGA PULUH TUJUH
EPILOG
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2
TRAILER
INFO TERBIT

DUA PULUH LIMA

9.2K 878 5
By LittleGrey161

Hai guys ❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)

YANG MAMPIR JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH :)

¤▪︎▪︎▪︎¤

"
Menjadi dewasa adalah penawaran untuk siap merasakan rasa sakit setiap saat nya. Namun perasaan itulah yang membuat seseorang di sebut dewasa setelah melewatinya.

"

_____

¤▪︎▪︎▪︎¤

Hari ini Nataline sarapan bersama Bibi-nya, tetapi gadis itu belum juga melihat Anes keluar dari kamarnya.

"Mah aku berangkat dulu." Anes tersenyum ceria kepada Sang Ibu yang sedang makan di meja makan itu.

Sementara Nataline hanya berpokus pada makanannya saja tanpa mau berbicara apapun. Dia takut tidak bisa mengontrol emosinya dan malah menjadi rumit saja.

"Kak gak mau ngucapin?" kata Anes sebelum melangkah pergi dari rumah.

"Selamat!"

"Makasih Kak, berkat Kakak aku diterima kerja di perusahaan itu."

Nataline hanya menganggukan kepalanya, dia mengingat Angkasa begitu antusias membantu dirinya saat Nataline bertanya apa dia bisa membantunya atau tidak.

Laki-laki itu bahkan memotong pembicaraan dan tidak membiarkan Nataline menyelesaikan ucapannya.

Angkasa berkata itu bagus karena saat Januar keluar dirinya tidak perlu membuka lowongan kerja lagi untuk tim pemasaran. Angkasa sangat percaya kepada Nataline seakan apa yang gadis itu katakan semuanya benar.

Padahal tadinya Nataline ingin membicarakan itu baik-baik dan memberitahu Angkasa kalau Anes bukan anak yang akan bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Di satu sisi dia memikirkan Anes dan di sisi lain dia memikirkan Angkasa. Dia tidak tau harus bertindak seperti apa dalam situasi seperti ini. Rasanya Nataline sudah memasukan Harimau ke kandang Ayam.

Tittt ...

Tidak berapa lama sesaat setelah Anes pergi suara mobil Angkasa terdengar kedalam Kontrakan Nataline.

Buru-buru gadis itu mengambil tas selempangnya dan berjalan keluar. Bibinya mengikuti gadis itu padahal Nataline merasa risih dengan hal itu.

"Aku pergi dulu Bi." Dia masih memiliki sopan santun untuk bersalaman sebelum pergi kepada Bibinya yang dulu tidak menganggapnya ada.

"Hati-hati di jalan yah."

Bibi Nataline melambaikan tangan apalagi saat melihat Angkasa yang tersenyum manis kepada wanita itu.

Nataline sangat tau apa pemikiran kedua orang itu, Bibi-nya yang mencari perhatian Angkasa agar suatu hari bisa menguras hartanya dan Angkasa yang mencari perhatian agar mendapat restu untuk bersama dengan nya.

"Harusnya tidak usah jemput, kamu sudah janji Angkasa."

Angkasa tidak menghiraukan ucapan gadis itu. Laki-laki itu hanya pokus menyetir saja.

"Bibi kamu kayaknya seneng kita deket deh."

Nataline terdiam, kalau Angkasa tau apa yang di pikirkan Bibi-nya itu pasti dia akan berubah pikiran.

"Tapi aku tidak senang."

Angkasa tersenyum kemudian melihat gadis itu yang menurutnya terlihat lucu.

"Jangan marah-marah terus dong Nat, aku kan udah setuju masukin saudara kamu ke kantor."

Nataline semakin mendengus kesal, Angkasa sungguh laki-laki yang tidak peka sama sekali.

¤▪︎▪︎▪︎¤

"Terimakasih Mbak," kata gadis itu tersenyum penuh sumringah.

Nataline tidak menampilkan ekspresi apapun. Dia sedang belajar untuk lebih bersabar lagi menghadapi keadaan.

Hidup memang seperti itu saat dewasa seseorang tidak pernah merasa berhenti untuk berjuang, sedikit merasa bahagia bukan berarti kesulitan itu pergi begitu saja.

"Kalau gitu kamu duduk di samping Nataline, bila ada yang tidak mengerti kamu bisa bertanya kepada Nataline dan Kris." Raina kembali duduk di mejanya.

Anes mengangguk kemudian duduk di meja bekas Januar. Kris sedari tadi mengajak anak itu berbicara untuk sekedar mengakrabkan diri.

"Mbak ini laporan untuk rapat nanti," kata Nataline memberikan sebuah dokumen berbentuk kertas yang dia jepit agar tidak berantakan.

Kini gadis itu sudah menjadi staff tetap di tim pemasaran, sementara staff pembantu digantikan oleh Anes.

"Yang Pak Angkasa pilih waktu itu?"

Nataline mengangguk, sebuah cemilan yang dia dan Angkasa ambil waktu itu sekarang sudah resmi di produksi setelah beberapa kali di uji coba dan di riset.

"Oke kalau gitu nanti saya akan mencari ide lain untuk kemasannya."

Gadis itu kembali menganggukan kepalanya, itu adalah hal yang paling dia sukai, hanya saja Nataline tidak seberani itu untuk membuat desain yang bagus.

"Mbak saya ketoilet sebentar."

Raina menganggukan kepalanya, gadis itu kembali pokus pada berkas-berkas yang Nataline berikan kepadanya.

Sementara Nataline kini sudah berjalan pergi keluar ruangan menuruni tangga dan pergi mencari kamar mandi.

Dia berjalan melewati Cafe perusahaan, entah mengapa saat pulang dia ingin membawa kopi keruangannya agar tidak mengantuk.

Sisa-sisa lembur beberapa hari membuat kepalanya sedikit pusing.

"Nataline tunggu." Casa memanggil gadis itu sambil berlari kearahnya.

"Tolong kasih ini ke Pak Angkasa yah."

Nataline hanya mengerjapkan matanya heran, Casa terlihat seperti orang yang khawatir akan sesuatu.

"Mbak mau kemana?"

"Aduh, aku harus pulang Mamah sakit." kata gadis itu terburu-buru.

"Sorry yah and thanks." Dia berlari begitu saja sambil memberikan tumpukan dokumen di tangan Nataline.

Gadis itu menghela napasnya kasar, dia harus keruangan Angkasa dulu setelah itu pergi ke kamar mandi.

Untung saja dia tidak kebelet dan masih bisa dia tahan. Gadis itu dengan malas berjalan kearah ruangan Angkasa.

Tukk ...

Pintu di ketuk beberapa kali akhirnya terdengar suara Angkasa yang menyuruhnya masuk.

Nataline membukanya perlahan kemudian berjalan kearah Angkasa yang sedang fokus kearah komputernya.

Laki-laki itu benar-benar fokus seakan tidak menyadari kalau yang datang itu Nataline.

"Ini berkasnya Pak Angkasa." kata Nataline menekan kata Pak Angkasa, gadis itu sedikit merasa heran karena Angkasa tidak merespon bahkan menyambutnya.

Biasanya laki-laki itu akan tersenyum ceria dan antusias ketika Nataline keruangannya.

"Hem ... Makasih." Suaranya terdengar rendah ini tidak seperti Angkasa yang biasanya.

"Kamu kenapa?" ucap Nataline ketika menyadari kalau laki-laki di hadapnnya itu terlihat lemas dan lesu. Bahkan jika Nataline perhatikan bibirnya terlihat kering.

"Kamu demam Ditya?" Gadis itu buru-buru menghampiri Angkasa dan menaru punggung tangannya di kening laki-laki itu.

Angkasa tersenyum, sungguh sedari tadi bahkan saat sampai di kantor tiba-tiba saja tubuhnya panas dingin seperti di ruangan ber-AC dengan tubuh yang panas.

"Enggak ..." lirihnya sambil menarik tangan Nataline agar lebih mendekatinya.

Laki-laki itu menyenderkan kepalanya di tangan gadis itu yang tengah berdiri di sampingnya.

"Aku butuh bantal untuk tidur," kata laki-laki itu.

"Kamu demam Ditya harus istirahat." kata Nataline memegang kembali kepala laki-laki itu.

"Ayo aku bantu berdiri." kata Nataline.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Aku harus kerja Nataline, nanti ada rapat."

Nataline mengerjepkan matanya, laki-laki itu sungguh berubah dari seorang yang pemalas menjadi pekerja keras. Entah mengapa melihat Angkasa yang seperti itu rasanya sangat keren di mata gadis itu.

____

tbc
¤▪︎▪︎▪︎¤

Continue Reading

You'll Also Like

217K 35.1K 24
Mili sangat membenci kondisi ini. Dikejar-kejar oleh Mamanya sendiri yang mau menjodohkannya. Bahkan, titah untuk menikah sebelum usia 24 tahun terus...
10.2K 1.4K 40
"Dasar gila!" "Gue denger ya, Mbak." "Lah bener kan?" "Siapa orang yang masih waras yang ngatain cantik orang yang baru pulang setelah seharian kerj...
28.6K 2.3K 22
Cinta datang tepat waktu. Refan Alfiansyah butuh ketenangan dalam hidupnya, Ia selalu pergi ke tempat dimana tidak ada kebisingan kota. Hanya ada ang...
46.9K 2.6K 32
~~Ketika lelah membalik halaman yang sama~~ Mungkin, semua takdir kini telah terucapkan secara lantang di depan semua insan. Takdir di mana seharusny...