BUCINABLE [END]

By tamarabiliskii

16.1M 1.6M 588K

Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Ri... More

PROLOG
1. Kolor Spongebob
2. Seragam Lama
3. Hadiah Untuk Gala
4. Lagu Favorit
5. Gara-Gara Kopi
6. Bertemu Bunda
7. Kesayangan Riri
8. Gala VS Dewa
9. Mirip Ilham
10. Pelampiasan
11. Kabar Buruk
12. Kelemahan
13. Panti Asuhan
14. Tawaran Menarik
15. Syarat Dari Riri
16. Tersinggung
17. Foto Keluarga
Daily Chat 1- Kangen
18. Peraturan Baru
19. Tanpa Riri
20. Gagal
21. Amora VS Riri
22. Singa dan Kura-Kura
23. Diculik?
24. Kisah di Masa Lalu
Daily Chat 2 - Ngambek
Daily Chat 3 - Cemburu?
26. Ingkar Janji?
Daily Chat 4 - Kecewa
27. Are You Okay, Gal?
28. Bawa Kabur?
29. Campur Aduk
Daily Chat 5 - Caper?
Daily Chat 6 - Lanjutan Sebelumnya
30. Prom Night
Daily Chat 7 - Drama Instastory
31. Menghilang
32. Yummy
33. Sunmori
Daily Chat 8 - Marah
Daily Chat 9 - Tweet Gala
34. Rencana Amora?
35. Pengorbanan?
Daily Chat 10 - Bayi Gede
36. I Love You!
37. Mama?
38. Permen Kis
39. Mode Bayi!
Daily Chat 11- I Love U
40. Fakta-Fakta
41. Fucking Mine
Daily Chat 12 - Mabuk
42. Bocil Kesayangan
43. Hug Me
Daily Chat 13 - Prank
44. PMS
45. He's Angry
46. Break?
Daily Chat 14 - Break? (Penjelasan Penyakit Gala)
47. Camp
48. Terlalu Toxic
49. Bucin
50. Bukan Tuan Putri
51. Selesai?
52. Ending (Baru)
PO MASSAL BUCINABLE
Special Chapter
BUCINABLE SEASON 2?!
GALA & RIRI [Bucinable Universe]
BUCINABLE 2 UPDATE!!!

25. Jalan-Jalan

220K 24.3K 13.9K
By tamarabiliskii

Jangan males buat vote dan komen dong pren, sedih banget kalo semangat kalian buat voment menurun🙂

Btw chapter ini sangat-sangat askskkkakknjkjsksk😇🙏

Kalo bucinable end, mau dibuatin cerita siapa?

Aku update nunggu vote dan komen chapter ini melebihi chapter sebelumnya💓 Jadi kalo aku belum update, bantuin biar bisa cepet memenuhi target jangan cuma nyuruh up doang😊

"Hai Kolor Ijo, lagi ngapain?"

Riri mengusap-usap kepala dan berjongkok di hadapan kucing yang asyik tiduran di atas karpet itu.

"Meooongg," jawabnya pelan.

Terdiam sejenak, Riri tampak sibuk mengamati penampilan Kolor Ijo. Menurutnya, saat ini Kolor Ijo terlihat lebih jelek. Kucing itu tampak begitu kucel dengan bulu-bulunya yang berantakan.

"Ih rambutnya jelek. Bentar ya, Riri ambilin sisir dulu."

Riri beranjak mengambil apa yang ia butuhkan di kamar. Setelahnya, gadis itu langsung kembali menghampiri kolor ijo dengan sisir dan jepitan berbentuk rambut palsu yang sudah ada di tangannya.

"Liat deh, Riri bawa sisir. Riri sisirin ya, biar Kolor Ijo jadi cakep kaya Joko."

Kolor Ijo tidak memberi respon apapun. Kucing itu hanya diam sambil menatap Riri tanpa ekspresi.

"Ih Kolor Ijo mukanya jangan jutek-jutek dong! Riri jadi inget Gala. Gala mukanya ngeselin banget kalo lagi ngomelin Riri."

Riri cekikikan sendiri menyadari apa yang baru saja ia ucapkan. "Eh, tapi Gala kan ganteng, keren, gak kaya Kolor Ijo, jelek, burik, kucel."

"MEOOONGGG!!!" Teriak Kolor Ijo tiba-tiba seolah tidak terima dengan perkataan Riri barusan.

Riri mendengus sebal. Gadis itu langsung memahami apa penyebab kemarahan Kolor Ijo. "Iya-iya, Kolor Ijo cakep. Gala yang jelek, burik, kucel."

Kedua mata Kolor Ijo mengerjap beberapa kali. Kemudian kucing itu mengusap-usap kepalanya ke tangan Riri. "Meooongg," ucapnya lembut.

"Sekarang Riri sisirin ya rambutnya. Biar Kolor Ijo ganteng ngalahin Gala."

Dengan semangat empat lima Riri menyisir bulu Kolor Ijo di sekitaran kepala. Setelah dirasa cukup rapi, Riri mulai memasangkan jepitan berbentuk rambut palsu itu tepat di atas kepala Kolor Ijo.

Sementara Kolor Ijo, entahlah kenapa pagi ini, kucing itu terlihat begitu menurut dengan Riri. Apalagi setelah Riri memuji dirinya tadi. Tidak seperti hari-hari biasanya. Mereka selalu ribut dan bertengkar dengan alasan yang tidak jelas.

"Wih, cakep banget!" Puji Riri. Bangga dengan hasil karyanya. "Kolor Ijo cakep banget! Mirip Bang Dewa!"

Namun beberapa detik kemudian, suara teriakan membuat Riri dan Kolor Ijo berjingkat kaget.

"RIRI!!! LO APAIN KUCING GUE ANJRIT?!" Teriak Dewa shock.

"Meong," jawab Kolor Ijo.

*****

"Gala bangun ih!"

"Galaaaa!!!"

Sejak sepuluh menit yang lalu, Riri sibuk membangunkan Gala yang masih terlelap. Benar, sekarang Riri memang ada di apartemen Gala. Riri datang ke apartemen Gala diantar oleh Eza--papanya.

Tadi Riri sengaja menumpang Eza yang hendak berangkat ke kantor. Karena Gala yang berjanji akan mengajaknya jalan-jalan pagi ini tak kunjung mengabari dan menjemput dirinya, akhirnya Riri berinisiatif untuk datang ke apartemen Gala terlebih dahulu. Masalah Gala akan marah, itu urusan nanti. Begitu pikir Riri.

"Gala bangun!" Suruh Riri kesal. Gadis itu terus memukul-mukul punggung polos Gala yang tak terbalut apa-apa. Namun sampai detik ini tak ada respon apapun yang cowok itu berikan.

"Gala nyebelin! Riri pulang aja deh!"

"AAAA JANGAN!" Cegah Gala cepat sembari menarik satu tangan Riri untuk ia peluk. Riri yang hendak berdiri pun, mengurungkan niatnya.

"Gala gak mau bangun! Terus ngapain Riri di sini?" Tanya Riri kesal.

"Lima menit lagi, gue ngantuk banget, Sri."

"Emang tadi malem Gala gak bobo?"

"Bobo," jawab Gala menciumi tangan Riri dengan kedua mata tetap terpejam. Sebenarnya Gala berbohong. Tadi malam dirinya bergadang hingga menjelang pagi.

Riri yang duduk di tepi ranjang hanya menghela napas mendengar jawaban Gala yang tidak meyakinkan. Tangan Riri bergerak untuk mengusap-usap kepala Gala, membuat cowok itu merasa nyaman dan semakin malas untuk beranjak bangun.

"Terus kenapa sekarang masih ngantuk?"

"Gak tau," geleng Gala. "Jangan diusap."

Riri menghentikan kegiatannya dengan ekspresi bingung. "Kenapa?"

"Nanti gue makin ngantuk sayang," jawab Gala serak. Kedua matanya yang tampak merah, sedikit terbuka, menatap lekat ke arah Riri.

"Cantik," gumam Gala pelan dengan senyum tipis.

Dahi Riri mengernyit tak paham. "Siapa?"

"Mama lo."

"Ih!" Kesal Riri memukul punggung Gala.

Gala tertawa pelan. "Ya lo lah. Lagian lo ngapain nanya? Jelas-jelas cuma ada lo di sini. Bego banget."

"Gala jangan main hp ih! Ayo bangun!"

"Galaaaaaa!"

Riri semakin kesal. Gala, cowok itu bukannya bangun dan siap-siap, sekarang justru asyik bermain ponsel.

"Lo cantik kalo lagi ngomel. Gue rekam."

"Riri emang cantik!"

Gala tertawa lalu meraup wajah Riri dengan telapak tangannya kala melihat Riri menampakkan wajah nyolot. "Dih, pede banget lo."

"AAAAAA GALAAA NAKAL!!!" Teriak Riri karena tiba-tiba Gala menarik tubuhnya hingga terjatuh tepat di sebelah Gala berbaring.

Berbeda dengan Riri yang terus berusaha untuk bangun dan melepaskan diri, Gala justru semakin mengeratkan pelukannya hingga Riri tidak bisa bergerak sama sekali.

"Gala lepasin Riri!"

Gala tidak menggubris permintaan Riri. Cowok itu memeluk Riri erat dan mendekatkan bibirnya ke telinga Riri, lalu bernyanyi lagu favoritnya yang menggambarkan perasaannya untuk Riri dengan suara serak khas orang bangun tidur. Lagu berjudul mine yang dipopulerkan oleh Petra Sihombing itu, akhir-akhir ini sering Gala dengarkan sebelum tidur.

"And I want to make you mine."

"Oh, baby, I'll take you to the sky."

"Forever you and I, You and I, You and I."

"And we'll be together till we die."

"Our love will last forever and forever, you'll be mine."

"You'll be mine. Oh-ooh, oh-ooh."

"Huftt!" Gala meniup telinga Riri selesai bernyanyi. Membuat gadis yang sejak tadi mematung itu mengerjapkan kedua matanya kaget.

"Baper ya lo?" Tanya Gala dengan senyum miring.

"Enggak," bohong Riri. Padahal sejak tadi gadis itu berusaha menyembunyikan agar Gala tidak menyadari jika dirinya sedang salah tingkah.

"Gimana suara gue?" Tanya Gala menduselkan kepalanya ke ceruk leher Riri.

Riri memeluk kepala Gala. "Suara Gala bagus."

Senyum Gala mengembang berkali-kali lipat mendapat pujian seperti itu dari Riri. Namun tak lama kemudian ekspresi Gala berubah menjadi sangat datar kala Riri kembali bersuara.

"Coba Gala ikutan master chef, siapa tau juara hehe."

"Kesalahan terbesar dalam hidup gue adalah percaya sama pujian lo!" Kesal Gala melepaskan pelukan mereka. "Bocil sialan!"

"Hahahahaha." Riri tertawa cekikikan. Puas melihat Gala kesal seperti sekarang. "Tapi beneran bagus kok."

"Ih! Gala jangan foto-foto Riri deh!" Protes Riri menyadari Gala sedang mengambil gambar dirinya menggunakan ponsel.

"Gala!"

Karena terlanjur kesal, Riri membiarkan Gala melakukan apa yang ia mau. Gadis itu mengubah posisinya lalu meraih ponsel di atas nakas. Pura-pura menyibukkan diri.

"Cakep banget, bocil sialan gue," kekeh Gala mengamati foto hasil jepretannya.

Cup

"Gue mandi dulu ya," pamit Gala setelah memberi kecupan ringan di puncak kepala Riri.

Cowok shirtless dengan boxer kuning bergambar Spongebob itu berjalan menuju kamar mandi sambil terus menatap ke arah Riri dengan tatapan kagum. Entahlah, Gala tidak mengerti. Kenapa ia bisa segila ini pada Riri. Bahkan semenjak ia bertemu dengan Riri, menurutnya tidak ada lagi gadis cantik selain Riri.

Sementara itu, tidak ada yang bisa Riri lakukan selain bolak-balik membuka tutup ponsel untuk menunggu Gala menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Hingga sepuluh menit kemudian, Gala keluar dari kamar mandi namun tak Riri sadari.

"Mau ke mana sih? Semangat amat lo? Sampe dateng ke sini duluan?"

Riri mendongak terkejut mendapati Gala sudah selesai mandi dan sekarang berdiri di depannya sambil memakai kaos berwarna putih.

"Dih, sok-sokan nutup mata. Bukannya tadi juga udah liat gue gak pake baju?" Gala duduk di tepi ranjang. Mengacak-acak rambut Riri yang masih memejamkan mata dengan gemas.

"Iya, tapikan tadi gak liat perut Gala."

"Emang kenapa kalo liat perut gue?"

Riri membuka matanya perlahan lalu nyengir tak berdosa. "Riri jadi gemes, pengen pegang."

"Ya udah pegang aja." Gala menarik tangan Riri cepat namun gadis itu berusaha menahan tangannya.

"Boleh?" Kedua mata Riri mengerjap polos.

"Boleh lah," angguk Gala. "Asal pegang doang. Gak sampai raba-raba. Takutnya kebablasan pegang sampe--"

"Sampe apa?" Sela Riri tak sabar.

"Gak," geleng Gala. "Cepet pegang. Katanya mau pegang."

"Keras," ceplos Riri tanpa sadar. Tangan gadis itu masih berada di atas perut Gala. "Kok perut Riri gak bisa kaya gini, ya?"

"Kalo perut lo kaya gini, gue gak mau."

"Kenapa?"

"Ya kali lo cewek badannya rata semua. Emang mau badan lo rata semua kaya boneka barbie geprek yang kemaren lo beli bareng Danis?"

Mengingat boneka barbie miliknya yang berbadan rata dan gepeng, Riri langsung menggeleng cepat. "Gak mau, itukan boneka barbie bencong. Badannya rata. Riri gak bencong."

"Makanya jangan aneh-aneh. Kan gue udah punya perut kaya gini, kalo lo pengen pegang, tinggal pegang punya gu--RIRI TANGAN LO AAARRRGGHHHH!!!!"

*****

Sebenarnya Gala sendiri bingung ingin mengajak Riri jalan jalan ke mana. Sampai akhirnya Gala memutuskan untuk mengajak Riri jalan-jalan ke salah satu wisata terdekat yang banyak wahana bermainnya.

"Gala Riri mau naik itu!" Tunjuk Riri girang.

Gala berdecak kesal. "Bentar, kan masih ngantri tiket masuk, Cil."

"Lama banget deh. Riri capek tau," keluh Riri.

"Udah gue bilang. Kalo lo banyak ngeluh, mending kita pulang. Panas kuping gue denger keluhan lo."

Gala menatap kesal pada Riri yang berdiri di belakangnya. Saat ini mereka masih mengantri di loket pembelian tiket masuk. Suasananya cukup ramai dan sangat panas. Membuat Gala sedikit naik darah jika Riri banyak protes.

"Iya-iya! Gala marah mulu kaya kakek lampir!" Ejek Riri sebal.

"Yang ada itu mak lampir, bukan kakek lampir!" Koreksi Gala. "Ngasal aja lo."

Riri bersidekap dada sambil mendumel pelan. "Gala cowok masa jadi emak-emak sih? Bego deh."

Gala tidak lagi menggubris ucapan Riri dan membiarkan gadis itu memainkan ujung belakang bajunya.

"Baju gue robek, baju lo yang gue pake!" Peringat Gala membuat Riri mendongak cepat.

"Ya udah, enak."

Alis Gala terangkat heran. "Kok enak?"

"Kalo baju Riri dipake Gala, Riri gak baju dong. Enak, gak gerah." Riri mengibaskan tangannya di depan wajah. "Soalnya panas banget di sini."

Gala memejamkan mata untuk menahan rasa kesal. Berbicara dengan Riri memang hanya akan membuatnya darah tinggi.

"Gala kenapa?"

"Gak! Ayo!" Gala menarik tangan Riri saat tiba giliran mereka untuk membayar tiket dan masuk ke dalam wisata.

"Gala Riri mau naik itu!!!" Tunjuk Riri pada salah satu wahana komedi putar.

"Lo aja. Gue nunggu deket situ."

Bibir Riri mencebik. Ia kecewa mendengar jawaban Gala. "Gak jadi! Kan Riri maunya sama Gala!"

Gala mengamati sekitarnya. Sepertinya ia salah besar membawa Riri ke tempat ini. Bagaimana jika ada anak Drax atau rivalnya melihat dirinya sedang bermain-main di tempat seperti ini? Bisa hancur reputasi Gala sebagai ketua geng.

"Ya udah, ayo," putus Gala pada akhirnya. Daripada Riri badmood, lebih baik Gala menurunkan sedikit rasa gengsinya demi Riri.

Mereka berdua berjalan menuju wahana yang Riri maksud. Setelah masuk ke dalam wahana yang dipenuhi tempat duduk berbentuk kuda-kudaan, Riri terlihat kesusahan untuk naik ke atas salah tempat duduk itu. Beruntung melihat hal itu, Gala langsung peka. Gala langsung membantu Riri naik.

"Berani?" Tanya Gala setelah Riri berhasil duduk di atas kuda-kudaan.

Riri menggeleng. "Takut. Bisa gak kalo ini gini aja, gak usah muter?"

"Ck, maksud lo, lo duduk di atas sini, sementara wahananya gak muter, diem doang gitu?"

"Iya, Riri takut kalo muter. Gimana kalo Riri jatuh?"

"Gak bakal, Ri. Liat tuh anak kecil aja berani. Masa lo takut." Gala menunjuk ke salah satu anak perempuan yang naik komedi putar sendirian.

"Namanya juga komedi puter, ya kali diem doang," dumel Gala.

"Oh iya, ya. Kalo diem doang nanti namanya bukan komedi puter tapi komedi cuek," sahut Riri ngelantur. "Kaya Alan, cuek, sukanya diem doang."

"Apaan sih, bawa-bawa Alan." Kesal Gala tidak suka. Gala memang tidak suka, ralat, sangat tidak suka jika Riri membicarakan cowok lain selain dirinya. Sekalipun itu kakak Riri atau sahabat Gala sendiri. Kecuali Ilham.

"Soalnya Alan ganteng banget," ucap Riri cekikikan.

"Udah gue bilang, dia tuh ganteng karena operasi kresek. Masih aja gak percaya. Cuma gue doang yang gantengnya asli."

"Operasi plastik ih! Bukan kresek!" Riri memukul punggung Gala. "Gala boong! Riri udah pernah nanya ke Alan langsung. Kata Alan, dia gak operasi plastik. Emang udah ganteng dari lahir.

"Ya."

"Gala, ini kok lama sih? Kok gak muter-muter? Riri takut tapi pengen ngerasain."

"Ya udah, lo turun aja, terus lo yang muterin nih komedi puter."

"Gak mau ih!"

"Udah gak usah bacot. Kita tungguin aja. Gue bakal berdiri di sini, pegangin lo. Gak usah takut."

"Sini peluk gue," suruh Gala yang langsung dituruti oleh Riri.

Riri memeluk leher Gala erat saat komedi putar yang mereka naiki mulai berjalan. Pada akhirnya, Gala tetap berdiri di samping Riri hingga wahananya berhenti berputar.

*****

"RIRI!" Teriak Gala.

"RIRI SINI CEPET!"

Cowok itu merasa geram melihat Riri tidak menuruti ucapannya. Tadi Gala sudah berpesan agar Riri tetap duduk di tempat semula yang sudah Gala tentukan. Namun sekarang, lihatlah, gadis itu justru berdiri di tempat lain dan entah sedang apa.

"Bandel banget jadi bocah!" Gala menoyor kepala Riri. "Bertingkah mulu! Udah gue bilang, diem di sini. Kenapa lo malah berdiri di sana? Gimana kalo lo ilang? Hah?" Cecar Gala.

"Dah lah, gue gak mau ngajak-ngajak lo ke tempat kaya gini lagi. Kalo lo ilang atau kenapa-kenapa juga gue yang ribet."

"Maaf."

"Maaf-maaf, sadar diri dikit kek. Lo itu apa-apa gak bisa. Bahkan jaga diri sendiri juga gak bisa. Jadi gak usah bandel. Nurut apa yang gue bilang."

Riri tidak bisa mengatakan apa-apa, gadis itu hanya menunduk dalam diam. Karena apa yang diucapkan Gala memang fakta. Mau bagaimanapun, Riri tahu, kalau kemarahan Gala kali ini juga demi kebaikannya. Gala hanya tidak mau terjadi sesuatu pada dirinya.

"Ngapain lo ada di sana?!"

Riri menunjukkan permen lolipop di tangannya. "Riri tadi nyoba main game kaya masukin benda ke atas botol gitu, di sana. Terus dapet ini."

Prak!

Gala membuang permen lolipop di tangan Riri ke sembarang arah. Awalnya Riri ingin melawan, namun menyadari dirinya memang salah, Riri memilih untuk tetap diam.

"Duduk!" Titah Gala.

"Nih." Gala ikut duduk di samping Riri dan menyodorkan permen kapas berbentuk bebek warna kuning yang telah ia beli hingga mengantri hampir satu jam.

Mata Riri tampak berbinar bahagia. Sedetik kemudian saat menyadari amarah Gala barusan, Riri kembali berusaha terlihat biasa saja. "Bagus banget bentuknya," pujinya agar Gala tak marah-marah terus.

"Suka?"

"Suka."

"Mulut bebeknya kaya mulut Gala kalo lagi marah."

Gala berdecak pelan. "Enak aja! Udah gue beliin sampe ngantri satu jam. Malah ngatain gue mirip bebek!"

"Tadi sebelum berangkat nyubit perut gue sampe luka, sekarang ngatain," dumel Gala. "Emang bocil sialan."

"Gala capek ya?"

"Ya lo pikir aja, Sri. Berdiri hampir satu jam buat ngantri. Panas-panas gini. Terus pas balik, lo nya bandel. Gak nurut pesan gue."

"Bukan," geleng Riri. "Maksud Riri, Gala capek kalo Riri bandel?"

Gala terdiam.

"Maafin Riri. Riri bukannya mau bandel. Riri cuma pengen ngelakuin sesuatu tanpa harus minta bantuan ke Gala. Riri udah gede. Udah lulus sekolah. Bentar lagi kuliah. Riri gak mau apa-apa gak bisa sendiri. Jadi tadi inisiatif buat main game itu tanpa bilang ke Gala." Riri menjeda ucapannya. Gadis itu meraih satu tangan Gala.

"Maafin Riri, cara Riri emang salah," lanjutnya.

"Cepet makan, keburu gepeng kena angin permen kapasnya," kata Gala mengalihkan topik pembicaraan mereka.

Riri mengangguk. Gadis itu menuruti ucapan Gala tanpa bantahan.

Melihat rambut Riri yang berantakan dan bercampur keringat, Gala berinisiatif untuk mengikatkannya dengan karet gelang hitam miliknya.

"Panas ya?"

Gala merasa kasihan melihat keringat Riri tidak berhenti bercucuran. Cuaca hari ini memang sangat panas. Apalagi semua wahana permainan di sini terletak di outdoor.

"Iya," jawab Riri sibuk memakan permen kapasnya.

Gala mengibaskan kedua tangannya di depan wajah Riri. Seolah tangan itu ia jadikan kipas untuk mengipasi Riri yang kepanasan. "Pulang ya habis ini. Kasihan, muka lo sampe merah gitu karena kepanasan."

"Tapi Riri masih pengen main." Riri menatap Gala dengan ekspresi menggemaskan. Membuat Gala jadi tidak tega untuk menolak permintaan Riri.

"Oke, satu kali wahana lagi?"

"Tiga," tawar Riri.

Gala menghela napas. "Dua."

Senyum Riri mengembang lebar. "Oke dua!" Angguknya begitu semangat.

"Udah habis permen kapasnya, ayo main lagi!"

Riri berdiri sambil menarik-narik tangan Gala. Mau tak mau, Gala mengikuti permintaan Riri. Cowok itu berjalan di belakang Riri yang terlihat begitu semangat naik wahana untuk kesekian kali. Padahal jika boleh jujur, kepala Gala sudah pusing karena kebanyakan naik wahana yang berputar.

"Auh!" Riri memegang kakinya yang terpelintir.

"Tuh kan!" Gala menatap Riri khawatir. "Jalannya pelan-pelan aja bisa gak sih?! Gak usah pake buru-buru!"

"Sakit," adu Riri dengan mata berkaca-kaca.

"Sini, gue gendong belakang."

Gala memposisikan dirinya di depan Riri. Setelah Riri naik ke atas punggungnya, Gala membenarkan posisi tubuh Riri di dalam gendongannya. Membawa gadis itu ke tempat duduk tadi untuk melihat kakinya yang terpelintir.

"Sakit hiks..."

"Sampe merah gini."

Gala melepas sepatu dan kaos kaki yang Riri kenakan agar bisa melihat lukanya dengan jelas.

"Sakit banget?" Gala mengusap-usap jari-jemari kaki Riri dengan gerakan pelan untuk mengurangi rasa sakitnya. Sesekali cowok itu juga memberi tiupan lembut.

"Iya," angguk Riri.

"Ya udah, kita pulang."

"Gak ma--"

"Pulang!" Tegas Gala. Ia melayangkan tatapan tajam pada Riri. Membuat bibir gadis itu mengatup rapat. Tidak berani membantah.

*****

"Loh? Riri kenapa Gal?" Tanya Vina panik melihat Gala mengendong Riri ala bridal style.

"Kakinya keseleo Tante," jawab Gala.

"Kamu bawa ke kamar dulu ya, Tante ambilin kompresan."

Gala mengangguk. Cowok itu langsung membawa Riri ke kamar gadis itu yang terletak di lantai dua.

"Masih sakit?" Tanya Gala menurunkan Riri di atas tempat tidur.

"Masih."

Gala mengamati kaki Riri dengan saksama. "Ini kayanya juga efek sepatu lo. Sepatu yang lo pake kekecilan, makanya jari-jari kaki lo merah gini. Kenapa masih dipake, hm?"

Riri menunduk. Riri tahu, sepatu yang ia pakai tadi memang sudah kekecilan. Tapi ia sengaja tetap memakainya karena alasan tertentu.

"Itu satu-satunya sepatu dari Bunda yang masih bisa Riri pake. Yang lainnya udah rusak dan gak muat," jujur Riri setelah terdiam cukup lama.

Gala menghela napas pelan sebelum akhirnya mendekat dan mengusap-usap kepala Riri. "Disimpen aja ya. Kalo lo maksain buat dipake, nanti kaki lo luka lagi. Bunda pasti gak suka liat lo terluka."

Riri mengangguk. "Iya, Riri simpen aja. Gak dipake lagi."

"Pinter." Senyum Gala mengembang.

Tak lama kemudian, Vina, wanita itu datang membawa baskom kecil dan kompresan air dingin.

"Biar saya aja Tante," kata Gala sopan. Gala mengambil alih apa yang dibawa Vina.

Vina mengangguk sambil tersenyum. "Ya udah, tolong kompresin ya, Gal. Tante mau buatin minuman buat kalian."

"Eh, gak--"

"Udah gak papa," sela Vina cepat. Vina menatap ke arah Riri lembut. "Biar dikompresin Gala ya, sayang. Mama ke dapur dulu."

"Iya, Ma."

"Ngapain dikompres pake air dingin?" Tanya Riri pada Gala yang sibuk mengompres kakinya.

"Biar nyerinya mendingan." Gala menatap Riri mengejek. "Katanya mau jadi dokter? Masa kaya gini aja gak tau?"

"Gak jadi. Riri gak mau jadi dokter. Takut."

"Bagus."

"Kok bagus?"

"Ya kan gue maunya kita kuliah satu kampus dan satu jurusan, biar bisa satu kelas. Gue gak minat sama sekali buat jadi dokter."

"Gala, kita kuliah di mana?"

Gala menghentikan pergerakannya. Cowok itu terdiam cukup lama sampai akhirnya panggilan dari Riri membuat lamunannya buyar.

"Gala?"

"Em, masih sakit banget?"

"Dikit." Riri bingung melihat ekspresi Gala yang tampak seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Mata Riri memincing penuh curiga. "Gala kenapa?"

"Gak papa," geleng Gala. "Oh iya, ini buat lo."

Gala memberikan satu gelang hitam dengan liontin berbentuk kura-kura di tengahnya. Gelang yang tadi malam ia buat sendiri hingga dirinya tidak tidur.

"Suka gak?"

"Suka," jawab Riri menerima gelang pemberian Gala.

"Sorry jelek, gak sebagus dan gak semahal kalung yang dibeliin Danis kemarin."

Benar, kemarin Riri memang bercerita pada Gala kalau Danis memberinya sebuah kalung. Namun karena Riri takut Gala marah, tadi pagi sebelum Riri berangkat ke apartemen Gala, Riri sudah melepas kalung itu.

"Gue bisa aja beliin lo barang mahal dan mewah. Tapi gue yakin, yang buat lo bahagia bukan barang kaya gitu. Makanya gue kasih gelang ini." Gala tersenyum tipis melihat Riri sedang mencoba memakai gelang pemberiannya. "Lo sendiri kan yang bilang kalo kura-kura itu melambangkan otak lo yang lemot?"

Riri tertawa pelan. Ia sama sekali tidak tersinggung dengan ucapan Gala. "Iya."

"Gelang kita sama, bedanya punya gue bukan kura-kura, tapi singa."

Gala menunjukkan satu gelang lainnya yang mirip dengan gelang milik Riri hanya berbeda di bagian liontin nya saja. Punya Riri kura-kura dan punya Gala singa.

"Bagus!" Puji Riri.

Tangan Gala bergerak untuk mengacak rambut Riri gemas. "Biarpun lemot, lo bakal tetep jadi cewek yang paling gue sayang di bumi ini. Gak ada yang lain."

"Bahagia gue itu sederhana. Liat lo ada di samping gue dan baik-baik aja, itu udah lebih dari cukup."

Gala merentangkan kedua tangannya ke hadapan Riri. "Sini peluk gue dulu."

Tanpa ragu, Riri langsung menghambur ke dalam pelukan Gala. Menikmati setiap usapan lembut yang Gala berikan di kepala hingga punggungnya.

"Gimanapun kisah akhirnya nanti, gue bakal terima, dengan syarat paten lo harus lebih bahagia dari hari ini."

Ting!

Gala melepaskan pelukan mereka lalu melihat siapa yang mengirim pesan untuknya.

Gala berdecak pelan. "Gue pulang dulu ya."

"Tap--"

Cup

Gala mengusap-usap pipi Riri setelah memberi kecupan ringan di kening gadis itu. "Nanti malem gue ke sini lagi, sayang."

*****

Gak usah ovt pren, mending tetap happy kiyowo aja😇

Chapter selanjutnya mau gimana? Aku sama Alan nikah?

PPP YANG GATAU LAGU YG DINYANYIIN GALA ITU UDAH AKU KASIH LAGUNYA DI ATAS👍🏻

Pesan buat Gala?

Pesan buat Riri?

Pesan buat siapa aja?

Buat author juga boleh :

Mau up kapan? Spam disini!!! Semakin banyak yg komen dan vote semakin cpt juga up nya.

Spam komen pake emoji ❤ :

Jangan lupa follow instagram :

@tamarabiliskii
@drax_offc
@draxfanbase
@draxfanbase2

@galaarsenio
@serinakalila
@alan.aileen
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
@rayhandewaa
@danisardhan
@nenda.makaila
@cholineangelica_

See yoouu 🤎🤎

Gemes banget bocil sama paketu😻

Continue Reading

You'll Also Like

7.9K 168 20
WARNING ⚠️ BANYAK KATA KATA KASAR Alexandra Eustacia leana Mahasiswi rumit, susah diatur ,dan tidak lepas dari ketoxic-an Dan Dosen Gila yang sanga...
1.5M 75.3K 53
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
5.8M 307K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
601K 1.9K 13
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. πŸ”žπŸ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...