The J8

By BelladonnaTossici9

26.7K 3.2K 427

Leander, mantan tentara Kopassus, menaruh dendam kepada Joy. Wanita itu mengubah hidupnya, menyebabkan senior... More

🎄 HAPPY HOLIDAY 🎅
1. KLIEN SEKARAT
2. SEPERTI PERNAH MENDENGAR NAMA INI
3. WANITA YANG DICARI
4a. TIDAK MENGENAI SASARAN
4b. SERKA IMAM HERBOWO
5a. KAWAN LAMA
5b. PENYERANGAN SERKA IMAM
6a. DITINGGALKAN
6b. KABAR DUKACITA
7a. PEMAKAMAN
7b. KETERANGAN DARI KAWAN LAMA
8a. REKAMAN CCTV RUMAH SAKIT
8b. PEMBALASAN
9a. PERINGATAN JUAN
9b. HARUSKAH DIA DIPECAT?
10. SIASAT ANGELA
11a. PERTARUNGAN MASSAL
11b. BRIAN
12a. PARA PENCARI PERHATIAN
12b. JOY TAHU
13a. PENGAWAL BARU
13b. KENAPA DIA KAKU SEKALI?
14a. PERSIAPAN MENGAWAL
14b. PENGAWAL BARU
15. KEBAB KESUKAAN
16. SARAN YANG SAMA
17. PERHATIAN YANG BERBEDA
18a. SARAN JOSEPHIRA
18b. SARAN JOSEPHIRA
19a. MEETING YANG PANJANG
19b. MENGGANTIKAN ADAM
20a. PENYADAP
20b. MENYADAP TARGET
21. MALAM YANG MENGESANKAN
22a. COBAAN BERAT
22b. MEMATA-MATAI
23. LAYANAN LEANDER
24a. DOSA ITU ENAK
24b. MENCOBA BERSIKAP BIASA
25a. WEJANGAN FELIX DAN TELEPON LILIANA
25b. LILIANA
26a. FETISH SAMUEL
27a. KEJUTAN PANAS
27b. MENYELAMATKAN LILIANA
28a. SALING BERCERITA
28b. SERANGAN
29a. MENINGGALKAN RUTINITAS
29b. PENGORBANAN JOY
30a. KRITIS
30b. KRITIS
Survey
31a. ANCAMAN JUAN
31b. ANCAMAN JUAN
PENGUMUMAN

26b. SWINGER CLUB

463 55 8
By BelladonnaTossici9

Liliana tidur di lantai kamar mandi. Kerongkongannya terasa kering. Percuma mengharapkan kiriman air atau makanan dari Samuel.

Pengalaman adalah guru terbaik, dan pengalaman Liliana mengatakan dia harus minum air keran jika tidak mau mati dehidrasi. Maka itulah yang dia lakukan, memutar keran sampai mengalirkan air. Ada air hangat juga.
Liliana lebih tahan lapar daripada haus. Samuel sering mengurungnya karena melawan meladeni fetish-fetish aneh. Samuel menyukai seks beramai-ramai. Pesta seks private. Samuel tentu menjaga citra. Maka dia memastikan peserta pesta seksnya bukan tukang mengumbar rahasia.

Sekali saja Liliana berpartisipasi dalam seks ramai-ramai. Waktu itu ada dia, enam orang pengusaha, dan satu orang perempuan lain yang ternyata sekretaris dari salah satu pengusaha. Liliana harus merelakan dirinya tersiksa. Semalaman dipaksa memenuhi fantasi bejat para laki-laki. Tujuh orang pria termasuk Samuel menggagahinya. Cukup sekali. Setelah itu Liliana selalu melawan.

Kalau orang mengenal Samuel sebagai pengusaha muda sukses, sayang istri, dan religius, mereka tertipu. Samuel pandai memainkan peran protagonis.

Bobot tubuh Liliana semakin merosot. Samuel mengatakan Liliana mengidap bulimia, memuntahkan makanan agar tetap langsing seperti mendiang Lady Diana. Padahal itu semua bohong. Liliana sering dikurung tanpa makanan setiap kali menolak diajak 'bermain' ramai-ramai. Terkadang dia dikurung seminggu penuh tanpa makanan.
Liliana tertekan, ingin bercerai tetapi bagaimana nanti dia hidup? Sebelum menikah mereka telah menandatangani prenuptial agreement. Harta atas nama suami tetap milik suami, begitu pula sebaliknya. Liliana akan jatuh miskin kalau nekat bercerai.

Liliana tengah berbaring menelungkup ketika pintu terbuka seminggu kemudian. Dia benar-benar lemas karena belum makan. Samuel melempar gaun putih tanpa lengan.

"Pakai itu. Aku mau mengajakmu makan keluar," perintah Samuel.

🔫 🔫 🔫

Setengah jam kemudian Liliana dan Samuel tiba di sebuah hotel bintang lima. Liliana tidak sempat berpikir betapa pucat wajahnya atau betapa berantakan rambutnya. Dia cuma ingin makan.

Staf hotel familiar dengan Samuel. Seorang pria mengantarkan mereka dengan lift khusus ke lantai 30. Musik dari piano dan biola yang dimainkan secara live mengalun. Pengunjung tertawa. Para wanita mengenakan pakaian terbuka. Sungguh mengundang.

"Apa ini pesta?" tanya Liliana.

"Semacam itu." Samuel menjentikkan jari.

Pelayan segera mendatangi mereka, menunjukkan meja kosong.

"Kamu mau makan apa?" tanya Samuel.

"Pasta kalau ada."

"Dua spaghetti aglio olio kalau ada dan wine."

Pelayan tadi membungkuk sebelum pergi.

Liliana mengedarkan mata. Pandangannya tertumbuk pada satu titik. Seorang perempuan membungkuk di mejanya sementara seorang laki-laki menyetubuhinya dari belakang.

"Kamu membohongiku!"
Liliana langsung bangkit dari duduknya. Sayang sekali pandangannya berkunang-kunang. Dia kelaparan dan pening. Samuel menangkapnya.

"Dasar lemah," ejek Samuel. "Kalau kamu mau makan, makan saja. Nggak perlu pedulikan orang di sekitarmu mau apa."

Pesanan mereka datang. Dua porsi spaghetti aglio olio. Harum sekali. Liliana memakannya dengan lahap. Samuel tidak berselera melihat istrinya makan, malah mengejeknya.

"Chika!" Samuel melambaikan tangan ke arah pintu.

Liliana mengikuti arah lambaian tangan sang suami. Perempuan bernama Chika itu cantik. Berpakaian terbuka seperti wanita lain. Dia tidak sendirian. Seorang pria berjalan di sisinya. Pria yang tampan dengan setelan jas mahal. Semakin dekat, Liliana semakin mengenalnya. Arlojinya pun dari merek yang sama dengan yang Samuel pakai. Panerai.

"Pengacara kita!" sambut Samuel merangkul laki-laki itu. "Ini istriku, Liliana. Dan Liliana, ini Benedict Andes, pengacara yang lagi hype."

"Bisa saja."

Benedict menyambut perkenalannya dengan tenang.

"Silakan duduk." Samuel memberikan bangkunya pada Benedict. Tanpa basa-basi menggandeng Chika ke meja lain.

"Hai," ujar Liliana singkat.

"Boleh aku minum?" Benedict mengambil gelas, menuangkan wine.

"Silakan."

Benedict meraih gelas, menuangkan wine untuk dirinya sendiri dan Liliana.

"Cheers," kata Benedict sembari mengangkat gelas.

Atas nama sopan santun, Liliana menyentuhkan gelasnya hingga berdenting dengan gelas Benedict. Spaghetti aglio olio memang cocok ditemani wine.

"Kamu lapar sekali ya," kata Benedict.
Liliana tersenyum. Dia memang selapar itu. Spaghetti di piringnya sudah habis.

"Silakan kalau kamu mau," kata Liliana melirik spaghetti Samuel.

"Kamu seperti tidak makan seminggu," kelakar Benedict, "jadi buat kamu saja."

Liliana menyambut dengan senang hati. Menyesap wine sampai tandas. Memauskan sekali. Dia menggulung spaghetti lalu melahapnya. Benedict menuangkan wine ke gelasnya dan gelas kosong Liliana.

"Aku suka melihat perempuan yang menikmati makanannya."

"Ini memang enak. Kamu bisa pesan kalau mau."

"Aku dan Chika sudah makan."
Liliana menyesap wine lagi. Gelas keduanya segera tandas. Benedict menuang lagi.

"Chika istrimu?"

"Jangan bilang-bilang." Benedict mengulurkan jari meminta Liliana mendekat, "Dia pengganggu," bisiknya.

"Jangan bilang begitu tentang istrimu."

“Ada orang yang tidak memahami penolakan, salah satunya Chika,” jelas Benedict memberi kode. "Sepertinya dia cocok dengan suamimu." Benedict mengedikkan bahu ke seberang.
Benar saja, Chika bertengger di pangkuan Samuel, berciuman dengan panas sementara laki-laki itu meremasi dada Chika.

Liliana mati rasa. Terlalu masa bodoh untuk marah. Dia kembali melahap spaghetti.

"Apa kamu nggak marah dengan kelakuan suamimu?" tanya Samuel.

Liliana meneguk wine dari gelas ketiga lalu mendengus. "Sudah biasa."

"I see," Benedict mengangguk.
Samuel berjalan menghampiri meja Liliana dan Benedict. Chika menggelendot lengannya dengan manja.

"Kita ke kamar sekarang," kata Samuel.

Kepala Liliana pening. Astaga dia terlalu banyak makan dan minum alkohol.

"Ayo, Liliana," Benedict memberikan tangan.

"Ke mana?"

"Bersenang-senang," jawab Samuel.
Liliana turun dari kursi. Hampir jatuh untuk kedua kali, hanya saja sekarang karena mabuk. Benedict memapahnya memasuki lift.

"Panas sekali," Liliana mengerang. Dia meraba sekujur tubuhnya.

Chika cekikikan dengan Samuel, menganggap lucu tingkah Liliana.

"Kamu masukin sesuatu ke wine?" tanya Benedict. Dia pun merasakan hal yang sama.

"Anggap saja bahan bakar," kata Samuel seraya mengedipkan mata.

"Oh, panas." Liliana meremasi dadanya sendiri dengan liar. "Tolong," ucapnya resah.

Pintu lift terbuka. Benedict harus memapah Liliana yang sempoyongan.

"Have fun, Dude," kata Samuel setibanya mereka di depan pintu kamar masing-masing.

"Shit!" Benedict serasa terbakar, agak kesulitan membuka pintu kamar karena harus membopong Liliana.
Kamar hotel itu memiliki ranjang yang luas dengan pemandangan pusat kota. Cocok bagi pasangan berbulan madu. Benedict menjatuhkan Liliana ke ranjang. Wanita itu benar-benar tidak sadar. Malah melepaskan gaunnya dan mulai memainkan area kewanitaannya sembari mendesah.

"Fuck!"

Benedict berada di puncak birahi. Tak peduli apa pun lagi, dia melucuti pakaiannya sendiri. Detik berikutnya dia sudah memangku Liliana yang sama-sama tak berbusana, menciuminya dengan buas. Bahu rampingnya demikian memikat. Liliana mengerang ketika titik sensitif di sela paha dimasuki jemari Benedict yang mengait.

Dengan lembut Benedict membaringkan Liliana. Mengangkat tungkainya selebar mungkin. Selanjutnya, mulut itu rakus mengisap klitoris. Benedict selalu ingin memuaskan pasangannya.

"Ah," Liliana terus menggeliat menerima serangan bertubi. Dalam keadaan memejamkan mata dan mabuk, dia tetap dapat merasakan efek perbuatan Benedict.

Benedict terlecut oleh erangan, meremas buah dada mungil, melahapnya. Samuel bilang saat mereka sepakat bertukar pasangan tadi, istrinya mirip papan cucian. Bohong besar. Benedict turn on hanya dengan melihatnya terbaring pasrah. Lidahnya tak tahan menjilati puting Liliana yang mencuat tegang.

"Tolong...." Liliana mendesah.

Kenapa suaranya merdu? Membelai telinga. Manja mendamba. Benedict semakin kecanduan. Panas dari wine ditambah obat perangsang menyebar cepat ke seluruh tubuhnya. Suara Liliana melipat gandakan semuanya.
Berbahaya. Kejantanannya mengeras, ingin segera memasuki selaput hangat Liliana, sementara dia ingin mencumbui pasangannya. Dan itulah yang Benedict lakukan, mencerup bibir yang sejak tadi mengerang itu dengan penuh nafsu.

Wajah Liliana memerah oleh gairah. Celaka, hanya mendengar rintihannya saja Benedict terdorong birahi untuk lebih intim lagi.

Benedict merabai liang hangat Liliana. Merah. Lembah kenikmatannya basah. "Here we go, Baby," katanya menggeram.
Benedict menahan napas ketika mengarahkan kejantanan tepat ke lipatan yang membengkak itu. Perlahan menembusnya. Perasaan Benedict meluap bahagia begitu seluruh bagian dirinya terbenam. Dia mengembuskan napas lega.

Bergerak teratur, Benedict leluasa menjelajahi Liliana. Menjilati cuping telinganya, mengisap lembut ceruk lehernya, meninggalkan tanda.

"You are fucking good," geram Benedict mempercepat gerakan pinggul.

"Sshhh..." Liliana ikut mendesah antara sadar dan tidak.

Benedict menggenggam jemari Liliana. Menghidu aromanya sebanyak mungkin. Tetap memompa dengan konstan hingga menemukan pelepasan.

***

Apakah bakal ada sesuatu antara Liliana dan Benedict? Terus apa hubungannya dengan Leander? Stay tuned. The J8 akan update sampai tamat di akun ini.

Buat Sexy Readers yang nggak sabar nunggu update di Wattpad, bisa langsung ke Karyakarsa. Sudah ada update sampai bab 50. Oh iya, The J8 hanya dapat dibaca selama 30 hari di Karyakarsa. Jadi, setelah beli buruan baca setelah buka puasa ya...

Klik langsung:

https://karyakarsa.com/BelladonnaTossici/the-j8



Continue Reading

You'll Also Like

75.4K 6K 48
Cerita pertama author jadi maaf kalo aneh
8.5K 1.7K 24
Bagaimana ceritanya ketika kalian yang sedang menikmati hidup dengan senang, tenang dan tanpa gangguan. Namun tiba tiba datang entah virus darimana...
8.7K 1.1K 100
Dia, Xue Fanxin, seorang jenius medis terkenal di abad ke-21, telah bertransmigrasi ke dalam tubuh putri Adipati Agung yang bodoh. Saat keburukannya...
5.4K 481 12
Sebuah Geng motor yang berambisi untuk mengembalikan Hak mereka yang hilang karena oknum yang tidak bertanggung jawab Saksikan Kisah selanjutnya... ...