Emerald Eyes

Oleh syrenaa21

544K 17.9K 122

Agnia Gayatri Purwoko, dokter yang membuat para kaum adam rela berpura-pura sakit, hanya untuk disentuh olehn... Lebih Banyak

Prolog
1 - Rooftop
2 - New Beginning
3 - Rizelle Group
4 - Kekasih?
5 - Lost Control
6 - Kehilangan Queen
7 - Penculikan?
8 - Jalang
CAST
9 - Pesta
10 - Berubah Drastis
11 - Pulanglah
12 - I Love you Grizelle
13 - Berlian Runtuh
14 - Berteman
15 - Club
16 - Menghindar
17 - Tatto
18 - Paris
19 - Dan terjadi lagi
20 - Aku lebih dulu menyentuhnya
21 - Ancaman
22 - Minta Sesuatu
23 - Bertunangan
24 - Bersandiwara lagi
25 - Memberikan Ciuman?
26 - Tamu Agnia
27 - Yacht
28 - client penting!
29 - Drama
30 - Terungkap
31 - Alaska
32 - My Lady
33 - Perjodohan
34 - Rencana Leo
35 - Minta Restu
36 - Jour De Mariage
37 - Memaafkan diri sendiri
38 - Lift
39 - Dewi Rusia
41 - Pria Normal
42 - Australia
43 - Tidur denganku
44 - Istriku
45 - Rencana
46 - fight !
47 - Geheim
48 - Remember
49 - Jealous
50 - Menginap?
51 - Ex boyfriend
52 - Arschloch
53 - Lets Play!
54 - Blood
Part Ending
Extra Part
Extra Part II

40 - The Gift

4.6K 187 0
Oleh syrenaa21

Benar yang pernah Agnia ucapkan, Cinta itu hanyalah suatu kelemahan dan aku tidak mau menjadi lemah.

Terbukti hanya Karna Agnia, air mata Ares terlihat. Mungkin pria itu lupa dengan kalimat sanggahannya sendiri. Justru sebaliknya, cinta itu sumber kekuatan, alasanmu untuk tetap hidup hingga sekarang.

Terlihat ada pergerakan jemari Agnia, kelopak mata dengan bulu lentik itupun terlihat terbuka. Dengan cepat Ares menjauh duduk di sofa samping ranjang. Ekspresi wajahnya berubah dingin.

Agnia begitu membuka matanya melihat makhluk tampan melebihi dewa yunani itu duduk dengan kaki menyilang, ekspresi wajahnya datar menatapnya. Darah Agnia berdesir takut melihat Ares berada dikamarnya.

"Apa yang kau lakukan dikamarku?" Agnia berusaha mendudukkan dirinya, tangannya memegang kepala karena masih terasa sakit.

Ares terlihat acuh. "Lord Czar yang menyuruhku. Dibawah pestanya masih berlangsung."

Agnia berdehem, Ares mendekatinya duduk di pinggir ranjang, mengambilkan gelas berisi air putih di nakas samping tempat tidur. Agnia menyambutnya, meminum air itu sedikit.

"Berapa banyak kau minum tadi?" Suara bariton itu terdengar rendah dan menusuk. Agnia tau maksud Ares minum alkohol.

"Tidak banyak. Biasanya juga aku sanggup."

Setelah meletakkan gelas di nakas, Ares berdiri. "Istirahatlah."

Namun saat Ares berbalik tangannya ditarik Agnia, hingga keseimbangannya goyah, hampir jatuh di atas tubuh wanita itu kalau saja Ares tak sempat menyangga dengan kedua tangannya.

Wajah keduanya Begitu dekat hingga bisa merasakan hembusan nafas mereka.

"Kau menggodaku hm?" Suara Ares bergetar, matanya menggelap.

Agnia tanpa sadar menggigit bibirnya. Ares menggeram melihat wajah menggemaskan istrinya.

"Aku-aku hanya ingin berterimakasih."

"Hm."

"Bisakah—"

Ucapan Agnia terhenti saat benda kenyal itu menyentuh bibirnya lembut, hanya sebentar menempel tidak lebih.

Agnia tersadar mendorong tubuh Ares. Pria itu pun menjauhkan dirinya dari Agnia, segera pergi dari kamar istrinya itu. Agnia memegang bibirnya, entah kenapa wanita itu malah tersenyum bukannya marah saat pria arogant itu mencium bibirnya tanpa izin.

Ares turun dari tangga langsung di hampiri Brian. "Setelah sekian lama akhirnya aku melihat senyummu lagi. Dapat jatah ya?" Brian terkekeh.

Ares tersadar langsung mengubah ekspresinya menjadi datar, menatap Brian dengan alis terangkat sebelah. Seperti mengatakan menurutmu?

Brian masih terkekeh, ia tau Ares tak bisa menyembunyikan bahagianya dibalik wajah datarnya. "Leo lihatlah iparmu tengah bahagia."

"Kau benar Brian, melihat Lord Evgene tersenyum sesuatu yang langka. Jangan-jangan—" Leo sengaja menggantung kalimatnya untuk memancing Ares.

"Jauhkan pikiran kotormu." Ares pergi menjauh karena tidak sanggup menahan senyumnya. Brian dan Leo terkekeh puas.

_________________________

Lobby kantor telah hening karena para karyawannya sibuk bekerja di tempatnya masing masing. Agnia tau ia terlambat karena tidak bisa tidur semalaman memikirkan ciuman dari pria bangsawan itu. Terlebih lagi sepertinya Feliks dan Cia sengaja tidak membangunkannya agar istirahat.

Sapaan beberapa karyawannya pun tak digubrisnya. Agnia sibuk melirik arloji dihiasi penuh berlian di pergelangan tangannya. Kemeja croptop dan rok setengah paha seperti biasa melekat ditubuhnya.

Tiba di pintu besar itu, Agnia membukanya tanpa tau dengan siapa ia meeting hari ini. Pedro yang diperintah Feliks untuk menggantikannya tanpa meminta izin terlebih dahulu pada Agnia, membuat wanita itu berang.

Seketika pintu terbuka, terlihat pria dengan jas berwarna navy beralih menatap Agnia, layar di monitor itu tak lagi menjadi pusat perhatian. Liev sebagai CEO Czar group baru saja selesai memaparkan hasil meeting mereka, itu tandanya meeting sudah selesai. Bahkan mereka tengah berdiri untuk beranjak dari ruangan megah itu.

Agnia terasa jantungnya berhenti berdetak saat ditatap iris caramel yang tajam membuatnya sesak nafas.

"Maaf Nona Queen, meetingnya sudah selesai. Saya diperintah Lord-"

"Cukup, aku tau Pedro." Agnia menjawab tanpa melirik Pedro, tatapannya masih saja bertabrakan dengan iris caramel itu. Seolah menantang meskipun Agnia sangat ingin kabur sekarang juga.

Hentakan sepatu pantofel mengkilap mendekati Agnia. "Terlambat saat meeting bersamaku sama saja menghinaku." Wajah pria itu datar tanpa peduli melihat ekspresi Agnia yang gugup.

"Maaf Lord, aku—"

"Tinggalkan saya bersama Lady Agnie."

Semua orang yang hadir pun menurut tanpa mampu protes, penguasa Rusia itu tak bisa dibantah apapun alasannya. Setelah pintu tertutup, pria tampan itu bersandar di meja persegi panjang dibelakangnya. Tangannya menyilang di dada, menatap Agnia dengan tatapan sulit diartikan.

Agnia hanya bisa berdehem menghilangkan gugupnya.

"Aku-aku—"

"Bahkan sakit sekalipun bukan alasan kau tidak profesional." Agnia melihat pria itu menarik sebelah sudut bibirnya seperti menyindir.

"Aku minta maaf Lord Evgene."

"Kemarilah."

Agnia yang berdiri tidak jauh dari pintu pun mendekat.

"Apa yang bisa ku lakukan untuk menebus kesalahanku Lord?"

Ares menarik Agnia menjepit tubuh wanita itu diantara kedua pahanya. Agnia terlihat tidak nyaman namun keberaniannya hilang seolah ditelan udara.

Tangan Ares membelai pipi Agnia, menyelipkan rambut wanita itu kebelakang telinga.

"Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan seorang Lady apalagi Queen yang banyak orang bicarakan." Suara rendah itu terdengar menusuk.

Kening Agnia berkerut. "Maksud anda?"

"Kau takut padaku hm?"

Agnia menggeleng pelan. "Aku tidak takut pada siapapun." Berusaha lepas dari pelukan Ares di pinggangnya.

"Sangat terlihat kau takut padaku My Lady." Ares tersenyum tipis.

"Bisakah kau lepaskan aku? Orang akan salah paham jika melihat kita dan aku bukan lady mu!" Agnia berusaha melepaskan namun tetap saja tenaga Ares lebih kuat.

"Aku lebih suka orang melihatnya, kau sudah menjadi Ladyku sejak awal kita bertemu." Jawab Ares santai lalu beralih melihat jam tangan yang dipakai Agnia. "Kau suka hadiah dariku?" Ares tersenyum tipis, tidak sia-sia ia meluangkan waktu memilih sendiri hadiah untuk istrinya, jam tangan bernilai empat puluh juta US$ itu melekat indah di pergelangan tangan wanita tercantik di alam semesta.

"Pria bangsawan mesum! Jika aku tau jam ini darimu tak mungkin aku memakainya!" Bentak Agnia, tapi Ares malah tersenyum lebar nyaris tertawa. Agnia yang dikenalnya telah kembali.

"Memang aku mesum, kau takut?" Ares malah meraba punggung Agnia dibalik kemeja longgarnya, ternyata wanita ini tidak memakai apapun dibalik kemejanya.

Sialan! Ares mengumpat.

"Kau lupa memakai bra atau sengaja menggodaku hm?"

Mata Agnia terbelalak, jujur ia lupa karena buru-buru. Agnia menelan salivanya susah payah mengatur nafasnya. Berusaha tenang menjawab pria bangsawan dihadapannya. "Aku lebih suka kau bertingkah sopan seperti sebelumnya Tuan bangsawan." Sindir Agnia.

Ares masih membelai punggung Agnia. "Aku lebih suka sikapmu yang dulu Agnia."

"Agnia?" Agnia baru sadar Pria bangsawan ini memanggilnya Agnia sudah dua kali.

"Namaku Agnie bukan Agnia." Sambungnya.

"Aku suka namamu Agnia." Kini tangan Ares menjalar ke bokong kenyal dan padat itu malah meremasnya.

Agnia mendesah pelan. "Kau pria bastard! Tak sepantasnya Lord Evgene bertingkah kurang ajar." Kesabaran Agnia telah habis.

"Ini belum seberapa sayang." Bisik Ares sensual.

Ketika Agnia ingin protes malah Ares membungkam bibirnya menyecapnya, melumatnya, Agnia yang awalnya berusaha melepas malah terbuai, Agnia membalas ciumannya tak kalah panas.

Ciumannya turun ke leher Agnia kemudian tanpa wanita itu sadari Ares telah membuka kancing kemeja atasnya. Ares memberikan kecupan didada wanita itu bahkan tak lupa meninggalkan bekas.

"Aku sudah terlalu lama menahannya. Kau lihat ini sayang?" Ares mengecup singkat hasil karyanya di dada Agnia. "Tandanya kau milikku." Pria itu tersenyum tipis lalu beranjak pergi tak memperdulikan Agnia yang penuh tanda tanya.

______________________________

Di ruang makan Kastil Evgene, para penghuninya bersiap untuk sarapan. Seorang wanita cantik tinggi menjulang menghampiri mereka.

"Heii kak Agnie, ku kira kau tidak jadi datang." Zenya berteriak berlari memeluk Agnia yang tersenyum canggung.

"Zenya, kau itu seorang Lady tidak pantas berteriak seperti tadi." Kanaya mengomeli anaknya lalu tersenyum pada Agnia.

Agnia memang berjanji untuk berkuda di kastil bersama Zenya. Agnia pun telah mengenal Valero dan kanaya sebagai rekan bisnis grandpanya. Matanya melirik ke arah meja makan, Valero dan Kanaya tersenyum ke arahnya.

"Kau mencari seseorang?" Suara berat itu mengejutkannya.

Setelah Agnia melepaskan pelukan Zenya, Agnia tersenyum tipis, "Tidak mencari siapa-siapa Lord." Agnia sedikit membungkukkan badannya memberi salam.

"Ah iya, bisa tolong bangunkan Ares, jika wanita cantik yang membangunkannya pasti langsung menurut." Valero tersenyum disela-sela bicaranya.

Kening Agnia berkerut. "Ares?"

"Oh maksudku Lord Evgene, kami biasa memanggilnya Ares, kau juga sebaiknya begitu." Valero menambahi.

Agnia berusaha tenang meskipun jantungnya seperti bergemuruh kencang. Membangunkan Lord Evgene sama saja membangunkan singa pikirnya. Apalagi kejadian beberapa hari yang lalu saat Ares memperlakukaknnya seenaknya. Jika Zenya yang meminta dengan banyak alasan bisa Agnia menolak. Tapi Valero? Tidak ada bantahan untuk seorang Lord paling berkuasa di Rusia.

"Kamarnya di lantai tiga paling ujung, nanti ada maid yang akan mengantarmu." Sambung Zenya.

"Baiklah kalau begitu saya permisi sebentar."

Agnia menaiki tangga raksasa itu dengan hati gusar, ketakutan melanda dalam benaknya. Sementara Zenya tengah ber-hifive dengan Valero dan Kanaya tanpa sepengetahuan Agnia.

Ranjang kingsize berwarna abu gelap dominasi putih pada dinding kamar. Sosok pangeran tampan itu sedang menyelami mimpinya tidur terlentang selimut berwarna abu itu hanya menutupi sebatas bawah perutnya. Sementara bagian atasnya terekspose dengan bulu halus di dadanya.

Sexy, pikir Agnia.

Tapi dengan cepat wanita itu menghilangkan pikiran kotornya.

Dengan ragu Agnia melangkah, untung kali ini wanita itu mengenakan sepatu sneakers nya bukan mengenakan heels runcing yang mengakibatkan bunyi saat berjalan di marmer hitam itu.

"Lord Evgene, Lord Valero memanggil anda di ruang makan." Agnia berkata pelan.

Namun Ares masih terlelap dengan nafas teratur.

Lalu Agnia memberanikan diri duduk disisi ranjang menyentuh pergelangan tangan Ares pelan. "Lord bangunlah."

Dalam hati Agnia mengumpat padahal kamarnya terang begini karena gorden nya sudah dibuka tapi penghuninya masih bisa tidur.

Sekali lagi Agnia menggoyangkan tangan Ares. Namun yang terjadi selanjutnya Ares malah menarik Agnia berbaring disebelahnya, memasukkan gadis itu dalam selimutnya bahkan dalam dekapannya. Kepala Ares bersembunyi di ceruk leher Agnia dengan mata masih terpejam.

"Sayang, jangan pergi lagi. Aku kesepian."
Pria itu dengan berani menelusupkan tangannya di balik baju kaos longgar Agnia.

"Aaakkkhhhh." Agnia memekik kencang. Tapi tidak ada seorangpun yang datang menyelamatkannya.

Tbc,,

Next?

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

1.6M 71K 30
"Aku tidak percaya dia anakku. Kita selalu menggunakan protection, Kayla! Tidak mungkin kamu bisa hamil.... Tidak mungkin anak yang kamu kandung itu...
144K 11.2K 60
Follow akun penulis dulu yuk, sebelum dibaca ^^ *** Stela tak pernah membayangkan menikah dengan seorang penderita Anterograde Amnesia. Kontrak menja...
513K 35.5K 44
Lyla tidak berminat menikah. Namun, siapa sangka ia harus terjebak dalam pernikahan dengan sahabatnya sendiri? "You're a jerk, Hanan." "And you're tr...
1.8M 24.9K 10
PINDAH KE FIZZO (Cari dengan nama penulis: Riwriter) "Katanya aku cuma istri pengganti, tapi kenapa di surat perjanjian itu tertulis aku harus hamil...