Hai guys ❤
JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)
YANG MAMPIR JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH :)
¤▪︎▪︎▪︎¤
"
Saat kamu tersenyum karena hal manis, itu membuat ku tersenyum pula.
"
_____
¤▪︎▪︎▪︎¤
"Cobalah." Angkasa menyodorkan satu nampan dengan mangkuk kecil yang berisi berbagai olahan makanan dari jagung.
"Saya Pak?"
Angkasa mengangguk-kan kepalanya. Laki-laki itu tau bahwa Nataline dulu sangat menyukai cemilan, gadis itu selalu membawa snak atau coklat di tasnya kemudian diam-diam memakannya saat jam pelajaran dimulai.
"Kamu suka cemilan kan? dulu waktu guru sedang lengah diam-diam kamu memasukan cemilan kedalam mulut mu." Angkasa sedikit terkekeh.
Wajah Nataline langsung berubah masam, ternyata selain menyeramkan Angkasa juga pandai mengejek orang.
"Saya ngantuk waktu itu." Nataline membela dirinya dan mengabaikan Angkasa yang tertawa kecil.
"Hal gitu aja dia ingat, alasan dia di DO lupa." Nataline bergumam sambil menyuapkan sepotong cemilan kedalam mulutnya.
Seperti kata Angkasa, wanita itu memang sangat menyukai cemilan, yang paling Nataline suka adalah rasa bahagia setelah merasakan rasa manis dari cemilan yang dia makan.
Rasanya sangat ringan dan manis di mulut, kalau Nataline mengantuk dia akan memakan cemilan untuk menghilangkan rasa kantuknya itu.
Sudah semua berbagai olahan cemilan Nataline coba. Semuanya sangat manis dan enak bagi dirinya.
"Semuanya enak." Gadis itu tersenyum sumringah menampilkan dimple yang dalam di pipinya.
"Yang paling enak yang mana?"
Gadis itu sedikit berpikir kemudian menunjuk kearah cemilan berbentuk cincin berwana kuning di hadapannya.
"Kalau begitu kita akan memproduksi yang itu juga." Angkasa mengeluarkan pulpennya dan menandai olahan yang Nataline tunjuk.
"Yaudah ayo kita pulang." Angkasa tersenyum kemudian berjalan lebih dulu dari Nataline.
Sebelum membuntuti laki-laki itu, Nataline dengan cepat mengambil sedikit makanan yang ada dihadapannya.
Tentu saja kapan lagi gadis itu akan mendapat cemilan seperti ini, akhir-akhir ini gula darahnya cukup tinggi dan dia sudah berpuasa memakan makanan yang manis karenanya.
Nataline mengikuti Angkasa dan segera masuk kedalam mobil. Nataline hanya bisa melirik Angkasa sesekali, wajah Angkasa sekarang terlihat sangat tampan.
Nataline mengerjapkan matanya, hampir saja gadis itu berimajimanasi yang aneh-aneh lagi tentang Angkasa. Tapi gadis itu cukup merasa iri dengan Angkasa yang sekarang.
Nataline tidak akan pernah menyangka bahwa kehidupannya dengan Angkasa berubah 180 derajat.
"Kamu gak pernah datang ke reunian SMP?" tiba-tiba saja Angkasa bertanya seperti itu.
"Saya ..., Saya datang kok." Gadis itu menjawab ragu. Nataline datang dulu sebelum akhirnya gadis itu melupakan kehidupan masa mudanya setelah pernikahannya itu gagal.
"Kapan?"
"Iyah dulu." Nataline menggigit kukunya.
"Kata Ridwan kamu menghilang selama empat tahun Nataline!"
Deg.
Laki-laki itu mengapa bertanya kepada Ridwan tentang dirinya, setahu Nataline malah Angkasa lah yang tidak pernah datang ke reunian kelas.
"Kamu datang?"
"Tahun lalu saya datang."
Nataline mendesah sedikit kasar, pantas saja. Memang yang di cari Angkasa pasti dirinya, mungkin karena Nataline adalah teman sebangku terakhirnya dulu.
"Ahk gitu yah," Nataline mengalihkan pandangannya kearah kaca memberikan kode agar laki-laki itu tidak bertanya apapun lagi kepada Nataline.
"Kalau gitu kamu mau datangkan?"
"Kemana?" tanya Nataline kembali mendongkak-kan wajahnya.
"Nikahan Ridwan, besok dia akan menikah!"
Nataline memainkan jarinya. Sebenarnya ada undangan kepadanya dari beberapa teman dekatnya dulu melalui alamat email. Namun Nataline sama sekali tidak menghandiri undangan itu.
Selain rasa malu bertemu teman-temannya, Nataline juga sedikit sakit jika mendengar kata pernikahan. Mungkin karena memang dirinya tidak seberuntung orang lain.
"Saya tidak akan datang."
Angkasa melirik gadis itu sekilas. "kenapa?"
"Saya malu karena pernikahan saya gagal itu alasannya."
Wajah Angkasa berubah menjadi pias dan datar. Ada apa dengan Nataline, wanita itu seperti orang lain sekarang.
¤▪︎▪︎▪︎¤
Raina memijit kepalanya sambil berjalan menuju perumahan yang ada di gang sebuah desa.
Rumah Raina memang ada di sana, karena itulah dia harus berjalan saat Bus berhenti di pinggir jalan Raya. Hal itu pula yang membuat wanita itu harus pulang dan berangkat lebih awal dari orang lain.
Brukk
Sesuatu terjatuh tepat di hadapan gadis itu. Ternyata seorang laki-laki yang sedang membawa banyak barang dan akhirnya beberapa barangnya terjatuh.
"Mas barangnya jatuh." kata Raina sambil mengambil beberapa kertas yang terlihat seperti Dokumen kerja.
"Ouh makasih Mbak." Laki-laki itu menyembulkan kepalanya yang tadi tertutup oleh kardus yang besar.
"Januar?"
"Mbak Raina?"
Mereka saling terkejut dengan keberadaan masing-masing.
"Ngapain kamu di sini?" tanya Raina yang memang tidak pernah melihat Januar ada di lingkungan ini.
"Mbak juga ngapain disini?"
"Saya mau pulang itu Kontrakan saya." tunjuk wanita itu kearah rumah berpagar hijau yang ada beberapa langkah lagi di depan nya.
"Mbak ngontrak?" pertanyaan macam apa itu? Januar harus mengutuk perkataannya sendiri karena menanyakan hal yang sensitif seperti itu.
Raina hanya mengangguk-kan kepalanya kemudian kembali bertanya pertanyaan yang belum Januar jawab. "kamu belum jawab pertanyaan saya kenapa kamu di sini?"
"Yang di samping kontrakan Mbak itu rumah Nenek saya, saya pindah kesini untuk beberapa saat karena dekat dengan kantor."
Januar berbohong, yang sebenarnya adalah dia di usir oleh orang tuanya karena suatu masalah. Namun tentang rumah neneknya itu memang benar adanya.
"Nenek Ayu adalah Nenek kamu?" kata Raina tidak percaya, pasalnya wanita tua itu adalah ibu kosan yang suka membantu Raina.
"Iyah Mbak itu nenek saya." Januar menyunggingkan senyumnya.
¤▪︎▪︎▪︎¤
Malam minggu bukannya santai, Nataline malah terus overthingking akan percakapannya dengan Angkasa tadi. Dia sangat bingung apakah tawaran Angkasa harus dia terima atau tidak.
Kalau tidak diterima maka kemungkinan Nataline dipersulit di kantor dan bahkan di pecat sangatlah besar.
"Ayo kita datang ke pernikahan Ridwan? saya akan menjemput mu besok Nataline."
Gadis itu memejamkan matanya kesal sekaligus khawatir, apa yang harus dia lakukan? untuk datang ke pernikahan teman sekolahnya itu dia perlu sebuah gaun dan kado yang harus dia beli.
Namun Nataline tidak punya uang sedikit pun untuk membeli hal itu, dia bahkan baru bekerja dan gaji pun akan di terima setidaknya pekan depan.
Apalagi Nataline harus menyiapkan mental untuk datang keacara seperti itu.
"Aghkkkk ... Ditya berengsek, kenapa aku harus ketemu dia lagi sih?" Nataline ngedumel dan dia berhenti saat ponselnya bergetar.
"Nataline kamu sudah tidur?"
Sebuah pesan dari orang yang baru saja dia pikirkan siapa lagi kalau bukan Angkasa.
"Belum pak."
Nataline berusaha menarik napasnya agar tidak marah atau membanting ponsel kesayangannya itu sekarang.
"Kalau gitu saya jemput kita akan makan malam dimana pun yang kamu mau?"
What the? Nataline dengan cepat membulatkan matanya tidak percaya dengan pesan yang masuk itu.
"Saya mau tidur Pak,"
Tidak ada balasan dari Angkasa.
"Saya benar-benar mau tidur pak?"
"Pak?"
"Angkasa?"
"Ditya?"
Dan yah sepertinya memang laki-laki itu sudah mematikan ponselnya dan sudah ada dalam perjalanan menuju Kontrakan Nataline.
____
tbc
¤▪︎▪︎▪︎¤