ANTHALA || SUDAH TERBIT

By HannLestari01

3.6M 347K 72.9K

[SUDAH TERBIT] Segera baca part masih lengkap ⚠"πš‚πšŽπšžπš“πšžπš—πš πš”πšžπš”πšž πš•πš˜ πš‹πšŽπš›πšŠπš—πš’ πšœπšŽπš—πšπšžπš‘ πš’πšœπš... More

πŸ”Ή1. Anthala Gavier Algafraneza
πŸ”Ή2. Perempuan Dihati Anthala
πŸ”Ή3. Datang Melamarmu
πŸ”Ή4. Aku Serius Karena Allah
πŸ”Ή5. Senyuman Anthala
πŸ”Ή6. Milik Seorang Anthala
πŸ”Ή7. Perempuan Terpenting
πŸ”Ή8. Jangan Ragu
πŸ”Ή9. Pertarungan Antar Geng
πŸ”Ή10. Harus Mengalah
πŸ”Ή11. Nikah Muda?
πŸ”Ή12. Nyanyian Nalan
πŸ”Ή13. Menikahlah Denganku
πŸ”Ή14. Alhamdulillah Sah!
πŸ”Ή15. Imamku Badboy
πŸ”Ή16. Lantunan Surat Ar-Rahman
πŸ”Ή17. Aku Dan Kamu
πŸ”Ή18. Pernikahan Rahasia
πŸ”Ή19. Cinta Tulus
πŸ”Ή20. Lagu Untuk Istriku
πŸ”Ή21. Tasbih Yang Ku Genggam
πŸ”Ή22. Kisah Kelam
πŸ”Ή23. Jangan Ragu
πŸ”Ή24. Tatapan Cinta
πŸ”Ή25. Jatuh Cinta
πŸ”Ή26. Dunia Malam
πŸ”Ή27. Satu Ciuman
πŸ”Ή28. Mine
πŸ”Ή29. Satu Malam Bersamamu
πŸ”Ή30. Kebohongan Naira
πŸ”Ή31. Kekecewaan Anthala
πŸ”Ή32. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή33. Kita Baikan?
πŸ”Ή35. Terungkapnya Fakta
πŸ”Ή36. Geng CRIOZ
πŸ”Ή37. Ingkar Janji
πŸ”Ή38. Penulis & Pilot
πŸ”Ή39. Kepanikan Anthala
πŸ”Ή40. Melawan Batas
πŸ”Ή41.Anthala Dan Prinsipnya
πŸ”Ή42. Penenang Hati
πŸ”Ή43. Apa Itu Cinta?
πŸ”Ή44. Obsesi Atau Cinta?
πŸ”Ή45. Jangan Percaya
πŸ”Ή46. Kepercayaan Yang Sirna
πŸ”Ή47. Percaya Padamu
πŸ”Ή48. Kegaduhan Di Alidra Scholl
πŸ”Ή49. Ujian Dari Allah
πŸ”Ή50. Permintaan Naira
πŸ”Ή51. Cinta Sampai Mati
πŸ”Ή52. Kenangan Abadi
πŸ”Ή53. Ragamu Milikku
πŸ”Ή54. Pelukan Seorang Ayah
πŸ”Ή55. Fakta Yang Mengejutkan
πŸ”Ή56. Aku Mencintaimu
πŸ”Ή57. Selamat Tinggal Abu-abu
πŸ”Ή58. Jangan Pergi
πŸ”Ή59. Imam Terakhir
πŸ”Ή60. Akhir Kisah | END
❗SEGERA TERBIT❗
PO ANTHALAπŸ”₯
Cerita Baru❗

πŸ”Ή34. Pelukan Kehangatan

60.2K 5.3K 487
By HannLestari01

Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, karakter, dan alur. Cerita ini murni pemikiran otak Han sendiri.

®Story Of "Anthala | My Husband Is Badboy"









Follow akun penulisnya HannLestari01

Jangan lupa berikan vote dan komen sebagai support untuk penulis:)

Happy Reading!

"Pelukan itu akan terasa nyaman jika kita merasakan dipeluk oleh orang yang kita sayangi."
_

______

Meong!

Hewan kecil dengan bulu lembut itu berjalan kearah majikannya tengah mendusel-dusel kakinya. Kedua mata beningnya itu berkaca-kaca seakan ikut merasakan apa yang majikannya itu alami.

Meong!

Kucing itu mengeong membuat Anthala yang sedang meringkuk mengeram kesal.

Setelah siang tadi Anthala dan istrinya hujan-hujannya ia langsung meringkuk kedinginan. Beberapa kali Anthala bersin hingga terlihat hidung mancungnya memerah seperti tomat.

"Hust, sana kembali ke tempat lo—hachim~" Diakhir kata Anthala kembali bersin hingga terlihat jelas hidungnya semakin memerah.

Entah kapan kucing yang istrinya pungut dari jalan beberapa hari lalu ia tinggal di rumahnya, Anthala lupa. Karena yang mengurus kucing ini istrinya bukan dirinya.

Anthala kembali bersin, tubuhnya mengigil kedinginan saat ini. Untung saja ia sudah solat ashar untuk sementara waktu bisa istirahat sampai adzan magrib berkumandang.

Alisnya mengernyit saat merasakan tangan hangat menyentuh keningnya. Ia mendongak lalu menatap sendu istrinya yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Sudah shalatnya sayang?" tanya Anthala pelan.

"Udah kak. Kakak sepertinya demam. Tuh kan! Apa aku bilang jika hujan-hujanan itu langsung mandi bukannya malah main ponsel."

Memang setelah sampai ke rumah, Naira masuk ke kamarnya untuk mandi dan shalat ashar. Tetapi beda dengan Anthala, dia malah langsung main game sambil membaluti tubuhnya dengan selimut setelah menggantikan pakaian. Naira mengetahui itu karena dia mendengar suara teriakan suaminya yang sedang bermain game saat ia sedang mandi.

"Kalau kakak sudah shalat belum?"

"Udah sayang."

Naira menghela napas lalu menatap kucingnya yang sejak tadi mengeong entah kenapa.

"Pushy kenapa kamu bisa ada di sini?"

Tempat kucingnya tinggal ada di kamarnya, entah kapan kucingnya ini masuk ke kamar suaminya.

Meong~

Kucing itu mendekat kepada Naira lalu mengusel-dusel lengannya. Naira menangkat tubuh kucing itu lalu dengan gemas mencubit pipinya hingga sang kucing memberontak.

Untung saja Naira sudah memotong kuku kucingnya ini hingga tanganmu tidak terluka.

Naira meletakan kucingnya itu ke bawah lalu menyuruhnya untuk kembali ke kamarnya. Hebatnya kucing itu terlihat mengerti dan berjalan keluar kamar.

"Sayang kamu gak khawatir sama kakak?" tanya Anthala dengan mata berkaca-kaca. Suaminya terlihat menggemaskan jika seperti ini.

"Aku kesal sama kakak. Kan aku sudah bilang, masuk kamar lalu mandi setelah itu shalat. Eh, kakak malah main game dulu."

"Yah maaf sayang. Janji deh kakak gak akan main game lagi."

Naira mengangguk percaya lalu mengelus kepala suaminya.

Rambut indah Naira yang tergerai jatuh ke wajah Anthala. Dia menghirup aroma sampo yang istrinya pakai. Wangi.

"Peluk," pintanya, manja.

"Ketua geng motor manjanya Masya Allah," ujar Naira tertawa kecil. Dia merebahkan tubuhnya di dekat suaminya lalu memeluk erat tubuh suaminya ini.

Anthala menghirup dalam-dalam leher istrinya. Tubuhnya menjadi hangat dan nyaman.

"Kak boleh aku bertanya?"

Anthala mengangguk sebagai jawaban.

"Kok bisa umur kakak 19 tahun? Biasanya tuh jika murid kelas 12 kan rata-rata 17 sampai 18 tahun."

"Pas kelas 9, kakak belajarnya dua tahun bukan satu tahun seperti orang-orang.  Bisa dibilang kakak gak lulus pas SMP."

"Kok bisa?"

"Kata gurunya kakak terlalu pintar jadi belajar dua tahun di kelas 9."

"Idih, kakak bisa sombong juga ternyata."

Anthala tertawa renyah. "Kakak gak pernah masuk pas kelas 9, ikut ujian pun kakak gak pernah karena males jadi dua tahun baru lulus kelas 9 karena paksaan dari ayah. Makanya dari semua murid kelas 12 kakak yang paling senior di sana."

"Maaf kak, apakah IQ kakak rendah?"

Bukannya Naira merendahkan suaminya. Tapi kata orang-orang IQ suaminya ini tinggi dan termasuk ke jajaran orang jenius, namun disembunyikan. Rank pertama di kelas 12 IPA 1 jatuh kepada Marvin.

"Mana ada keturunan Algafraneza memiliki IQ rendah sayang. Asal kamu tahu pas kakak umur 5 tahun kakak malah terus dipaksa oleh ayah untuk belajar."

"Apakah mungkin ini salah satu alasan kakak gak masuk kelas? Kakak bosan mendengar materi yang sudah kakak ketahui?"

Anthala mengangguk sambil mengelus perut istrinya tanpa disadari oleh Naira sendiri saking fokus pada pertanyaannya.

Perut istrinya ini hangat membuat tangan dinginnya pun itu menghangat seketika.

"Hampir semua materi sudah kakak pelajari di sekolah kita sayang."

"Tapi setidaknya kakak jangan sering bolos. Itu gak baik karena nilai kakak akan turun nanti."

"Kamu mau kakak gak bolos lagi?"

Naira mengangguk seketika.

"Ada syaratnya," ujarnya menghentikan usapan di perut istrinya sesaat. "Syaratnya yaitu kamu harus pindah kamar di kamar kakak."

"Enggak mau."

"Berarti kakak akan bolos setiap hari sayang."

Suaminya ini selalu biasa membuatnya harus menuruti perintahnya.

"Oke kak. Tunggu—!" Kedua mata Naira mendelik saat baru sadar tangan suaminya masuk ke dalam pakaian piyamanya.

"Perut kamu hangat sayang."

"Kak Antha..." lirih Naira dengan takut. Napas suaminya begitu berat dan ini pertanda bahaya untuknya.

"Kakak gak akan memperkosaku kan?"

Anthala tertawa keras mendengar pertanyaan polos istrinya. "Kamu berkata seperti itu seakan-akan kakak bukan suami kamu saja sayang."

Naira bergerak gelisah, dia ingin menepis tangan kekar suaminya dari dalam perutnya namun takut. Takut suaminya marah lagi padanya.

"Hey, sayang kamu takut sama kakak?" Anthala mengeluarkan tangan dari perut istrinya. Dia mencubit hidung istrinya, gemas.

"Kakak gak akan pernah menyentuh kamu sebelum kita lulus. Kakak sudah cukup jika menerima ciuman setiap harinya darimu sayang."

"Jika nanti kakak gak tahan terus menyentuhku bagaimana?"

"Jika itu terjadi berarti kakak akan merasa bersalah seumur hidup kakak karena sudah merusakmu. Kita masih muda sayang, harus memikirkan masa depan dulu. Kakak ingatkan kembali, tujuan kakak menikahimu untuk melindungimu dan menyempurnakan agama kakak."

"Mulut kakak manis banget jika berbicara seperti ini."

"Kakak memang rajanya gombal sayang, tetapi demi Allah, kakak hanya berkata manis seperti itu hanya kepada kamu saj—"

Cup!

Naira mencium bibir suaminya tanpa mau mendengarkan perkataan suaminya.

"Ini sore kak, aku lupa mencium bibir kakak, hehehe."

Anthala tertegun merasakan bibirnya dicium oleh istrinya. Lagi dan lagi ia tidak bisa berkata-kata sama seperti pagi ketika istrinya mencium bibirnya.

"Kak jangan melamun!" seru Naira menepuk pipinya hingga ia tersadar kembali.

"Sayang kok cuman kecupan," protes Anthala sesudah sadar dari lamunannya.

"Loh, emangnya kenapa?"

Anthala mendekatkan wajahnya hingga hidungnya bersentuhan. "Ciuman lagi sayang. Ciuman kamu gak kerasa tadi."

"Gak mau!" Naira menutup mulutnya. Dia benar-benar malu dan tadi itu ia refleks saja.

"Janji harus ditepati bukan untuk diingkari sayang."

Naira menghela napas lalu mencium bibir tipis suaminya. Dia hanya bisa menempelkan bibirnya saja tidak ada niat untuk melepaskannya.

Anthala yang tahu istrinya kebingungan sampai akhirnya memimpin. Dia melumat bibir istrinya itu dalam-dalam.

Hujan masih mengguyur kota ini dan itu membuat suasana di kamar Anthala memanas. Anthala terus mencium bibir istrinya penuh candu sampai akhirnya—

'Allahu akbar allahu akbar.'

Adzan magrib berkumadang membuat Anthala maupun Naura segera melepaskan ciumannya. Dada merek bergemuruh.

Lihatlah wajah Anthala yang sedang demam semakin memerah.

"Sayang kakak mau pergi ke kamar mandi dulu."

Cepat-cepat Anthala pergi ke kamar mandi hingga beberapa menit kemudian terdengar guyuran. Sepertinya suaminya mandi lagi.

*******

Anthala menatap sinis rumah megah di depannya. Beberapa hari ini ia tidak mengunjuni kediaman Algafraneza pasti keluarganya damai dan tentram.

Meletakan helm di atas motor, Anthala masuk ke dalam. Langkah lebarnya semakin masuk dan ia dapat mendengar suara sang ayah sedang mengobrol denga seseorang. Sepertinya ada tamu.

"Anthala ngapain kamu ke sini?" tanya Gavier yang sadar akan kedatangan putranya. Alisnya mengernyi sebab putranya ini datang dengan wajah penuh emosi.

"Ini rumah gue jadi terserah gue mau ke sini atau pun enggak," balas Anthala menatap dingin ayahnya ini.

"Ck! Anak ini," gimana Gavier kesal.

"Di mana anak tiri ayah?"

"Anantha ada di kamarnya lagi belajar. Ngapain kamu mencari adikmu? Dia mau fokus belajar tidak sepertimu yang terus membolos."

Anthala mengeram marah. Selalu saja ayahnya memandingkannya dengan adik tiri yang tak berguna itu.

"Bawa anak tiri ayah ke sini."

"Ada apa sebenarnya—"

"GUE BILANG SEKARANG!"

Anthala sebenarnya tidak ingin membentak ayahnya. Bagaimana pun pria paruh baya yang sudah menorehkan banyak luka kepadanya tetaplah ayah kandungannya. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak bisa mengontrol emosinya.

"Zames panggillan Anantha sekarang," perintah Gavier pada ajudannya itu. "Pak Manu sebaiknya kita akhir obrolan kita malam ini. Nanti besok pagi Anda datang lagi ke sini, kita akan melanjutkan obrolan yang sempat tertunda."

Pria berstelan jas yang Anthala ketahui adalah teman bisnis ayahnya itu pergi tanpa banyak berbicara.

"Ada apa ayah memanggilku? Aku sudah katakan aku lagi belajar." Seorang laki-laki yang satu tahun lebih muda dari Anthala menuruni anak tangga lalu menghampiri ayahnya.

Sepertinya Anantha belum menyadari keadiran kakaknya.

"Apakah aya—"

"Brengsek lo anjing!"

Bugh!

Anthala tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Dia menarik kerah baju adik tirinya itu lalu memukul wajahnya dengan begitu brutal.

"Ck! Zames atasi Anthala. Sepertinya dia lagi ada masalah dengan adiknya."

"Baik Tuan besar."

Zames seketika menahan tubuh Anthala yang akan menendang kepala Anantha.

"Lo apa-apa kak?! Kenapa lo tiba-tiba mukul gue?!" teriak Anantha sambil memegang pipinya.

"Jangan pura-pura sok polos anjing! Lo yang memerintahkan Leon untuk cari gara-gara dengan gue, kan?! Paman Zames lepaskan gue! Gue ingin memukul bajingan ini!"

Anthala berusaha memberontak. Dia ingin memberikan pelajaran kepada Anantha yang sudah membuat emosinya memuncak.

"Ayah lihat putra pertamamu itu. Kenapa kak Anthala jadi emosional seperti ini? Aku sejak pagi hingga sore gak pernah keluar rumah karena terus belajar. Ayah sendiri juga tahu aku tidak pernah memegang ponsel ketika sedang belajar."

"Alasan macam apa ini?" Anthala tertawa keras. Persetanan dengan semua ini, Anthala ingin memukul Anantha sekarang.

"Ayah asalkan ayah tahu saja. Putra tiri yang lahir tanpa ada ikatan pernikahan ini sudah menjelek-jelekan bunda gue! Gue tau bukan lo yang mengatakannya tapi lo menyuruh Leon untuk menghina bunda gue!"

Kedua mata Gavier terpaku, dia menatap tidak percaya putranya yang ia jaga bersama Intan. Perkataan Anthala apakah bisa dipercaya?

"Ayah jangan percaya perkataan kakak! Mana mungkin aku berbuat hal seperti itu! Tante Melati dulu pernah mengasihku mana mungkin aku menjelek-jelekannya!"

"Memangnya cowok yang bernama Leon mengatakan apa sampai membuat kamu marah seperti ini?" tanya Gavier mengabaikan perkataan Anantha.

Anthala diam, dia mana mungkin mengatakan kalimat yang menyakiti hatinya.

"Sudahlah kalian itu saudara sebaiknya kalian menjadi saudara seperti orang-orang bukannya malah saling musuhan. Kalian harus akur, bahagia rasanya jika ayah melihat kalian akur."

"Gak akan pernah terjadi. Sampai gue mati pun gue gak akan pernah akur dengan anak tiri ayah."

"Anthala bisa tidak kamu menghilangkan kata anak tiri? Anantha adikm—"

"Kenapa? Bukankah Anantha adalah anak dari luar nikah? Ayah selingkuh sama wanita jalang macam tante Utari dan setelah bunda pergi ayah menangkat mereka menjadi bagian keluarga ini. Sialan! Gue tersiksa lahir dari keluarga ini!"

"Baik anak tiri ayah, tante Utari dan terutama ayah sendiri, gue gak akan memaafkan perbuatan kalian! Kalian yang membuat bunda gue meninggal! Gue harap kalian terutama ayah diakhirat nanti tidak pernah bertemu dengan bunda."

"Anthala Gavier Algafraneza!" bentak Gavier hilang kendali.

"Apa?" Napas Anthala terengah-engah, dia menahan untuk tidak balas membentak ayahnya. "ayah sadar gak sih? Puluhan tahun ayah menghianati bunda dengan tante Utari! Dan saat bunda mengetahui semuanya bunda serangan jantung. Dia meninggal karena ayah! Jika saja ayah gak selingkuh bunda pasti masih hidup dan dia tidak akan merasakan serang jantung!"

Kedua mata Anthala berkaca-kaca. Sial! Ia tidak suka lemah saat mengingat masa lalu.

"Jangan terus memojok ayah, Anthala!"

Kedua tangan Gavier bergetar. Dia seakan kembali meratapi dosanya kepada istrinya. "Ayah rela melumpuhkan kaki ayah demi menebus penyesalan ayah kepada kamu dan Intan."

Anthala membuang muka melihat ayahnya yang terluka akibat perkataannya.

"Anantha, anak haram yang ayah bangga-banggakan itu menghina bunda gue. Bagaimana tidak terluka jika seorang anak mendengar bundanya dihina? Walaupun Anantha tidak menghina bunda gue secara langsung tapi dia menyuruh Leon. Terserah ayah percaya pada gue atau enggak yang pasti gue ingin memberikan pelajaran kepada dia!"

"Anantha!" teriak Gavier membuat Anantha mendekat dengan ragu.

"Jawab dengan jujur. Apakah semua perkataan Anthala benar?"

"Tida—"

"Jika kamu berbohong ayah akan menambah hukuman kamu. Berbohong atau tidak ayah akan mencari pria bernama Leon untuk mengatakan yang sebenarnya."

Seketika Anantha bersujud, dia memegangi kaki ayahnya sambil menangis.

Anthala menatap sekilas Anantha. Bibirnya menyeringai menatap wajah pucat Anantha. Sial! Ini benar-benar menyenangkan saat melihat wajah pias adik tirinya.

"Cih! Ibu sama anak, sama-sama saja," gumamnya.

"Maafkan Anantha, ayah. Aku khilaf, waktu itu aku sedang kesal sama Anthala dan aku berniat balas dendam dengan memerintahkan Leon untuk memprovokasi Anthala."

"Memangnya apa yang kamu katakan kepada pria yang bernama Leon sampai-sampai membuat Anthala marah?"

Dengan ketakutan luar biasa Ananatha menjawab dengan jujur yang membuat Gavier marah seketika. Dia menendang tubuh putra keduanya saking emosinya.

"Zames cambuk dia dengan lima pukul kali cambukan! Berani-beraninya anak ini menghina istri saya!"

"Tunggu ayah! Aku gak salah! Jangan cambuk aku!"

Anthala tertawa keras melihatnya. Ia tidak perlu repot-repot menyiksa adik tirinya jika begini jadinya.

Ia lebih baik pergi dari rumah ini. Di rumah ini tidak ada kenyamanan untuknya buat apa ia tinggal lama-lama di sini?

"MAS KENAPA KAMU CAMBUK ANAK KITA?!"

Anthala tahu itu pasti suara tante Utari yang baru melihat anaknya tengah dicambuk. Mungkin jika ia menonton drama ini akan seru tapi sangat disayangkan jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam.

Setelah melaksanakan shalat magrib dan shalat isya berjamaah bersama istrinya, mereka berdua tertidur namun Anthala diam-diam pergi ke rumah ayahnya karena ia belum tenang jika orang yang mengusiknya hidup dengan tenang.

Lima belas kemudian, Anthala sampai di rumah, dia membuka pintu lalu menguncinya.

Rasa pusing di kepalanya masih ada tapi ia tidak merasakan demam lagi. Ia harus istirahat sekarang agar besok bisa sekolah dan tidak bolos.

Anthala sudah berjanji untuk tidak akan pernah membolos lagi, sebagai imbalannya istrinya akan pindah ke kamarnya.

"Sayang," panggilnya saat melihat ternyata istrinya belum tidur dan malah bermain dengan Pushy.

"Sudah pulang kak? Kak Antha dari mana aja? Katanya ada urusan sebentar di luar kok jam segini baru pulang."

"Nanyanya satu dong sayang. Kakak bingung untuk menjawab."

Anthala duduk di kursi, bibirnya tersenyum melihat istrinya tengah memberikan Pushy susu.

"Malam ini kakak pergi ke mana kak?"

"Kakak dari rumah ayah. Kakak sedikit ada urusan keluarga dan sekarang sudah selesai."

"Alhamdulillah, aku kira pergi balapan," ucap Naira lalu berdiri. Dia menyentuh kening suaminya lalu menyentuh keningnya. "Suhu tubuh kakak normal. Berarti kakak gak demam lagi."

"Sayang ayo kita tidur. Ini sudah malam," ajak Anthala.

"Nanti kak. Pushy nya masih sibuk nyusu. Aku gak tega melihat Pushy makan sendirian."

"Pushy nya ajak ke kamar kita, sayang."

Naira mendongak menatap suaminya, dia memicingkan matanya melihat mata suaminya yang terlihat sendu, seakan terlihat jelas suaminya habis menangis.

"Kakak habis menangis yah? Kenapa?"

Anthala membuang muka, memang terlihat jelas kah ia habis menangis? Ini gara-gara Anantha, dia menangis karena teringat penderitaan bundanya saat dikecewakan oleh sang ayah.

"Kak Antha, are you okay? Coba cerita sama aku. Jika ada masalah gak baik di pendam sendirian."

"Sayang kakak capek," lirihnya tidak kuasa menahan beban yang ia pikul malam ini.

Jika seperti ini Anthala selalu pergi ke markas dan menyibukan diri bersama teman-temannya.

"Sayang peluk kakak..."

"Tenangkan kakak..."

"Gak papa, kak Antha-nya Naira kuat," ujar Naira sambil memeluk suaminya lalu mengusap punggung tegaknya.

"Kakak capek. Sangat capek. Rasanya kakak mau mati aja!"

"Dunia ini kejam! Kakak ingin menyusul bunda!"

Naira tertegun melihatnya. Ia juga ikut merasakan sesak mendengar isakan dari suaminya.

"Jangan berkata seperti itu kak. Kak Antha jangan pergi. Naira di sini akan selalu ada untuk kakak."

"Iya, kamu satu-satunya kebahagiaan yang kakak punya. Jangan pergi yah sayang kamu bagaikan matahari untuk kakak. Jika kamu pergi maka kehidupan kakak akan gelap seperti dulu."

Naira mengangguk lalu melepaskan pelukannya.

"Sayang kakak ngantuk. Ayo kita pergi ke kamar kita."

"Gak mau cerita sama aku kak?"

"Nanti, kakak mau tidur malam ini. Ayo kita pergi ke kamar."

"Tunggu bentar kak." Naira mengambil kucingnya yang masih sedang mengendot susunya.

"Biar kakak gendong kamu."

Naira tersenyum lalu mengangguk. Dia menepuk kucingnya yang berada dalam dekapannya.

Anthala menggendong dari depan hingga kucingnya sedikit terhempit.

"Sayang kamu suka kucing yah? Jika suka kakak akan beli banyak kucing kalau kamu suka," ucap Anthala sambil menaiki anak tangga satu persatu.

"Aku suka kucing kak tapi satu kucing sudah cukup. Kucingnya lucu kaya kakak. Coba lihat kak Antha sepertinya Pushy ngantuk."

Anthala melirik kucing yang ada di tengah-tengah perutnya juga istrinya. Kucing ini masih kecil sepertinya pas istrinya memungkutnya baru berusia dua hari.

"Sayang dotnya lucu, kamu beli di mana dot sekecil ini?"

"Oh ini? Aku beli di minimarket. Dot ini seharusnya buat dedek bayi tapi aku kasih ke Pushy. Dia kesusahan jika minum susu dari gelas. Tunggu, kenapa kakak menanyakan hal itu?" Naira menatap suaminya yang hanya terlihat rahangnya saja, "jangan-jangan kakak mau minum pake dot nih yah? Kakak bosen minum susu pake botol, kah?"

"Kakak bukan anak kecil sayang."

"Bukan anak kecil tapi minum susu setiap hari," ledeknya, tertawa keras.

"Itu juga gara-gara kamu sayang. Siapa suru kamu buat susu dan jadinya kakak ketagihan. Udah jangan tertawa nanti perut kamu keram jika banyak tertawa."

"Soalnya kakak lucu. Teman-teman kakak tahu gak jika kakak tiap hari bawa botol susu ke sekolah?"

"Gak tahu, kakak 'kan selalu minum susu di atas rooftrop."

"Jika tahu pasti teman-teman kakak menertawakan kakak. Ketua geng motor CRIOZ ternyata suka minum susu tiap hari. Pasti itu akan menjadi berita menggemparkan."

"Jangan banyak bicara sayang." Anthala dengan gemas mengigit pipi kemerah-merahan istrinya. Dia menurunkan istrinya ke atas ranjang.

"Sakit kak! Jangan gigit pipiku lagi!"

"Siapa suruh wajah kamu imut, kakak kan gak tahan lihat keimutan kamu."

Bibir Naira mengerucut sebal. Dia mengelus kepala Pushy yang sejak tadi tidak terusik terus meminum susu dari dotnya

Anthala yang melihat itu dengan usil malah mencabut dot dari Pushy.

Meong!

Teriak Pushy terlihat marah karena majikannya ini menganggunya.

"Ini gak adil sayang. Pushy nya kayanya gak suka sama kakak."

Naira terkekeh kecil, "gimana gak marah jika kakak merebut susunya Pushy."

Bersambung....

Ada yang mau request part selanjutnya?😱

3K kata Han ngetik di part ini semangatnya mana nih?🤧

Konfliknya mau berat or ringan?

_______

Jangan lupa follow akun instagram @Hanahanihoffia_ @Anthalagavier @Nairacempaka01

KEPO MAU LIPAT VIDEO ANTHALA DIPELUK OLEH NAIRA? CEK INSTAGRAM @hanahanihofficia

Continue Reading

You'll Also Like

61.7K 16.7K 51
Tentang cinta beda agama, Friendzone, dan sebuah rahasia yang belum terkuak. β€’β€’β€’ Brandon tidak pernah menyangka jika dia akan menyukai Aylin, seorang...
14K 889 43
[Budayakan vote dan follow sebelum membaca] ⚠️ Dilarang keras untuk menjiplak cerita!! Cerita ini di buat 100% dari pengalaman pribadi salah seorang...
1.1M 79.8K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
501K 25.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...