ME AFTER YOU (TERBIT)

Por LittleGrey161

545K 48.7K 621

[ TERBIT ] [ L.O.V.E SERIES - METROPOP ] --- TAMAT --- JANGAN LUPA FOLLOW AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATE SETIA... Mais

PROLOG
SATU
DUA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
DUA PULUH SEMBILAN
TIGA PULUH
TIGA PULUH SATU
TIGA PULUH DUA
TIGA PULUH TIGA
TIGA PULUH EMPAT
TIGA PULUH LIMA
TIGA PULUH ENAM
TIGA PULUH TUJUH
EPILOG
Ekstra Part 1
Ekstra Part 2
TRAILER
INFO TERBIT

TIGA

19.8K 1.9K 25
Por LittleGrey161

Hai guys ❤

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI, KARENA SETIAP UPDATE BARU AKAN KU UMUMIN DI WALL BIAR KALIAN GAK KETINGGALAN :)

¤▪︎▪︎▪︎¤

"
Jangan terlalu bangga dengan sebuah pencapaian.

"

_____

¤▪︎▪︎▪︎¤

Setelah menyelesaikan meeting bersama Angkasa, tim pemasaran kembali ke ruangan mereka dengan perasaan kecewa, semua anggota tim itu terlihat lemas dan lesu.

Nataline, Januar, Kris. Ketiga orang itu kembali duduk ke kursi masing-masing.

Nataline termenung, ternyata masalah berakhir pun tidak membuat dirinya mendapat pujian dari seorang Raina yang keras itu.

Sekarang diruangan hanya ada ketegangan karena amarah dari Raina.

Brukk...

Wanita itu menjatuhkan tumpukan kertas tepat di meja Januar. "Kerjain laporan ini saya tunggu sampai jam istirahat berakhir."

Januar hanya mengangguk kemudian menatap laporan diatas meja dengan kehampaan.

Sebelum Raina pergi wanita itu menatap Nataline terlebih dulu. "Jangan terlalu bangga dengan hasil kemarin."

Raina pun pergi dari ruangan meninggalkan ketiga rekan-nya dalam sebuah penyesalan.

"Dasar Penyihir yang suka nyinyir." Kris mengambil beberapa laporan itu kemudian mulai mengerjakan-nya kembali ke meja kerja.

"Biar gue aja yang selesain semua," kata Januar menatap Kris yang sudah ada di meja nya.

"It's okay ... lebih banyak yang ngerjain lebih cepat." laki-laki itu kembali pokus kepada pekerjaannya.

"Aku juga bantuin Januar," kata Nataline dengan penuh keceriaan.

"Makasih yah, kalian baik banget sama gue."

Nataline hanya mengangguk kemudian mengambil sebagian kertas itu dari hadapan Januar.

"Ehmm ... Januar. Kalau boleh tau apa Mbak Raina segalak itu yah?" jujur Nataline sedikit merasa terintimidasi dengan ketuanya itu.

"Iyah Mbak Raina itu memang keras orang nya. Tapi dia baik kok kalau lagi gak ada masalah, dia malahan perhatian banget orangnya."

Nataline mengangguk-ngangguk mendengar perkataan Januar barusan. "Kayak kacang."

"Kacang?"

"Iyah keras di luar kembut di dalam," ucap Nataline sambil terkekeh.

Januar pun sedikit tertawa mendengar ucapan gadis itu, setelah sekian lama sepertinya tim ini ada kemajuan setelah Nataline datang. Mungkin sedikit healing dari pada kesunyian yang tidak ada akhirnya di dalam tim pemasaran.

¤▪︎▪︎▪︎¤

"Mamah nyuruh gue bawain ini buat lo." Casa menaruh sebuah kotak makanan yang cukup besar di hadapan Angkasa.

"Lain kali tolak aja gue gak enak sama nyokap lo," meski mengatakan hal itu, Angkasa dengan senang hati membuka kotak makan.

"Mana bisa gue tolak Tuan Muda kesayangan Mamah Hasna." Casa mendelik-kan matanya jenggah.

Angkasa terkekeh kemudian mengambil suapan besar ke mulutnya. "By the way, ada apa dengan Raina sahabat mu itu. Dia sepertinya sedang ada masalah."

Casa menduduk-kan bokong nya di kursi sebelah Angkasa. "Ada problem dikit katanya di tim nya."

"Seriously?"

"Januar temen lo bikin masalah lagi." Casa berdecak kemudian mengambil potongan sushi yang ada di box itu.

"Lo tau anak itu suka main-main kan?"

Casa hanya mengangguk saja, kalau Angkasa tidak memiliki perusahaan seperti sekarang mungkin seorang Januar hanya akan menjadi pengangguran.

Sialnya lagi Angkasa menempatkan anak itu di tim pemasaran yang sudah jelas kalau ketuanya adalah Raina.

"Gabut banget lo sampe simpen Januar di Tim Pemasaran." Casa mendengus kesal.

Setiap hari dirinya mendengar keluh kesah dari sahabatnya Raina tentang anggota Tim-nya yang selalu membuat masalah.

"Gue tempatin disana biar ada yang urus dia. Biar dia lebih berkembang dan disiplin."

"Tapi kasihan Sahabat gue, lo tau gimana hidup dia kan?"

Angkasa mengangguk, latar belakang Raina yang tidak pernah di ketahui orang lain di perusahaan ini hanya Angkasa dan Casa yang mengetahuinya.

"Winwin solution. Gue udah berusaha bungkam soal rahasia dia."

Casa hanya mendelik-kan matanya. Angkasa memang seperti itu, diam-diam dia adalah orang yang cukup perhatian dengan orang yang baik padanya.

Sikap yang sangat berbeda seperti ketika dia menjadi anak Badung dulu di sekolahnya.

¤▪︎▪︎▪︎¤

Akhirnya semuanya selesai sebelum Raina kembali dari Kantin. Tim ini bahkan harus rela tidak makan siang karena hukumannya itu.

Raina berjalan dengan membawa sekantong makanan di tangannya.

"Gak usah bayar makan saja, cuma sepuluh menit." wajahnya masih sama datar nya seperti tadi.

Wanita itu menaruh kantong kresek itu di meja Januar, kemudian pergi tanpa menengok lagi kearah meja nya dan sekarang benar-benar fokus pada pekerjaannya sendiri.

Nataline yang melihat itu sekarang mengerti mengapa Raina di sebut perhatian oleh Januar. Ternyata memang wanita itu baik, hanya saja caranya mungkin sedikit tidak manusiawi.

"Lin ... Lo gak makan?" Januar menyodorkan sebungkus roti tadi kehadapan Nataline.

Gadis itu hanya mengangguk kemudian mengambil roti itu dan membukanya perlahan.

"Waktunya cuma sepuluh menit, Mbak Raina akan menghentikan kita makan kalau udah 10 menit." lanjut Januar.

"Dia sangat disiplin," kata Kris masih menjuliti Raina. Terlihat dari raut wajahnya yang tidak enak sama sekali.

Waktu berjalan cukup cepat dan tidak terasa kini hari sudah sore, kalau tidak ada Meeting atau lembur karena deadline maka biasanya pegawai akan pulang pada sore hari sekitar jam Lima sore.

"Kerja baik hari ini," ujur Raina sambil menenteng tas dan bersiap untuk pulang.

Semua orang yang ada disana sontak merenggangkan tubuh mereka. Berjam-jam duduk di kursi menghadap komputer cukup untuk membuat syaraf dan otot-otot tubuh menjadi sangat tegang.

"Terimakasih Mbak!"

Raina tersenyum tipis kemudian mengambil langkah lebih awal keluar dari ruangan itu.

Nataline yang terlihat sudah lelah menatap kearah Januar dan Kris. "Kalian mau langsung pulang?" tanya Nataline.

Kris menggelengkan kepalanya. "Kita ada acara iyah gak Jan?"

Laki-laki yang sedang memakai jaket kulitnya itu mengangguk setuju dengan ucapan Kris. "Acara apa?" Nataline penasaran.

"Biasalah cowok, lo gak usah tau!" seru Kris meremeh.

"Kok gitu sih Kak?"

Januar terkekeh, gadis itu terlihat sangat polos di matanya. "Pokoknya lo pulang hati-hati yah."

Nataline hanya mengangguk-kan kepalanya, setelah itu kedua laki-laki itu pun telah pergi dari ruangan dan meninggalkan Nataline seorang diri.

Padahal tadi Nataline berniat menumpang kepada salah seorang diantara mereka. Kini Nataline harus mencari Bus yang kadang-kadang tidak diduga kedatangannya.

Dengan malas Nataline membereskan mejanya dan meja-meja anggota lainnya. Gadis itu segera menggunakan Jaket miliknya dan menyelempangkan tas ketubuhnya.

Nataline berjalan di lorong perusahaan yang masih terbilang cukup ramai, mungkin tim yang lain ada yang lembur atau apapun itu sehingga memang jam segini masih terlihat sibuk.

Gadis itu menangkap sosok yang terlihat tegap dan berkarisma dengan juru matanya sedang menunggu seseorang di arah parkiran kendaraan.

Nataline tersenyum dan langsung menyangka kalau laki-laki yang membelakangi kantor itu pasti Angkasa CEO perusahaannya.

"Sedang apa Pak Angkasa disana." gadis itu hanya terkekeh.

Ingatan kemarin saat dia tidak menyangka bahwa Pemimpin perusahaan adalah pemuda yang masih sangat muda menjadi kesenangan tersendiri baginya.

Gadis penyuka novel itu langsung mendapatkan fantasi yang berhubungan cerita-cerita yang dia baca tentang CEO muda.

Ternyata tidak hanya ada di buku, orang seperti Angkasa ada di dunia nyata juga.

"Pasti dia menunggu pacarnya. Ahk atau jangan-jangan Mbak Casa pacarnya." Nataline geli sendiri dengan pemikirannya itu.

Namun itu bukan urusan Nataline, dia sedikit merasa berdosa karena memikirkan kehidupan orang lain padahal belum tentu benar juga.

Gadis itu berjalan membuka pintu keluar dan melewati Angkasa tanpa berniat menegur laki-laki itu. Nataline sedikit segan karenanya dia hanya menunduk sebelum akhirnya tanpa dia duga Angkasa mendiri yang memanggil gadis itu.

"Nataline tunggu!"

Gadis itu mematung, Angkasa mengingat namanya, bagaimana itu mungkin, secara Januar pernah bercerita kepadanya kalau Angkasa CEO perusahaan ini hanya akan mengingat orang terdekatnya saja.

Lantas Nataline hanya pegawai biasa yang bisa di bilang tidak penting pula, mengapa laki-laki itu mengetahui namanya.

____

tbc

¤▪︎▪︎▪︎¤

Continuar a ler

Também vai Gostar

114K 7.3K 28
Bisa berada satu kampus dengan Bisma-mantan kekasihnya saat SMA-saja, sudah membuat Dara merasa dunia ini begitu sempit. Terasa makin sempit ketika D...
28.9K 2.4K 22
Cinta datang tepat waktu. Refan Alfiansyah butuh ketenangan dalam hidupnya, Ia selalu pergi ke tempat dimana tidak ada kebisingan kota. Hanya ada ang...
74K 6.1K 53
[Young Adult - Comedy - Romance] Rio Mahendra. Sosok lelaki yang kembali sebentar dari kuliahnya di luar negri untuk menghadiri acara resepsi kakakny...
279 54 6
"Honesty in love; tanpa memandangnya, bisa merasakan kenyamanan saat bersamanya" Perjodohan. Ya, ini kisah tentang dua insan yang dijodohkan, karena...