ME AFTER YOU (TERBIT)

By LittleGrey161

545K 48.7K 621

[ TERBIT ] [ L.O.V.E SERIES - METROPOP ] --- TAMAT --- JANGAN LUPA FOLLOW AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE SETIA... More

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
TIGA PULUH TUJUH
EPILOG
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2
TRAILER
INFO TERBIT

SEPULUH

13.8K 1.3K 21
By LittleGrey161

Hai guys ❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)

YANG MAMPIR JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH :)

¤▪︎▪︎▪︎¤

"
Alasan seorang wanita bisa melewani samudra dan terik matahari yang menyengat adalah seorang anak.

"

_____

¤▪︎▪︎▪︎¤

"Bapak gak takut?" kata Nataline sambil melihat sekeliling.

"Kenapa takut Nataline?"

"Yah diantara semua tongkrongan kenapa milih tempat sate?"

Angkasa mengerutkan keningnya, memangnya apa yang salah dengan tempat ini, Mang Ujang adalah langganannya dan dia sangat menyukai sate.

"Memangnya kenapa? Kamu tidak suka di tongkorongan pinggir jalan?"

Dengan cepat Nataline menggelengkan kepalanya. "Bukan gitu pak, tapi ada Mitos kalau tukang sate tuh di sukai sama Mbak Kunti apa lagi malam-malam kayak gini."

Saat mengatakan hal itu Mang Ujang sudah membawa dua piring penuh tusukan sate ke meja mereka.

"Sih eneng ada-ada aja, nyindir Neng, emang-nya Mang Ujang teh ganteng gitu sampe disukai Mbak Kunti?"

Angkasa hanya terkekeh melihat interaksi kedua orang itu.

"Biasa Mang dia mah emang dari dulu suka percaya mitos."

Nataline mendengus mendengar pernyataan Angkasa yang bukannya membelanya malah kembali mengejeknya.

"Gak gitu tau Pak."

Mang Ujang hanya tersenyum kemudian pergi dari sana.

"Jangan panggil saya Bapak kalau di luar kantor."

"Tapi kan Pak ...."

"Ck, panggil Angkasa atau Ditya terserah kamu yang penting jangan Bapak, memangnya saya Bapak kamu apa?"

Nataline kembali berdecih dan memalingkan wajahnya.

"Yaudah cepat makan." Angkasa mengambil lebih dulu sate yang ada di hadapannya.

Nataline awalnya akan tetap keras kepala tidak akan memakan apapun yang Angkasa belikan. Namun mau bagaimana lagi, hal itu bertentangan dengan prinsipnya yaitu tidak boleh menyia-nyiakan makanan. Lagi pula Nataline yakin laki-laki itu tidak akan sanggup menghabiskan semua makanan sebanyak ini.

"Ouh yah, besok saya jemput jam delapan yah?" kata Angkasa kembali membuka suaranya.

Nataline mengerjap, ternyata ada yang lebih egois dan keras kepala dari pada dirinya. Tapi kenapa jam pagi? Bukankah akan lebih baik kalau datang siang atau sore, dengan begitu Nataline tidak akan lama di sana dan segera pulang.

Tapi tunggu siapa juga yang akan pergi bersama Angkasa. Meski pun pada akhirnya Nataline akan datang ke pernikahan Ridwan itu pun seorang diri tidak mau menumpang dengan Angkasa.

"Saya datang sendiri saja Pak."

"DITYA!" Laki-laki itu menekan namanya sendiri.

"Ahk iyah Ditya, aku bisa datang sendiri." Nataline terkekeh mengoreksi kalimatnya.

Dia sungguh merasa canggung dan belum terbiasa menyebut nama atasannya secara langsung.

"Yaudah pergi sendiri aja kalau kamu bisa." Angkasa tersenyum licik di sela makannya.

Tentu saja Angkasa bukan orang yang akan membiarkan wanita itu lepas dari dirinya.

"Maksud kamu?" Nataline menyipitkan matanya.

Namun Angkasa tidak menatap lagi wanita itu dan pokus dengan makanannya seakan tidak mau bernegosiasi lagi dengan Nataline.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Januar mengetuk meja makan dengan bosan. Sedari tadi Nenek-nya mengabaikan Januar dan lebih mementingkan masakannya, meski itu juga memang penting bagi perut Januar yang sedang kroncongan.

"Buat masalah apalagi kamu sampai di usir dari rumah?" kata wanita tua itu sambil berlenggang membawa dua mangkuk menu makanan terakhir yang dia masak.

"Nek ... Jangan tanya itu Januar lapar tau," laki-laki itu cemberut dan akhirnya dengan cepat mengambil berbagai jenis masakan ke dalam piringnya.

"Dasar anak nakal." Nenek Januar kemudian duduk di hadapan cucu satu-satunya itu.

"Papah gila yah Nek, masa aku minta uang jajan aja gak dibolehin?"

Ayu menggelengkan kepalanya. Wanita tua itu jelas sangat tahu apa pemikiran putranya, jika dilihat lagi putra dan cucu nya itu sangat mirip, mungkin juga karena kemiripan itu mereka sulit akur.

"Papah kamu pengen kamu mandiri cari uang sendiri."

Januar menaikan alisnya. "Terus buat apa perusahaan sebesar IJ, uangnya mau di kemanain kalau bukan untuk Januar. Lagian kan nanti juga perusahaan itu Januar yang lanjutin Nek?" kesal anak itu.

Sungguh sebenarnya dia ingin bekerja di perusahaannya dari pada di perusahaan milik Angkasa yang tentu saja dia lelah berpura-pura jadi karyawan biasa dan selalu di marahi Raina.

Tapi mengingat tentang wanita itu, Januar jadi kepo tentang kehidupan bos di kantornya itu.

"Papah kamu memang di didik seperti itu oleh kakek. Lagi pula, itu memang uang Papah mu hasil kerja kerasnya. Kalau kamu mau seperti itu maka bekerja yang rajin."

Januar mendengus, laki-laki itu tidak ingin membahas soal keluarganya. Kini dia malah pemasaran dengan kehidupan Raina.

"Sudahlah Nek, aku tetap tidak paham dengan pemikiran Papah,"

"Nek yang tadi itu anaknya Mbak Raina yah?" Januar teringat sore tadi wanita itu malah membantu Januar membawa barang-barangnya dan mampir ke rumah Nenek-nya.

Januar berpikir positif mungkin saja wanita itu ingin membayar uang kos meski itu tidak mungkin karena ini tengah bulan.

Nyatanya Januar dikejutkan dengan sebuah fakta yang tidak pernah dia sangka. Ternyata Raina bosnya itu mengambil seorang anak kecil berumur sekitar empat tahun yang dia titipkan di rumah Nenek nya.

Fakta bahwa Raina sudah mempunyai anak tidak pernah terdengar di kantor dan itu tidak mungkin juga karena kebanyakan karyawan di kantor dilarang pacaran atau bahkan menerima karyawan wanita yang sudah memiliki seorang anak.

Tentu saja perusahaan akan beranggapan kalau wanita yang sudah menikah dan punya anak memiliki prioritas lain yang mungkin saja akan mengganggu pekerjaannya di kantor.

Wanita itu menggendong anak laki-lakinya kemudian berbisik di telinga Januar.

"Tolong rahasiakan ini?" sebelum akhirnya pergi dan berpamitan kepada Nenek Januar.

"Iyah sepertinya memang putranya." ucap Nenek Januar.

Januar menyudahi makannya dan menatap Nenek nya serius.

"Kok sepertinya Nek?"

Ayu mengunyah makanannya dan menatap Januar aneh, mengapa cucu nya itu sangat kepo dengan kehidupan orang.

"Yah beberapa tahun lalu, Raina membawa Arka yang masih bayi seorang diri. Wanita itu mengontrak di rumah Nenek, dia sepertinya memang membesarkan anaknya sendiri, tidak tau apa yang terjadi kepada wanita itu. Nenek tidak se-kepo kamu, tapi Nenek kagum dengan kerja keras wanita itu. Dia mengurus seorang anak yang masih kecil dan bekerja. Awalnya dia menitipkan bayinya di tempat penitipan bayi, Nenek merasa kasihan dan menawarkan diri untuk mengurus Arka selama wanita itu bekerja."

Januar hanya terdiam mendengar cerita Nenek-nya itu. Entah mengapa dia sedikit mengagumi Raina, bahkan bos nya itu tidak pernah mengeluh di kantor. Pantas saja Raina selalu menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu, gadis itu tidak akan pernah lembur karena putranya.

Kalau saja dia bukan wanita yang pemarah dan sangat disiplin mungkin Januar juga akan menyukai wanita itu.

Laki-laki itu berpikir pasti mantan suaminya meninggalkan wanita itu karena kepribadiannya yang aneh.

Tapi tunggu mantan suami?

Apa Raina seorang Janda?

____

tbc
¤▪︎▪︎▪︎¤

Continue Reading

You'll Also Like

114K 7.3K 28
Bisa berada satu kampus dengan Bisma-mantan kekasihnya saat SMA-saja, sudah membuat Dara merasa dunia ini begitu sempit. Terasa makin sempit ketika D...
853K 40.7K 34
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
279 54 6
"Honesty in love; tanpa memandangnya, bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya" Perjodohan. Ya, ini kisah tentang dua insan yang dijodohkan, karena...
246K 17.3K 38
Sebelum meresmikan hubungan pacaran, sepasang anak manusia sudah mengetahui perasaan satu sama lain. Saling mencintai, saling menyayangi, saling meng...