[END] It's Okay, Kak..

By sungmngrl

94.7K 9.7K 1.5K

Markhyuck Area!! .. bagaimana seorang Hanan yang berpura-pura tidak mengerti dengan tujuan dan maksud Marseli... More

1. Jujur.
2. Dia Tahu?
3. Akrab?
4. Beneran di bawain?!
5. Lebih dekat.
6. Ice Cream dan pertanyaan singkat..
7. Obrolan Ayah dan Marahnya Reka.
8. Kenapa harus putus?
9. First Date?
10. Banyakin bahagia!
11. Marselio, Hanan dan coklat panas.
12. Johannes dan Marselio.
13. Berhenti, kata Hendrik.
15. Lagu dan segala makna di baliknya.
16. Part (2)
17. Hubungannya belum namun, luka baru kembali muncul.
18. Belum Usai dan pengakuan.
19. Marselio Vernando.
20. Nikmati waktu juga alurnya.
21. Papa Marselio.. Om Vernando.
22. Tentang penyesalan.
23. Second Date (?)
24. Liburan.
25. Kerandoman seorang Marselio.
26. Tak terduga.
27. Tentang yang di tinggalkan dan yang meninggalkan.
28. Bonchap.

14. Hanan tahu.. Semuanya.

3.5K 342 80
By sungmngrl

"Apaan tuh?" Tanya Agrena, ia melihat kearah Hanan setelah melihat kertas yang di gulung dengan pita berwarna biru sebagai pengikatnya.

"Undangan." Jawab Hanan singkat, ia lalu duduk untuk di samping Reka yang terlihat juga penasaran dengan undangan yang Hanan maksudkan.

"Undangan apaan? Lo mau nikah? Sama siapa? Gak mungkin sama Kak Lio kan? Atau.." Agrena menatap kearah Hanan dengan tatapan menyelidik miliknya. Hanan yang tahu kemana arah pembicaraan yang akan temannya itu bawa lantas membuka suara.

"Enggalah! Buang pikiran negatif Agrena Ya Tuhan." Hanan menyatukan kedua tangannya seraya menatap kearah atas, gestur bahwa ia tengah berdoa untuk meminta pikiran yang baik-baik untuk temannya ini. Sedangkan si oknum hanya terkekeh menanggapinya.

"Tau aja, kirain aja kan lo di jodohin sama ortu lo." Kekeh Agrena, ia lalu mengambil undangan tersebut untuk ia buka apa isinya, sedang Reka hanya menunggu dengan sabar, ia juga penasaran isi undangan tersebut apa. Kalau bertanya dengan Hanan jangan harap Hanan mau menjawabnya, sebab Hanan pikir teman-temannya masih akan membaca isi dari undangan tersebut, jadi biarkan teman-temannya ini tahu dengan sendirinya.

"Ohh acara kampus, Minggu nanti ya ini?"

Hanan mengangguk, membenarkan apa yang Agrena tanyakan.

"Kok lo bisa dapet undangannya? Dari siapa? Pacar lo, ya?" Kali ini Reka yang bertanya.

Hanan jelas menggeleng, Marselio bahkan tidak tahu kalau dirinya di undang dalam acara tersebut untuk mengisi salah satu acara yang ada.

"Terus?"

"Dari kak Yora, temen sekelas Kak Lio juga sih. Gue di undang karena gue di minta buat memeriahkan acaranya."

Agrena juga Reka kompak memasang wajah kaget milik mereka, "beneran?" Tidak percaya, bahkan keduanya secara bersamaan mengatakan hal tersebut. Yang mana membuat Hanan terkekeh di buatnya.

"Ya serius, makanya gue minta undangan biar kalian bisa dateng, katanya sih kuotanya terbatas. Kasian banget yang gak bisa dateng." Hanan mencebikkan bibirnya, tanda bahwa ia sedikit kecewa dengan sistem undangan yang ada.

"Ohh, ya ampun.. keren banget temen kita, Na. Terkenal nanti!"

Agrena memutarkan bola matanya malas, "kita udah terkenal karena lo ya, Ka."

Reka lalu menatap Agrena dengan tatapan bingung miliknya, memangnya iya? Kalau memang iya Reka tidak tahu tuh tentang itu.

"Ya iya, lo kan terkenal karena orangnya serem, savage! Galak tau gak first impression orang terhadap lo!" Jelas Agrena, yang mana Reka tanggapi dengan wajah terkejut miliknya.

Benarkah dirinya begitu di mata orang-orang? Padahal kan nyatanya Reka ini manusia paling ter soft yang pernah Hanan temui, ya.. meskipun untuk soal galak adalah hal yang tidak bisa di tapik oleh Hanan sendiri. Alhasil Hanan hanya tertawa sebab Reka sudah memasang wajah sedih seolah-olah begitu tersakiti dengan fakta yang ada.

"Lo ngapain Nan, nanti di sana?" Agrena kembali layangkan pertanyaan.

"Nyanyi deh, emang gue bisa nya apa lagi?"

"Membucin nyerempet goblok, tolol, alias iyaa betull itu adalah saudara kita bernama Hanan Giovanni!" Jawab Reka dengan senyum yang merekah, yang mana jelas Agrena tanggapi dengan sebuah tawa mengejek yang berhasil membuat Hanan meringis karenanya.

Ya, gimana ya? Namanya juga manusia, kan? Hanan juga sebenarnya tidak mau, tapi entah kenapa dirinya bisa menjadi Bucin seperti ini dengan kekasihnya itu. Padahal kalau di lihat-lihat juga sih tidak juga.



Hanan tersenyum sembari melambaikan tangannya pada Marselio yang baru saja turun dari mobil miliknya, ketika Marselio tepat berada di hadapannya Hanan membuka suara.

"Hai kak." Sapanya pada kekasihnya itu.

"Hai, mau langsung pulang atau makan dulu?"

"Makan dulu boleh deh, kakak udah makan belum?"

Marselio menggeleng, kemudian mengajak Hanan untuk segera memasuki mobilnya. Hari ini memang mereka berangkat dan tentu saja pulangnya bersama, dengan bonus seseorang yang Hanan sangat ketahui siapa orangnya.

"Halloo Hanan!" Tegur orang itu dengan wajah ceria miliknya.

Masih dengan raut wajah shock miliknya Hanan memaksakan diri untuk tersenyum, membalas dengan ramah teguran yang orang itu berikan untuknya.

"Halloo.. kak." Katanya dengan hati yang berdenyut nyeri. Setelah itu dirinya berlalu untuk memasuki jok belakang mobil yang memang kosong, sebab di kursi depan sudah terisi oleh seseorang yang menyapanya tadi.

"Udah kenal gue belum?" Tanya orang itu lagi, melihat bagaimana semangatnya sosok itu berhasil membuat Hanan tidak enak sendiri jika memberikan wajah sedih miliknya. Lantas Hanan mengangguk sebagai jawabannya.

"Okeey, tapi rasanya gak perfect kalo gak kenalan langsung, so.. Hanan, salam kenal ya.. gue Catherine." Senyum cantik Catherine sematkan, yang mana menambah kesan cantik yang lebih pada paras menawan milik perempuan itu.

Hanan tersenyum tipis, menyambut uluran tangan Catherine dengan sekuat hati. "Iya.. salam kenal, kak Catherine, Hanan Giovanni." Balas Hanan dengan menyebutkan nama lengkapnya. Setelah sesi berkenalan itu selesai hanya ada obrolan singkat yang mereka lakukan, setelahnya hanyalah sebuah kesunyian yang mengelilingi mereka.

Jujur untuk kali ini Hanan benci berdua dengan Marselio, baru kali ini Hanan tidak menyukai lamanya waktu berjalan ketika ia sedang bersama kekasihnya itu. Jujur Hanan tidak suka dengan adanya Catherine di antara mereka. Namun, Hanan cukup tahu diri bahwa dirinya tidak ada apa-apanya di banding kan dengan perempuan itu sendiri.

Coba lihat, bagaimana sempurna nya paras yang dimiliki oleh perempuan yang ia tahu sebagai 'matan kekasih' dari Marselio sendiri, lagi-lagi Hanan cukup sadar diri bahwa ia tidak sebanding dengan perempuan sempurna yang duduk samping kekasihnya ini.

"Marsel, nanti mampir ke toko buku depan sana boleh? Soalnya aku mau beli alat-alat buat gambar. Biasalah, kamu tahu sendiri kan?" Catherine tersenyum di ujung kalimatnya, dan Marselio hanya mengiyakan saja apa yang mantan kekasihnya itu ucapkan.

"Berarti nanti anter Hanan dulu ya, rumah Hanan belok kiri ini udahnya sampe."

Catherine hanya mengangguk sebagai jawabannya, sedang Hanan sendiri hanya diam di kursi belakang, padahal di kepalanya sedang berpikir mengenai ajakan makan yang Marselio tawarkan tadi. Bukankah kekasihnya itu menawarkan makan terlebih dahulu sebelum mengantar dirinya pulang?

Dan jawabannya Hanan dapatkan ketika Marselio benar-benar mengantarkannya pulang terlebih dahulu, mobil berhenti dan Hanan bersiap-siap akan segera turun.

"Kak Lio, makasih ya udah anterin Hanan pulang, Kak Catherine, duluan ya kak." Pintu mobil terbuka, Hanan segera keluar dan membuka pagar besi rumahnya, melambaikan tangan sebagai bentuk perpisahan, jangan lupakan senyum khas yang tak pernah hilang dari paras manis Hanan.

"Yaudah lah gapapa, padahal bela-belain gak makan biar bisa makan bareng." Ujarnya dengan nada lirih. Tepat setelah ia melangkah kaki untuk masuk ke dalam rumah, segala pikiran buruk terlintas begitu saja.



"Kan apa gue bilang! Menurut lo aja deh, ngapain pacar lo itu pergi bareng mantan? Mantan mah mantan aja, gak perlu lagi tuh pergi berdua!"

Hanan diam saja ketika Reka berbicara lewat video call bersamanya.

"Udah deh, Nan, ikuti aja saran gue. Tinggalin terus lupain. Gue beneran gak sudi denger cerita lo begini, udah gue bilang kalo dia itu gak bagus! Coba sekarang nah, udah kejadian baru lo nelpon gue!"

Hanan kembali memfokuskan dirinya ke layar handphone, wajah kesal Reka masih tercetak jelas di wajah milik pemuda galak itu. Bahkan Hanan sudah tidak bisa berkata-kata lagi kalau Reka sudah marah-marah begini.

"Gini ya Nan, mau gimanapun yang baru akan tetep kalah sama yang 3 tahun! 3 tahun Nan mereka sama-sama, lo pikir mereka putus bakal langsung hilang rasanya? Ya engga lah! Gila aja. Mereka pasti masih saling sayang, saling cinta, jadi masih ada kemungkinan kalo mereka bakal balikan lagi!"

Hanan masih diam, ia mencerna dengan baik kata-kata yang Reka keluarkan, memang benar, kemungkinan besar sekali kalau keduanya pasti akan kembali bersama.

"Berarti gue ini cuma selingan pas dia bosen, ya Ka?"

"Nahh, Hanan pinter banget sih! Betul, lo udah sadar sejak lama, gue yakin itu. Kita bukan baru kenal kemarin atau kemarin lusa ya, Nan, jadi gue cukup tau lo itu orangnya gimana. Lo sebenernya udah sadar kalo lo itu cuma di jadiin selingan doang, sorry kalo kata-kata gue nyakitin, lo tau sendiri gue gimana orangnya. Jadi, lebih baik udahin aja deh, Nan. Gue cuma takut makin lo pertahanin ini hubungan gak jelas, sakitnya nanti bakal di lo doang nantinya. Dia mah enak, ada Kak Catherine, ada mangsa lain. Lah elo? Apaan? Gak ada Nan selain gue sama Nana, bukan gue kepedean tapi emang gitu kenyataannya."

Wajah Hanan sudah memberut, "tapi gue sayang dia, Ka. Gue gak bisa putus sama dia gitu aja, ini udah lumayan lama loh gue sama dia, 3 bulan apa ya? Ya pokoknya sekitar itulah, gue.. lo tau sendiri gue suka sama dia sedari kapan."

Terdengar decakan yang seorang Reka keluarkan, "iya gue tau, tapi kalo gak baik buat hati sama pikiran ya enakan udahin lah, jadi pengagum dalam diam aja lo kek dulu. Itu lebih baik daripada sama dia tapi makan ati mulu."

"Aduhh Reka gue harus gimana? Gue sayang banget sama dia tuh, selama ini dia baik sama gue, sering Dateng kerumah, ngobrol sama ayah, ayah juga udah setuju kayaknya, dia bahkan memperlakukan gue baik banget, meskipun gue tahu sih, di belakang gue dia gak pernah sebaik itu." Hanan merengek, ia menatap Reka dengan tatapan sedih miliknya, aduh.. Reka, tolong! Teman kamu ini sedang patah hati!

"Hanan, kalo kata gue lo bego, anjir! Sumpah! Lo tau dia gak sebaik itu?! Tapi lo masih lanjut? Beneran kepala batu, ini nih gue males sama lo, gak usah deh cerita sama gue lagi!"

"Rekaa, tolongg~"

Reka diam, ia menatap Hanan dengan tatapan tak habis pikir miliknya, di dalam benaknya ia sudah tidak tahu lagi harus menyadarkan Hanan dengan cara apa lagi. Bahkan Hanan tahu bahwa Marselio tidak pernah memakan bekal darinya, pernah.. itu pun ketika Hanan yang memaksa pemuda itu untuk sarapan di dalam mobil selama perjalanan mereka menuju kampus.

Bukankah dari sana seharusnya Hanan sadar, bahwa Marselio tidak benar-benar baik dengan Hanan sendiri.

Sebuah notifikasi masuk yang berhasil membuat fokus Hanan tak lagi pada topik yang tengah ia bahas bersama dengan Reka.

______

Kak Lio♡

Hanan, maaf tadi kita gak jadi makan dulu. Kamu udah makan?

It's okay kak.. udah sih barusan. Kalau Kakak?

Udah juga, yaudah nanti lagi ya, kakak ada urusan.

Ohh, okaayy

_____

Dan dengan begitu Hanan kembali memanggil nama Reka dengan nada suara yang mengisyaratkan bahwa ia sudah hendak menangis.

~~

Satu kata buat Hanan?

Bego!

Udah sih itu aja kalo Jee mah:)

Sekian ya guyss, jangan lupa Vote sama Komennyaaa^^

See youuu 💚💚💚

Continue Reading

You'll Also Like

450K 39.4K 49
[COMPLETED] [TAHAP REVISI] BAGIAN KEDUA DARI BABY BEAR MarkHyuck ft. Chenle Hanya berisi cerita tentang kehidupan keluarga Mark dan Haechan juga deng...
174K 12.5K 20
"Mommy, where is my daddy?" - chenle "He was die" - haechan Start : 19 Nov 2021 End : 15 Des 2021 Highest rank : πŸ… Mark {5} πŸ… Haechan {4} πŸ… Chen...
119K 9K 37
[ COMPLETED ] Tentang Seo Donghyuck si rela mengubah identitasnya demi sang ayah dan kakek yang memberikan sebuah misi untuknya, namun siapa sangka s...
99.9K 8.9K 26
Seorang laki-laki yang mendapatkan karmanya.. dapat mencintai hanya sebentar lalu di tinggal dengan segala penyesalan. Sepenggal percakapan Mark Adr...