ANTHALA || SUDAH TERBIT

By HannLestari01

3.6M 347K 72.9K

[SUDAH TERBIT] Segera baca part masih lengkap ⚠"πš‚πšŽπšžπš“πšžπš—πš πš”πšžπš”πšž πš•πš˜ πš‹πšŽπš›πšŠπš—πš’ πšœπšŽπš—πšπšžπš‘ πš’πšœπš... More

πŸ”Ή1. Anthala Gavier Algafraneza
πŸ”Ή2. Perempuan Dihati Anthala
πŸ”Ή3. Datang Melamarmu
πŸ”Ή4. Aku Serius Karena Allah
πŸ”Ή5. Senyuman Anthala
πŸ”Ή6. Milik Seorang Anthala
πŸ”Ή7. Perempuan Terpenting
πŸ”Ή8. Jangan Ragu
πŸ”Ή9. Pertarungan Antar Geng
πŸ”Ή10. Harus Mengalah
πŸ”Ή11. Nikah Muda?
πŸ”Ή12. Nyanyian Nalan
πŸ”Ή13. Menikahlah Denganku
πŸ”Ή14. Alhamdulillah Sah!
πŸ”Ή15. Imamku Badboy
πŸ”Ή16. Lantunan Surat Ar-Rahman
πŸ”Ή17. Aku Dan Kamu
πŸ”Ή18. Pernikahan Rahasia
πŸ”Ή19. Cinta Tulus
πŸ”Ή20. Lagu Untuk Istriku
πŸ”Ή21. Tasbih Yang Ku Genggam
πŸ”Ή22. Kisah Kelam
πŸ”Ή23. Jangan Ragu
πŸ”Ή24. Tatapan Cinta
πŸ”Ή25. Jatuh Cinta
πŸ”Ή26. Dunia Malam
πŸ”Ή27. Satu Ciuman
πŸ”Ή28. Mine
πŸ”Ή29. Satu Malam Bersamamu
πŸ”Ή30. Kebohongan Naira
πŸ”Ή31. Kekecewaan Anthala
πŸ”Ή32. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή33. Kita Baikan?
πŸ”Ή34. Pelukan Kehangatan
πŸ”Ή35. Terungkapnya Fakta
πŸ”Ή36. Geng CRIOZ
πŸ”Ή37. Ingkar Janji
πŸ”Ή38. Penulis & Pilot
πŸ”Ή39. Kepanikan Anthala
πŸ”Ή40. Melawan Batas
πŸ”Ή42. Penenang Hati
πŸ”Ή43. Apa Itu Cinta?
πŸ”Ή44. Obsesi Atau Cinta?
πŸ”Ή45. Jangan Percaya
πŸ”Ή46. Kepercayaan Yang Sirna
πŸ”Ή47. Percaya Padamu
πŸ”Ή48. Kegaduhan Di Alidra Scholl
πŸ”Ή49. Ujian Dari Allah
πŸ”Ή50. Permintaan Naira
πŸ”Ή51. Cinta Sampai Mati
πŸ”Ή52. Kenangan Abadi
πŸ”Ή53. Ragamu Milikku
πŸ”Ή54. Pelukan Seorang Ayah
πŸ”Ή55. Fakta Yang Mengejutkan
πŸ”Ή56. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή57. Selamat Tinggal Abu-abu
πŸ”Ή58. Jangan Pergi
πŸ”Ή59. Imam Terakhir
πŸ”Ή60. Akhir Kisah | END
❗SEGERA TERBIT❗
PO ANTHALAπŸ”₯
Cerita Baru❗

πŸ”Ή41.Anthala Dan Prinsipnya

47.3K 4.8K 1.4K
By HannLestari01

Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, karakter, dan alur. Cerita ini murni pemikiran otak Han sendiri.

®Story Of "Anthala | My Husband Is Badboy"









Follow akun penulisnya HannLestari01

Jangan lupa berikan vote dan komen sebagai support untuk penulis:)

Happy Reading!

WARNING 18+

HAN UDAH PERINGATAN YANG BELUM CUKUP UMIR SKIP AJA🙏

"Siapapun orang yang berani melukai istri gue berarti lo siap berurusan dengan gue."

-ANTHALA-

_______


"Jadi?" tanya Raja memecahkan keheningan karena Marvin sejak tadi hanya diam saja.

Hey! Raja tidak tahan terus berdiam diri seperti ini dan tidak ada obrolan apapun. Ia menghela napas, es batu macam Marvin mana mau capek-capek mengeluarkan suaranya.

Satu kata aja Marvin mungkin sulit mengeluarkannya. Memang perkataan Marvin sangat mahal jika ingin dibeli.

"Ck! Di mana si Nalan sama Gama? Ini sudah jam dua belas loh. Anjir mereka pasti kabur gak mau menjaga ibu negara. Awas aja jika benar-benar terjadi gue laporin ke bos nanti."

"Bisa diam?" tanya Marvin menatap tajam Raja. Dia sedang berkonsentrasi membaca buku disaat-saat seperti ini untuk mengisi kekosongan.

Tiba-tiba suara langkah sepatu yang saling bersahutan terdengar membuat mereka berdua mendongak seketika.

Seorang suster cantik dan di sampingnya ternyata ada Nalan berjalan kearah mereka.

"Lo habis ke mana sih? Kenapa lama banget?!"

Nalan hanya bisa cengegesan sambil memeluk celengan ayamnya. Laki-laki berkuncir ke atas itu menggoyangkan celengan ayamnya hingga suara koin terdengar.

"Sekarang waktunya pasien bernama Naira makan siang, kalian bisa masuk menjenguknya," ucap sang suster sambil membuka ruang di mana Naira dirawat.

"Beneran bisa Sus?" tanya Raja antusias. Karena sejak pagi dan sekarang ini mereka tidak dibolehkan untuk masuk sebab pasien tengah dalam masa perawatan dan butuh ketenangan.

Naira memang sudah dipindahkan dari ruang IGD ke ruang VIP oleh Max. Ajudan Anthala dua jam lalu datang dan siap sedia jika Naira membutuhkan apapun.

"Iya, pasien alhamdulillah sudah membaik."

"Eh tunggu di mana kakak lo Nalan?" tanya Marvin karena seharusnya Nalan ke rumah sakit berdua dengan Gama bukan malah bareng dengan suster cantik ini.

"Itu Gama!"

Gama yang mendengar namanya disebut hanya bisa tersenyum kecut sambil berjalan kearah mereka. Dia menjatuhkan barang bawaannya—lebih tepatnya barang milik Nalan.

"Gama lo mau camping ke mana?" tanya Raja memahan tawa. Bisa-bisanya Gama membawa kasur kecil yang muat satu orang di tas besar yang Raja prediksi itu barang-barang untuk menginap.

"Ini punya Nalan bukan punya Gama." Malah Nalan yang membalas perkataan Raja dengan cepat.

"Sebaiknya kalian jangan pada ribut, jika kalian masih ribut si Max pasti gak memperbolehkan kita untuk masuk," ujar Marvin geram. Dia masih mengingat ajudan bosnya itu melarangnya masuk sebab Raja terus saja mengomel.

Suster cantik itu sudah masuk beberapa menit lalu disusil Marvin dan ketiga temannya.

Ruang VIP memang beda, di ruang rawat ini begitu besar dan terdapat sofa yang sangat nyaman. Tatapan mereka jatuh pada Max, pria berumur dua puluh lima tahun itu tengah berdiri seperti patung dekat sofa sambil menatap ke depan.

"Selamat pagi Naira, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya suster yang bernama tag Arina.

"Alhamdulillah baik Sus. Rasa sakit di leherku sedikit membaik dan tidak sesakit saat pagi tadi."

Suster Arina menghela napas lega lalu menaruh makanan untuk pasiennya di atas nakas.

"Sepuluh menit lagi kamu harus makan bubur ini. Jangan lupa untuk dihabiskan."

Naira mengangguk sambil tersenyum dibalik cadar hitamnya. Dia sekarang sudah merasa lebih baik tapi kadang tubuhnya akan merasakan sakit tiba-tiba. Kata Dokter yang merawatnya ia harus dirawat inap di rumah sakit ini, entah beberapa hari ia akan di rawat di sini. Ia sangat merindukan rumahnya.

"Ada pasien lain yang harus saya urusi, kamu bisa makan sendiri, kan?" tanya suster Arina.

"Insya Allah bisa Sus."

Suster itu tersenyum lalu mengelus hijab biru Naira. Dia ingin menyuapi anak remaja ini tetapi atasannya menyuruhnya untuk pergi ke ruang IGD karena ada keadaan mendesak.

"Kalau gitu saya pergi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Suster."

"Suster tunggu," tahan Naira tiba-tiba membiat suster Arina mengurungkan niatnya untuk membuka pintu.

"Iya Naira ada apa?"

"Bisa pintunya dibukakan saja?"

Suster Arina mengangguk paham lalu menghilang dibalik pintu yang terbuka lebar.

Naira menatap kelima teman-teman suaminya yang kelihatannya tengah saling berdebat entah kenapa.

"Kak Max, Bi Sumi kapan ke sini?"

"Menjawab Nona muda, Bi Sumi masih dalam perjalanan."

Naira canggung karena di ruangan ini hanya dirinya yang perempuan. Ke mana suaminya? Karena saat ia bertanya pada ajudan suaminya dia tidak menjawab.

"Bundahara bosan yah?" tanya Nalan beranjak dari sofa berniat berjalan kearah brangkar Naira.

"Jaga jarak mustofa!" cegah Raja menarik rambut kuncir Nalan hingga rambut panjangnya terurai.

"Raja kamu kenapa sih?! Kan kunciran Nalan jadi terlepas!"

"Bisa diam? Atau saya usir kalian keluar. Nona muda butuh ketenangan bukan keributan," peringat Max sudah siap menarik kelima teman Tuan mudanya.

"Eh, kak Max jangan seperti itu. Aku malah bersyukur mendengar keramaian ini. Aku tidak suka kesunyian."

Max kembali keposisi semula membuat Naira meringis. Ajudan suaminya macam tentara saja yang terus berdiri tegak dan ketika ia ajak berbicara pun dia hanya diam kecuali ketika ia bertanya.

"Nai tadi lo bilang Bi Sumi mau datang ke sini, kan? Biar gue jemput gimana?" Raja menawarkan diri dengan baik hati.

"Heh Kang playboy! Bi Sumi itu pembantu bos sejak kecil masa lo mau sama wanita tua?"

"Apa lagi nanti jika beneran Bi Sumi dijemput sama si Raja mungkin nyawanya sudah menghilang. Raja edan kalau bawa motor kaya mau bawa orang ke neraka," sahut Nalan lagi tertawa keras.

"Astagfirullah hal'adzim mustofa jaga bahasanya," ucap Raja sambil mengeplak kening temannya ini.

"Modal tampan aja bangga, huuuu!" teriak Nalan sambil bersembunyi diketiak Gama.

"Lo ada masalah sama gue Nal? Yok kita pergi dari sini, kita separing di luar sekarang!" Raja menarik ujung jaket kebanggaan milik Nalan untuk tidak terus bersembunyi diketiak Gama.

"Alah nanti juga Raja kalah."

"Kalian sudah mau keluar tapi masih kaya anak kecil suka berantem," komentar Naira terkekeh kecil.

"Pribahasanya tuh gini Nai, senang-senang dulu sengsara belakangan," ujar Raja membuat mereka tertawa.

"Cita-cita lo sepertinya mau jadi gelandangan yah Raja," sahut Gama pedas sambil mendorong Raja agar menjauh dari adiknya.

"Enggak lah, gini-gini juga gue punya cita-cita hebat."

"Apa memangnya?" kompak mereka. Sepertinya penasaran dengan cita-cita playboy buaya darat ini.

"Cita-cita gue jadi CEO di Perusahaan sendiri. Bayangkan saja gue jadi CEO muda pasti para cewek mengidam-idamkan gue. Gue bukan halu yeh, mohon maaf mantan gue banyak sekitar 60 orang, gue harus cari pacar sampe ke 100 orang agar sama kaya celengan punya Nalan. Tinggal 40 orang lagi cewek yang harus gue pacarin."

"Celengan Nalan ada 99 bukan 100," koreksi Nalan sambil memperlihatkan sembilan jarinya dan sembilan jarinya lagi dia suruh Gama memperlihatkannya ke Raja.

"Kalau gitu gue harus mengumpulkan 99 mantan gue nanti pas di angka ke 100 itu berarti jodoh gue."

"Alah bicit palingan nanti balikan sama si dingin Keysa."

Naira yang sejak tadi menyimak akhirnya angkat bicara.

"Dosa menyakiti perasaan seorang perempuan, Raja. Aku jadi teringat perkataan dari Imam Ali R.A. Beliau mengatakan 'Ketika seorang wanita menangis karena perbuatan seorang lelaki, maka malaikat akan mengutuk setiap langkah lelaki itu.'

Tidak hanya itu saja dosa loh pacaran karena pacaran termasuk zina apalagi tanpa ada ikatan pernikahan. Sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra ayat 32.

'Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus," ucap Naira panjang lebar sampai dia melupakan rasa sakit di tenggorokannya karena fokus menasehati Raja.

"Ini nih lelaki calon penghuni neraka sesungguhnya," sahut Gama puas melihat wajah Raja yang pias saat ini.

"Idih sok tahu loh!" seru Raja merubah raut wajahnya.

"Aku kaget loh kamu punya mantan 60 pantes Keysa mengatakan kamu cowok playboy," ujar Naira.

"Ternyata diam-diam mantan pertama gue suka gosipin gue ke orang lain yah," sahut Raja membuat Naira menutup bibirnya. Ia tidak sadar keceplosan padahal Keysa mewanti-wantinya untuk merahasikannya dari Raja.

"Memangnya mimpi kalian apa? Kalau suamiku ingin menjadi pilot, Raja mau menjadi CEO muda, kalau Gama, Nalan dan Marvin gimana?" tanya Naira sambil duduk di brangkarnya karena bosan terus berbaring. Dia berniat mengalihkan pembicaraan.

"Gue belum kepikiran masa depan," ujar Marvin sambil menatap langit. Tidak terasa ia beberapa bulan lagi semester 1 akan tiba.

"Kalau gue sih ingin mendirikan cafe, gue suka masak soalnya," sahut Gama mantap.

"Iya Gama paling pandai memasak. Soalnya dari kecil Gama selalu menyiapkan sarapan untuk Nalan."

"Terus cita-cita kamu apa Nalan?" tanya Naira penasaran.

"Nalan ingin mengejar mimpi tapi males lari, gimana doang?" tanya Nalan polos sambil tertawa seperti orang bodoh.

"Kamu lucu," sahut Naura sambil tertawa hingga kedua matanya menyipit.

"Aduh jantung Nalan dag dig dug rasanya dibilang lucu. Nalan mau kayang rasanya!"

"Lebay loh Nal!"

"Ih apa sih Raja sok kenal jadi orang!"

Teman-teman suaminya ini sangat menghiburnya, setidaknya ia bisa melupakan rasa sakitnya.

"Kalian tahu gak kak Antha pergi ke mana? Soalnya aku khawatir ia melakukan berbahaya."

"Bos pergi mencari Leon dan beberapa jam lalu si bos memerintahkan untuk membawa Melisa ke tempa-"

"Nyet lo ngomong apa sih? Yakali si bos pergi mencari cowok bajingan itu," potong Marvin cepat, menatap tajam Raja yang bisa-bisanya dia mengatakan hal itu.

"Jangan bilang Leon dan Melisa terlibat dengan orang yang meracuniku," gumamnya segera memerintahkan Max untuk mengambil tasnya.

"Ini tas Anda Nona muda."

Naira segera membuka tasnya, di sana ia mengambil ponselnya dan menelepon nomor suaminya.

"Kak Antha aku mohon angkat," gumam Naira dengan kedua mata berkaca-kaca membuat semua orang di ruang ini pun panik seketika.

"Raja gue tandai lo!" seru Marvin sambil beranjak dari sofa dan mendekat ke brangkar Naira.

"Naira, tenangkan diri lo. Lo jangan panik, Anthala gak mungkin melakuka-"

"Jangan berbohong hanya demi menenangkanku Marvin," lirih Naira terus menelepon suaminya namun suaminya tidak mengangkat teleponnya.

"Aku benci perkelahian. Tidak seharusnya perbuatan jahat dibalas dengan kejahatan!"

********

Suara langkah sepatu terdengar di jalan yang sepi ini. Tidak ada kendaraaan apapun yang lewat karena di jalan ini sudah ada tanda peringatan sebab jalanan rusak dalam masa perbaikan.

Kini seorang pria berjaket yang terdapat gambar naga di punggungnya itu memegang tongkat baseball dengan kuat.

Rintikan air hujan turun di malam hari yang gelap ini membuat suasana semakin mencengram.

"Lokasi keberadaan pria bajingan itu tidak jauh dari sini. Seberapa kuat lo lari menjauh gue akan terus mengejar lo bajingan!"

Dia Anthala, Anthala Gavier Algafraneza. Auranya begitu pekat, dikedua matanya terdapat hasrat untuk membunuh.

Ia tidak salah memprediksi bahwa Leon terlibat karena meracuni istrinya. Sumber permasalahan ini ada pada Leon.

"Berani-beraninya cowok bajingan itu meracuni istri gue!"

Suara deringan dari sakunya beberapa kali terdengar namun Anthala abaikan. Fokusnya sekarang mencari di mana Leon bersembunyi.

Sebenarnya suara deringan itu sejak siang, sore dan malam ini terdengar namun ia tidak ada niat untuk mengangkatnya.

Anthala melangkah dengan perlahan-lahan, bibirnya menyeringai sudah tidak sabar memberikan pelajaran pada Leon. Sudah terhitung ia dari jam 10 pagi sampai malam ini terus mencari keberadaan Leon dan sekarang ia berhasil menemukan titik di mana Leon bersembunyi.

Ia sudah tidak sabar angkat tangan memberikan pelajaran pada Leon karena kemarin yang membuat wajah Leon hancur serta kepalanya botak itu perbuatan Max, ia hanya melihat saja. Ia masih mengingat istrinya tidak suka ia berkelahi namun, sekarang ia sendiri yang harus turun tangan karena Leon sudah melanggar batas peraturannya.

Langkah kakinya tiba-tiba berhenti, dibelakanngnya ia merasakan langkah kaki seseorang yang mendekat, dan dalam sekejap ia sudah tahu bahwa Leon ada di belakangnya siap untuk menghajarnya.

Tapi tidak semudah itu, Anthala menahan kayu balok yang dipegang Leon, dia mencengram pergelangan tangan kanan Leon dan saat itu juga dia membantingkan tubuh pria itu ke tanah hingga terdengar bunyi tulang patah.

"Pria pengecut kaya lo tetap aja pengecut dan suka nyerang gue dari belakang."

"Sialan lepas!" Leon berusaha memberontak hingga urat-urat di lehernya terlihat.

"Melisa, cewek sialan itu sudah mendapatkan ganjarannya dan dia tidak bisa menutup mulutnya, terpaksa mengatakan bahwa pria bajingan kaya lo yang memberikan serbuk beracun pada bekalnya untuk diberikan ke istri gue!"

Anthala mencekik leher Leon, dia ingin membunuh serangga yang berani membuat istrinya masuk ke rumah sakit.

"Mati anjing!"

"Cowok kaya lo gak pantas berada di muka bumi ini!"

Suara deringan dari ponsel milik Anthala kembali terdengar namun, tidak membuat Anthala melepaskan cekikannya malah semakin erat mencekik leher pria itu, hingga saat ini wajah Leon sudah memerah kehabisan napas.

Leon dengan keadaan yang sudah lemah berusaha merogoh saku jaket milik Anthala diam-diam dan dengan perlahan menggeserkan ponselnya menerima telepon dari seseorang. Semoga yang menelepon dari ponsel Anthala adalah orang yang akan menyelamatkan hidupnya.

'Kak Antha pulang!'

'Kalau kakak sekarang gak pulang selamanya aku akan membenci kakak!'

Anthala yang mendengar suara istrinya pun pada akhirnya melepaskan cekikikan di leher Leon. Dia merebut ponselnya yang dipegang Leon.

"Keadaanmu sudah membaik sayang?" tanyanya sambil menatap ponselnya dengan sendu.

'Kak Anthala aku bilang pulang sekarang!'

Anthala menatap Leon yang kini tengah menghirup napas sebanyak mungkin.

"Gak bisa sayang," ucapnya masih tetap pada pendiriannya. Siapapun orang yang telah melukai istrinya maka harus mati.

'Oke kalau gitu aku akan membenci kakak seumur hidupku jika kakak gak pulang sekarang!'

Jantung Anthala berdetak kencang, pada akhirnya dia menghela napas sambil menginjak kaki kiri Leon yang akan mencoba kabur.

"Oke kakak pulang sekarang. Tunggu dua puluh menit kakak akan sampai ke rumah sakit Permata. Kakak tutup teleponnya kalau git-"

'Jangan ditutup teleponnya sampai kakak berada di rumah sakit.'

Anthala melampiaskan emosinya dengan mengigit bibirnya hingga berdarah. Anthala tidak bisa menolak permintaan istrinya selain menurutinya.

"Lo aman untuk kali ini Leon," desis Anthala pergi sambil meludahi kaki Leon.

'Kak Antha aku gak suka yah kakak berkelahi lagi.'

"Iya sayang." Anthala hanya bisa mengatakan hal itu sambil mengendarai motornya dengan kecepatan kencang. Dia menaruh ponselnya di telinganya sambil menggunakan helm agar suara istrinya dapat terdengar jelas.

"Bentar lagi kakak sampe sayang. Tunggu kakak."

Bersambung....


Continue Reading

You'll Also Like

61.7K 16.7K 51
Tentang cinta beda agama, Friendzone, dan sebuah rahasia yang belum terkuak. β€’β€’β€’ Brandon tidak pernah menyangka jika dia akan menyukai Aylin, seorang...
519 66 8
Tentang sebuah cerita asmaraloka antara Aksa Nawasena Bhumantara dengan Vanaella Allexana Zhea Aksa, Anka, Allexa Dibaca yuk! Semogaa kalian suka🀍 ...
3.4M 97.8K 13
Tentang seorang laki-laki yang menyandang status ketua geng motor harus menikahi seorang gadis bercadar hanya karena sebuah perjodohan. Dia Muhammad...
1.9K 250 24
~ Dia milikku, selalu seperti itu, aku hanya membutuhkan waktu Cerita ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang lelaki yang teguh dengan nilai-nilai...